Anda di halaman 1dari 40

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

MKDK 4002

PERTEMUAN KEEMPAT

PEMBAHASAN MODUL 3
E. SYAMSUL HENDRY
Sumber
Buku Materi Pokok Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik
Modul 3 : Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik
Usia Sekolah Menengah
Prof. Dr. Mulyani Sumantri, M.Sc.
Jakarta : Universitas Terbuka
Cetakan Kedua, April 2012
Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik

Modul 3
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik
Usia Sekolah Menengah
TUJUAN KHUSUS
1. Menjelaskan kaitan antara pertumbuhan fisik dan jasmani dengan
perkembangan intelektual
2. Menjelaskan kaitan antara perkembangan intelektual dan emosional
3. Menjelaskan kaitan antara perkembangan sosial, nilai-nilai moral, dan sikap
4. Menjelaskan perbedaan individu anak usia sekolah menengah
5. Menjelaskan jenis-jenis kebutuhan anak usia sekolah menengah
Kegiatan Belajar 1

Pertumbuhan Fisik
serta Perkembangan
Intelektual dan Emosional
Pertumbuhan Fisik serta Perkembangan
Intelektual dan Emosional
• Pada usia sekolah menengah, anak berada pada masa
remaja atau pubertas atau adolesen.
• Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian
telah diawali pada masa-masa sebelumnya, puncaknya
boleh dikatakan terjadi pada masa ini.
• Sebagai pendidik, Anda perlu menghayati tahapan
perkembangan yang terjadi pada siswa sehingga dapat
mengerti segala tingkah laku yang ditampakkan siswa.
A. PERTUMBUHAN FISIK / JASMANI

 Perkembangan yang cukup pesat dan nampak dari luar adalah


perkembangan fisik.
 Postur anak-anak remaja awal nampak tinggi-tinggi, tetapi kurus.
 Pada usia 11 – 12 tahun tinggi badan anak laki-laki dan wanita tidak
jauh berbeda.
 Pada usia 12 – 13 tahun pertambahan tinggi badan anak wanita
lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki.
 Perubahan yang sangat cepat dalam tinggi ini tidak berjalan sejajar
dengan kekuatan dan keterampilannya.
 Selain terjadi pertambahan tinggi badan yang cepat pada masa
remaja juga terjadi perkembangan seksual yang cepat pula.
 Perkembangan seksual ditandai dengan munculnya ciri-ciri kelamin
primer dan sekunder.
 Pada awal masa remaja anak wanita mulai mengalami menstruasi
dan laki-laki mengalami mimpi basah.
A. PERTUMBUHAN FISIK / JASMANI

 Ciri-ciri kelamin sekunder berkenaan dengan tumbuhnya bulu-bulu


pada seluruh badan, berubahnya suara ( terutama pada remaja laki-
laki ), membesarnya buah dada pada remaja perempuan, dan
tumbuhnya jakun pada remaja laki-laki.
 Dengan perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder ini, secara fisik
remaja mulai menampakkan ciri-ciri orang dewasa.
 Pada masa remaja juga terjadi perkembangan hormon seksual.
 Hormon testosteron merangsang pertumbuhan otot dan tulang-
tulang baik pada pria maupun wanita.
 Hormon estrogen merangsang pertambahan penyimpanan lemak di
bawah kulit dan mendorong pematangan tulang-tulang sehingga
mencapai bentuk dan kekuatan sebagai orang dewasa.
 Pertambahan timbunan lemak pada wanita lebih banyak
dibandingkan pria.
 Pria nampak lebih kekar, berotot, kulitnya lebih kasar, sedangkan
wanita lebih lembut, licin, dan halus.
Perbedaan Profil Perkembangan Fisik
Antara Siswa SLTP dengan Siswa SLTA

No. Siswa SLTP ( Remaja Awal ) Siswa SLTA ( Remaja Akhir )

1. Laju perkembangan secara umum Laju perkembangan secara umum kembali


berlangsung sangat pesat menurun, sangat lambat
2. Proporsi ukuran tinggi dan berat badan Proporsi ukuran tinggi dan berat badan
sering kurang seimbang ( termasuk otot lebih seimbang mendekati kekuatan tubuh
dan tulang-belulang ) orang dewasa
3. Munculnya ciri-ciri sekunder ( tumbuh Siap berfungsinya organ-organ reproduktif
bulu pada pubic region, otot mengembang seperti pada orang-orang yang sudah
pada bagian-bagian tertentu ), disertai dewasa
mulai aktifnya sekresi kelenjar
4. Gerak-gerik tampak canggung dan kurang Gerak-geriknya mulai mantap
terkoordinasikan
5. Aktif dalam berbagai cabang permainan Jenis dan jumlah cabang permainan lebih
yang dicobanya selektif dan terbatas pada keterampilan
yang menunjang kepada persiapan kerja
B. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

 Sejalan dengan perkembangan fisik yang cepat, berkembang pula kemampuan


intelektual berpikirnya.
 Anak usia SD berpikir konkret, anak SLTP mulai berpikir abstrak.
 Berpikir abstrak adalah berpikir tentang ide-ide. Berpikir formal operasional
menurut Jean Piaget.
 Berkembangnya kemampuan berpikir formal operasional pada remaja ditandai
dengan tiga hal penting, yakni : pertama, anak mulai mampu melihat (berpikir)
tentang kemungkinan-kemungkinan; kedua, anak telah mampu berpikir ilmiah.
Ketiga, remaja telah mampu memadukan ide-ide secara logis.
 Kemampuan berpikir formal mengarahkan remaja kepada pemecahan masalah
dengan berpikir secara sistematis.
 Remaja lebih banyak berbuat berdasarkan kebiasaan karena kurangnya
tantangan atau hambatan yang dihadapi.
 Guru perlu mendorong mulai mengarahkan siswa kepada pemikiran tentang
cita-cita atau pekerjaan.
 Pada usia SD anak sudah memiliki kemampuan mengingat informasi dan
keterampilan memproses informasi.
B. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

 Keterampilan memproses informasi ini pada remaja lebih cepat dan kuat.
 Anak usia remaja ( SLTP / SLTA ) sudah mengerti dan dapat mengerjakan
dengan benar bentuk tes objektif tanpa penjelasan lagi dari guru, mampu
mencari hal-hal penting pada waktu membaca buku, mempunyai minat lebih
pada mata pelajaran atau bidang tertentu.
 Penguasaan keterampilan memproses informasi ini melengkapi atau
menyempurnakan penampilan penguasaan kognitif mereka.
Perbedaan Profil Perkembangan Intelektual
Antara Siswa SLTP dengan Siswa SLTA

No. Siswa SLTP ( Remaja Awal ) Siswa SLTA ( Remaja Akhir )

1. Proses berpikirnya sudah mampu Sudah mampu mengoperasikan kaidah-


mengoperasikan kaidah-kaidah logika kaidah logika formal disertai
formal ( asosiasi, diferensiasi, kemampuannya membuat generalisasi
komparasi dan kausalitas ) dalam ide- yang lebih konklusif dan komprehensif
ide atau pemikiran abstrak ( meskipun
relative terbatas )
2. Kecakapan dasar umum ( general Tercapainya titik puncak ( kedewasaan
intelligence ) menjalani laju intelektual umum yang mungkin ada
perkembangan yang terpesat pertambahan yang sangat terbatas bagi
( terutama bagi yang belajar di yang terus bersekolah )
sekolah )
3. Kecakapan dasar khusus ( bakat atau Kecenderungan bakat tertentu
aptitude ) mulai menunjukkan mencapai titik puncak dan
kecenderungan-kecenderungan lebih kemantapannya
jelas
C. PERKEMBANGAN EMOSIONAL

 Kebanyakan remaja merasa dekat dengan orang tuanya.


 Sebagian remaja memiliki ketegangan antara dua hal yaitu keinginan untuk
melepaskan diri dari orang tua dan adanya ketergantungan kepada orang tua.
 Konflik remaja lebih sering terjadi dengan ibunya daripada ayahnya.
 Hal itu disebabkan ibu lebih dekat hubungannya dengan anak.
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik anak dan orang tuan hanya terjadi
15% - 25% dari seluruh keluarga terutama terjadi pada keluarga yang telah
bermasalah sebelum anak-anak mencapai masa remaja.
 Konflik yang terjadi pada awal masa remaja terjadi karena masa purbertasnya
dan bukan pada usia kronologisnya.
 Orang tua seorang remaja hendaknya lebih fleksibel dalam berpikir dan
menerapkan peraturannya.
 Hubungan orang tua dan remaja dapat seimbang dengan kehangatan saling
menerima, konsisten dengan aturan dan norma-norma, saling mendengar,
adanya keterbukaan, dan mau bernegosiasi.
 Semakin kuat perhatian orang tua terhadap kehidupan remaja akan semakin
tinggi prestasi yang diraihnya di sekolah. ( Dianne Pappalia, 1992 )
Kegiatan Belajar 2

Perkembangan Sosial,
Moral, dan Sikap
A. PERKEMBANGAN SOSIAL,
MORALITAS, DAN SIKAP

 Keterampilan berpikir baru yang dimiliki remaja adalah


pemikiran sosial.
 Berkembang sikap egosentrisme pada remaja yang berupa
pemikiran subjektif logis dirinya tentang masalah-masalah
sosial yang dihadapinya.
 Mereka sering menunjukkan kehebatan, kepopuleran, atau
kelebihan dirinya kepada sesame remaja.
 Remaja mengurangi egosentrismenya ketika mendapat
pengetahuan dan penghayatan tentang baik dan jahat.
 Aspek nilai yang menjadi perhatian utama remaja adalah
nilai keadilan dan kesejahteraan.
A. PERKEMBANGAN SOSIAL,
MORALITAS, DAN SIKAP

 Pria lebih peduli terhadap nilai keadilan dan kejujuran.


 Wanita lebih peduli terhadap nilai-nilai kesejahteraan.
 Dalam perkembangan nilai-nilai keadilan dan kejujuran,
remaja kurang oportunistik dibandingkan dengan masa
sebelumnya.
 Menjelang akhir masa remaja, mereka mampu berpegang
pada nilai-nilai yang lebih tinggi.
 Pada masa remaja rasa kepedulian terhadap kepentingan
dan kesejahteraan orang lain cukup besar, tetapi kepedulian
ini masih dipegaruhi oleh sifat egosentrisme.
 Remaja sudah menyadari bahwa membahagiakan orang
lain itu baik, tetapi mereka belum mampu melakukannya.
Perbedaan Profil Perkembangan Pemikiran Sosial dan Moralitas
Antara Siswa SLTP dengan Siswa SLTA
No. Siswa SLTP ( Remaja Awal ) SLTA ( Remaja Akhir )
1. Diawali dengan kecenderungan Bergaul dengan jumlah teman yang lebih
ambivalensi keinginan menyendiri dari terbatas dan selektif serta bertahan lebih
keinginan bergaul dengan banyak orang lama
tetapi bersifat temporer
2. Adanya ketergantungan yang kuat kepada Ketergantungan kepada kelompok sebaya
kelompok sebaya disertai semangat berangsur fleksibel, kecuali dengan teman
konformitas yang tinggi dekat pilihannya yang banyak memiliki
kesamaan minat, dan sebagainya
3. Adanya ambivalensi antara keinginan Mulai dapat memelihara jarak dan batas-
bebas dari dominasi pengaruh orang tua batas kebebasannya yang harus dirundingkan
dengan kebutuhan bimbingan dan dengan orang tuanya
bantuan dari orang tuanya
4. Dengan sikapnya dan cara berpikirnya Sudah dapat memisahkan antara nilai-nilai
yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah dengan kaidah-kaidah normatif yang
atau sistem nilai etis dengan kenyataannya universal daripada pendukungnya yang
dalam perilaku sehari-hari oleh para mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan
pendukungnya ( orang dewasa )
5. Mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-
tokoh moralitas yang dipandang tepat
dengan tipe idolanya
B. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN POLITIK

 Perkembangan pemikiran politik remaja hampir sama


dengan perkembangan moral karena keduanya berkaitan
erat.
 Mereka telah memikirkan ide-ide dan pandangan politik
yang lebih abstrak.
 Pemikiran politik – kemampuan berpikir formal operasional
(Piaget) – bentuk pemikiran moral (Kohlberg)
 Pemikiran politik mereka tidak didasarkan atas prinsip
“seluruhnya atau tidak sama sekali”.
 Pemikiran mereka sudah lebih abstrak dan kurang bersifat
individual dibandingkan dengan usia anak sekolah dasar.
C. PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEYAKINAN

 Perkembangan kemampuan berpikir remaja mempengaruhi


perkembangan pemikiran dan keyakinan tentang agama.
 Remaja yang mendapatkan pendidikan agama yang
intensif, bukan saja telah memiliki kebiasaan melaksanakan
kegiatan peribadatan agama, tetapi juga telah mendapatkan
atau menemukan kepercayaan-kepercayaan khusus yang
lebih mendalam yang membentuk keyakinannya dan
menjadi pegangan dalam merespons terhadap masalah-
masalah dalam kehidupannya.
 Keyakinan yang lebih luas dan mendalam ini bukan hanya
diyakini atas dasar pemikiran tetapi juga atas keimanan.
Perbedaan Profil Perkembangan Agama dan Keyakinan
Antara Siswa SLTP dengan Siswa SLTA

No. Siswa SLTP ( Remaja Awal ) SLTA ( Remaja Akhir )

1. Mengenal eksistensi Eksistensi dan sifat kemurahan


(keberadaan) sifat kemurahan serta keadilan Tuhan mulai
dan keadilan Tuhan, mulai dipahami dan dihayati menurut
dipertanyakan secara kritis dan sistem kepercayaan atau agama
skeptis yang dianutnya
2. Penghayatan kehidupan Penghayatan dan pelaksanaan
keagamaan sehari-hari kehidupan keagamaan sehari-hari
dilakukan mungkin didasarkan mulai dilakukan atas dasar
atas pertimbangan adanya kesadaran dan pertimbangan hati
semacam tuntutan yang nuraninya sendiri yang tulus ikhlas
memaksa dari luar dirinya
3. Masih mencari dan mencoba Mulai menemukan pegangan hidup
menemukan pegangan hidupnya yang defenitif
Paparan di atas tentang perkembangan jasmani,
intelektual, sosial, dan moral pada siswa usia
sekolah menengah tersebut merupakan karakteristik
umum.
Karakteristik umum pada siswa SLTP dan SLTA
ditampakkan melalui berbagai tingkah laku yang
muncul di antara mereka.
Tingkah laku yang nampak tersebut ada kalanya
berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya.
Hal ini disebabkan karena adanya berbagai faktor
yang mempengaruhi perkembangan para siswa
tersebut.
“Ma…. Tolong saya. Saya … kecanduan putauw.” Cuma dua
kalimat pendek itulah yang meluncur dari bibir Gambit.
Selebihnya ia menangis sesenggukan, memeluk lutut ibunya
dengan tangan gemetar. Sejurus Ibu Suryani, Ibu Gambit
terpaku. Tak ada satu pun yang dapat dilakukan selain diam
mematung. Sementara tangis Gambit semakin hebat. “Tidak
mungkin ! Hatiku meronta dan sibuk menolak perkataan
Gambit”, ucap Suryani. Masih dalam keadaan limbung Gambit
dipeluk erat. Dia memanggil putra sulungnya, Ambi. Ambi
cuma membelalakkan matanya mendengar igauan adiknya.
“Benar …. Saya enggak bohong. Saya sudah terjerat
putauw…. Saya sudah tidak tahan”, tangis Gambit meledak
lagi. “Di depan mataku dua kakak beradik berangkulan. Ya
Tuhan …! Ini sebuah bencana”. Air mata Suryani pun
membanjir. Bayangkan saja, Gambit, bocah 15 tahun yang
sebelumnya ia lihat berperilaku normal dan berprestasi stabil
di sekolah, ternyata telah terjerat serbuk putih yang
memabukkan itu. ( Suara Republika, 18 Agustus 1999 )
Apakah perilaku remaja itu hanya akibat
lingkungan saja ?
Faktor apa yang mempengaruhi
perkembangan siswa sekolah
menengah ?
Apakah perilaku manusia itu dipengaruhi
oleh faktor bawaan atau faktor
lingkungan ?
Sekiranya dipengaruhi faktor lingkungan,
lingkungan yang mana yang paling
berpengaruh, apakah lingkungan rumah
atau lingkungan di luar rumah ?
 Thomas Hobbes dalam Sigelman dan Shaffer berpendapat
bahwa anak-anak secara alamiah adalah berperilaku nakal,
pengganggu, dan sebagainya. Tugas masyarakatlah untuk
mengontrol perilaku anak dan mengajar mereka sehingga
berperilaku baik.
 Jean Jacques Rousseau berpendapat bahwa anak secara
alamiah adalah baik, sejak lahir secara naluriah anak mampu
membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang
buruk. Lingkungan bertugas untuk memberikan arahan anak
berperilaku baik.
 Perilaku anak dipengaruhi oleh pembawaan – nativisme
 John Locke terkenal dengan teori tabula rasa. Anak bagaikan
kertas putih yang menunggu untuk ditulisi melalui
pengalamannya. Locke menyangkal bahwa anak itu sejak lahir
baik atau buruk, tetapi ia akan berkembang bergantung pada
pengalaman yang ia peroleh. – teori empirisme.
 Di antara dua teori tersebut muncul teori konvergensi yang
diperkenalkan oleh William James.
 Teori inilah yang dianut oleh kebanyakan ahli saat ini.
o Menurut Papalia dan Olds, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu dapat dikategorikan ke dalam faktor internal
melawan faktor eksternal dan pengaruh normatif melawan pengaruh
bukan normatif.
o Faktor internal – hereditas
o Faktor eksternal – lingkungan
o Baltes, Rese, dan Lipsitt mencoba memilah pengaruh terhadap
perkembangan individu itu menjadi pengaruh normatif dan pengaruh
non-normatif.
o Normatif – pengaruh yang sama pada sekelompok orang
o Non-normatif – pengaruh luar biasa pada seseorang
o Pengaruh normatif maupun non-normatif terhadap individu terjadi pada
tingkatan lingkungan tertentu.
o Menurut Bronfenbrenner terdapat empat tingkatan pengaruh lingkungan
yang merentang dari lingkungan yang paling intim sampai lingkungan
yang sangat global.
o Untuk memahami perkembangan individual, hendaknya memahami
masing-masing individu dalam konteks lingkungan yang ganda.
o Empat tingkatan pengaruh lingkungan tersebut mencakup sistem mikro,
sistem meso, sistem exo, dan sistem makro.
Empat macam system pengaruh lingkungan :
1. Pengaruh lingkungan system makro, yaitu lingkungan
kehidupan sehari-hari, seperti lingkungan sekolah, rumah,
dan sekolah.
2. Pengaruh lingkungan system meso, yaitu keterkaitan
antarvariasi tingkatan system yang melibatkan individu di
dalamnya.
3. Pengaruh lingkungan system exo adalah pengaruh
institusi lingkungan yang lebih besar, seperti pengaruh
sekolah, pengaruh media massa, bahkan pengaruh
lingkungan pemerintahan.
4. Pengaruh lingkungan system makro adalah pengaruh
lingkungan yang paling luas. Ada keterkaitan erat
pengaruh dari kebudayaan, agama, politik, keadaan
sosial ekonomi terhadap individu.
Dalam pola pandangan yang konvensional, diyakini bahwa terdapat tiga faktor
dominan yang mempengaruhi proses perkembangan anak usia sekolah menengah.
Ketiga faktor itu adalah :

1. Faktor pembawaan – hereditas


2. Faktor lingkungan – environment
3. Faktor waktu - time

Faktor pembawaan adalah faktor yang bersifat alamiah ( nature ), faktor lingkungan
yang memungkinkan proses perkembangan ( nurture ), sedangkan faktor waktu
adalah saat tibanya masa peka atau kematangan ( maturation ).

Ketiga faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak usia


sekolah menengah dapat digambarkan secara fungsional sebagai berikut :

P = f ( H, E, T )

P = person f = fungsi
H = hereditas E = environment
T = time
 Upaya belajar akan mendapatkan hasil yang optimal bila dilakukan pada saat
kematangan dalam perkembangan fisik dan psikologis tiba. Sebagai contoh,
pada usia sebelum memasuki masa remaja ( kurang lebih 12 – 14 tahun )
merupakan masa yang sangat peka untuk memulai mengajarkan bahasa
( Lonnerberg ).
 Bagi anak usia sekolah menengah, belajar bahasa asing bukanlah hal yang
menyenangkan.
 Tidak heran jika relatif banyak siswa sekolah menengah yang alergi terhadap
pelajaran bahasa asing.
 Pada usia remaja, lingkungan yang sangat berpengaruh adalah kelompok.
 Remaja lebih patuh terhadap aturan dan norma kelompok sebaya, bahkan jika
dibandingkan dengan kepatuhan terhadap peraturan di dalam keluarga.
 Keterikatan remaja dalam kelompok rawan untuk menimbulkan kenakalan
remaja.
 Bila pada masa ini remaja mendapat bimbingan yang memadai justru akan
menjadikan remaja yang berguna.
 Masa sekolah menengah merupakan masa krisis ( Conger )
 Bila individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapi secara integratif, ia akan
menemukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya
bila ia gagal, ia akan berada pada krisis identitas yang berkepanjangan.
 Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
usia sekolah menengah dapat menambah wawasan bagi guru untuk memahami
perilaku siswa sekolah menengah.
Kegiatan Belajar 3

Perbedaan Individu
Anak Usia Sekolah Menengah
A. Perbedaan Kemampuan
 Perbedaan secara fisik dapat diamati langsung oleh guru dengan
memperhatikan postur tubuh siswa. Informasi tentang keadaan fisik
ini mesti menjadi salah satu pertimbangan guru dalam menempatkan
tempat duduk siswa.
 Perbedaan secara psikis meliputi perbedaan dalam tingkat
kecerdasan, kepribadian, minat, sikap, dan kebiasaan belajar.
 Perbedaan individual siswa sekolah menengah dapat dibedakan
berdasarkan perbedaan kemampuan potensial dan kemampuan
nyata.
 Kemampuan potensial ( potensial ability ) adalah kecakapan yang
masih terkandung dalam diri siswa yang diperolehnya dari
pembawaan.
 Kemampuan nyata ( actual ability ) adalah kecakapan yang segera
dapat didemonstrasikan dan diuji.
 Kemampuan nyata disebut juga prestasi belajar ( achievement ).
B. Perbedaan dalam Intelegensi
B. Perbedaan dalam Inteligensi
 Perbedaan inteligensi merujuk kepada bagaimana cara individu
bertingkah laku, cara individu bertindak.
 Inteligensi berkenaan dengan fungsi mental yang kompleks
yang dimanifestasikan dalam tingkah laku.
 Aspek inteligensi meliputi bagaimana individu memperhatikan,
mengamati, mengingat, mengkhayal, memikirkan, dst.
 Bagaimana individu belajar dan apa yang dipelajarinya sangat
dipengaruhi oleh kemampuan intelegensinya.
 Intelegensi adalah kemampuan umum seseorang dalam
memecahkan masalah dengan cepat, tepat, dan mudah.
 Menurut Heim dalam Dennis Child, perilaku intelegensi merupakan
kemampuan memahami hal-hal penting dalam situasi tertentu dan
mampu memberikan tanggapan yang sesuai serta mampu mengatasi
situasi tertentu lebih baik daripada yang lain.
B. Perbedaan dalam Inteligensi
 Indikator perilaku inteligensi menurut Whiterington antara lain :

1. Kemudahan dalam menggunakan bilangan


2. Efisiensi dalam berbahasa
3. Kecepatan dalam pengamatan
4. Kemudahan dalam mengingat
5. Kemudahan dalam memahami hubungan
6. Imajinasi

 Vernon dalam Dennis Child menjelaskan inteligensi dalam tiga kategori yaitu
biologis, psikologis, dan operasional.
 Secara biologis lebih menekankan kemampuan individu dalam mengadaptasi diri
terhadap rangsangan lingkungan. - Piaget
 Secara psikologis lebih menekankan pada efisiensi mental dan kapasitas pemahaman
abstrak yang diperlukan dalam menggunakan bahasa symbol.
 Formula dari Spearmen’s tentang perilaku inteligen merupakan pendidikan tentang
korelasi dan relasi, merupakan contoh definisi secara psikologis.
 Secara operasional perilaku intelegensi melibatkan spesifikasi perilaku inteligen
secara lebih rinci dan menemukan cara mengukur spesifikasi yang dimaksudkan.
B. Perbedaan dalam Inteligensi

 Thurstone mengatakan teori uni-faktor yaitu inteligensi


merupakan faktor yang tunggal.
 Spearman memperkenalkan teori dua faktor yaitu faktor kemampuan
guru dan bakat.
 Guilford mengetengahkan teori multi-faktor atau lebih dikenal dengan
Guilford’s Structure of Intellect yang memberi gambaran adanya 150
faktor kemampuan pada manusia.
 Howard Gardner memperkenalkan teori Multiple Inteligences, yaitu
bahwa inteligensi manusia terdiri dari 8 inteligensi ( bahasa, logis-
matematis, tilikan ruang, bodily-kinesthetic, music, antarpribadi,
intrapribadi, dan naturalis ).
 Pengelompokan inteligensi didasarkan pada ukuran yang dikenal
dengan IQ ( intelligence quotient ) diperoleh dengan memberikan
seperangkat tes inteligensi kepada siswa yang dites.
Klasifikasi Tingkat Kemampuan Umum ( Inteligensi )
Persentase dari
IQ Klasifikasi
Populasi
140 ke atas 1 Genius ( jenius )
130 – 139 2 Very superior
120 – 129 8 Superior ( unggul )
110 – 119 16 High average ( di atas rata-rata )
100 – 109 23 Average
90 – 99 23 Average
80 – 89 Dull average ( mendekati
16
normal )
70 – 79 8 Borderline ( lambat )
60 – 69 2 Mentally deficient
Di bawah
1 Terbelakang
60
C. Perbedaan dalam Kepribadian

 Kepribadian – personality ( Inggris )


 Personae ( Yunani ) berarti topeng
 Kepribadian itu adalah perilaku yang ditampilkan oleh seseorang
dalam situasi tertentu.
 Kepribadian itu adalah suatu yang relative permanen ada pada diri
individu.
 Gage dan Berliner menyatakan bahwa kepribadian merupakan
keterpaduan seluruh ciri-ciri individu, kemampuan, motivasi
sebagaimana ditampilkan dalam temperamen, sikap, pendapat,
keyakinan, respons emosional, gaya kognitif, karakter, dan moral.
 Kepribadian menurut Allport dalam Sumadi Suryabrata adalah
organisasi dinamis dalam individu sebagai system psikofisis yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
C. Perbedaan dalam Kepribadian

 Organisasi dinamis – berkembang dan berubah


 Psikofisis – fisik dan psikis
 Faktor penentu perilaku individu
 Kepribadian ditampilkan secara khas secara individual.
 Remaja sering bertingkah yang penting tampil beda untuk
membedakan bahwa ia bukan anak-anak lagi.
 Dalam pandangan Erikson dalam Gage Berliner, masa remaja adalah
masa Sturm und Drang ( masa angin-anginan ).
 Masalah yang sering muncul pada usia remaja ini adalh membangun
identitas diri.
 Para remaja mencari identitas dirinya.
 Kegagalan remaja mengatasi krisis identitas menyebabkan kegagalan
remaja menjadi orang dewasa yang memiliki kepribadian terpadu.
C. Perbedaan dalam Kepribadian

 Apakah Anda telah mencermati dan memahami paparan


tentang perbedaan individual yang utama pada diri anak usia
sekolah menengah di atas ?
 Di sinilah peran penting guru di sekolah untuk membantu
memudahkan penemuan identitas diri remaja.
 Sebagai guru, penting pula dipahami bahwa jenis kebutuhan anak pun
berbeda-beda.
 Dengan menyadari kebutuhan anak berbeda-beda, diharapkan guru
bisa mengambil sikap dan tindakan yang tepat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan para siswanya.
 Setiap manusia melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya.
C. Perbedaan dalam Kepribadian

 Kebutuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaktu faktor internal


dan eksternal.
 Kebutuhan yang dominan terdapat pada anak usia sekolah
menengah dari 20 kebutuhan konsep Murray tersebut adalah :
(1) needs for affiliation; (2) needs for aggression; (3) autonomy
needs; (4) counteraction; (5) needs for dominance; (6)
exhibition; (7) sex.
 Melihat kajian tentang kebutuhan pada siswa sekolah menengah
berdasarkan konsep kebutuhan Murray, seorang guru semestinya
peka terhadap kebutuhan siswanya pada masa remaja (terutama nomor
7).
 Sebagai guru, Anda dapat menciptakan suasana kelas yang
demokratis, merencanakan pembelajaran yang bervariasi, serta
mengadakan hubungan atau komunikasi dengan menggunakan
pendekatan pribadi.
T E R I M A

KASIH

Anda mungkin juga menyukai