PPD 3
PPD 3
MKDK 4002
PERTEMUAN KEEMPAT
PEMBAHASAN MODUL 3
E. SYAMSUL HENDRY
Sumber
Buku Materi Pokok Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik
Modul 3 : Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik
Usia Sekolah Menengah
Prof. Dr. Mulyani Sumantri, M.Sc.
Jakarta : Universitas Terbuka
Cetakan Kedua, April 2012
Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik
Modul 3
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik
Usia Sekolah Menengah
TUJUAN KHUSUS
1. Menjelaskan kaitan antara pertumbuhan fisik dan jasmani dengan
perkembangan intelektual
2. Menjelaskan kaitan antara perkembangan intelektual dan emosional
3. Menjelaskan kaitan antara perkembangan sosial, nilai-nilai moral, dan sikap
4. Menjelaskan perbedaan individu anak usia sekolah menengah
5. Menjelaskan jenis-jenis kebutuhan anak usia sekolah menengah
Kegiatan Belajar 1
Pertumbuhan Fisik
serta Perkembangan
Intelektual dan Emosional
Pertumbuhan Fisik serta Perkembangan
Intelektual dan Emosional
• Pada usia sekolah menengah, anak berada pada masa
remaja atau pubertas atau adolesen.
• Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian
telah diawali pada masa-masa sebelumnya, puncaknya
boleh dikatakan terjadi pada masa ini.
• Sebagai pendidik, Anda perlu menghayati tahapan
perkembangan yang terjadi pada siswa sehingga dapat
mengerti segala tingkah laku yang ditampakkan siswa.
A. PERTUMBUHAN FISIK / JASMANI
Keterampilan memproses informasi ini pada remaja lebih cepat dan kuat.
Anak usia remaja ( SLTP / SLTA ) sudah mengerti dan dapat mengerjakan
dengan benar bentuk tes objektif tanpa penjelasan lagi dari guru, mampu
mencari hal-hal penting pada waktu membaca buku, mempunyai minat lebih
pada mata pelajaran atau bidang tertentu.
Penguasaan keterampilan memproses informasi ini melengkapi atau
menyempurnakan penampilan penguasaan kognitif mereka.
Perbedaan Profil Perkembangan Intelektual
Antara Siswa SLTP dengan Siswa SLTA
Perkembangan Sosial,
Moral, dan Sikap
A. PERKEMBANGAN SOSIAL,
MORALITAS, DAN SIKAP
Faktor pembawaan adalah faktor yang bersifat alamiah ( nature ), faktor lingkungan
yang memungkinkan proses perkembangan ( nurture ), sedangkan faktor waktu
adalah saat tibanya masa peka atau kematangan ( maturation ).
P = f ( H, E, T )
P = person f = fungsi
H = hereditas E = environment
T = time
Upaya belajar akan mendapatkan hasil yang optimal bila dilakukan pada saat
kematangan dalam perkembangan fisik dan psikologis tiba. Sebagai contoh,
pada usia sebelum memasuki masa remaja ( kurang lebih 12 – 14 tahun )
merupakan masa yang sangat peka untuk memulai mengajarkan bahasa
( Lonnerberg ).
Bagi anak usia sekolah menengah, belajar bahasa asing bukanlah hal yang
menyenangkan.
Tidak heran jika relatif banyak siswa sekolah menengah yang alergi terhadap
pelajaran bahasa asing.
Pada usia remaja, lingkungan yang sangat berpengaruh adalah kelompok.
Remaja lebih patuh terhadap aturan dan norma kelompok sebaya, bahkan jika
dibandingkan dengan kepatuhan terhadap peraturan di dalam keluarga.
Keterikatan remaja dalam kelompok rawan untuk menimbulkan kenakalan
remaja.
Bila pada masa ini remaja mendapat bimbingan yang memadai justru akan
menjadikan remaja yang berguna.
Masa sekolah menengah merupakan masa krisis ( Conger )
Bila individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapi secara integratif, ia akan
menemukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya
bila ia gagal, ia akan berada pada krisis identitas yang berkepanjangan.
Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
usia sekolah menengah dapat menambah wawasan bagi guru untuk memahami
perilaku siswa sekolah menengah.
Kegiatan Belajar 3
Perbedaan Individu
Anak Usia Sekolah Menengah
A. Perbedaan Kemampuan
Perbedaan secara fisik dapat diamati langsung oleh guru dengan
memperhatikan postur tubuh siswa. Informasi tentang keadaan fisik
ini mesti menjadi salah satu pertimbangan guru dalam menempatkan
tempat duduk siswa.
Perbedaan secara psikis meliputi perbedaan dalam tingkat
kecerdasan, kepribadian, minat, sikap, dan kebiasaan belajar.
Perbedaan individual siswa sekolah menengah dapat dibedakan
berdasarkan perbedaan kemampuan potensial dan kemampuan
nyata.
Kemampuan potensial ( potensial ability ) adalah kecakapan yang
masih terkandung dalam diri siswa yang diperolehnya dari
pembawaan.
Kemampuan nyata ( actual ability ) adalah kecakapan yang segera
dapat didemonstrasikan dan diuji.
Kemampuan nyata disebut juga prestasi belajar ( achievement ).
B. Perbedaan dalam Intelegensi
B. Perbedaan dalam Inteligensi
Perbedaan inteligensi merujuk kepada bagaimana cara individu
bertingkah laku, cara individu bertindak.
Inteligensi berkenaan dengan fungsi mental yang kompleks
yang dimanifestasikan dalam tingkah laku.
Aspek inteligensi meliputi bagaimana individu memperhatikan,
mengamati, mengingat, mengkhayal, memikirkan, dst.
Bagaimana individu belajar dan apa yang dipelajarinya sangat
dipengaruhi oleh kemampuan intelegensinya.
Intelegensi adalah kemampuan umum seseorang dalam
memecahkan masalah dengan cepat, tepat, dan mudah.
Menurut Heim dalam Dennis Child, perilaku intelegensi merupakan
kemampuan memahami hal-hal penting dalam situasi tertentu dan
mampu memberikan tanggapan yang sesuai serta mampu mengatasi
situasi tertentu lebih baik daripada yang lain.
B. Perbedaan dalam Inteligensi
Indikator perilaku inteligensi menurut Whiterington antara lain :
Vernon dalam Dennis Child menjelaskan inteligensi dalam tiga kategori yaitu
biologis, psikologis, dan operasional.
Secara biologis lebih menekankan kemampuan individu dalam mengadaptasi diri
terhadap rangsangan lingkungan. - Piaget
Secara psikologis lebih menekankan pada efisiensi mental dan kapasitas pemahaman
abstrak yang diperlukan dalam menggunakan bahasa symbol.
Formula dari Spearmen’s tentang perilaku inteligen merupakan pendidikan tentang
korelasi dan relasi, merupakan contoh definisi secara psikologis.
Secara operasional perilaku intelegensi melibatkan spesifikasi perilaku inteligen
secara lebih rinci dan menemukan cara mengukur spesifikasi yang dimaksudkan.
B. Perbedaan dalam Inteligensi
KASIH