Anda di halaman 1dari 22

Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

(PDGK4504)
Disusun oleh kelompok 8 :

1. Purwaningsih (856962512)

2. Deli Gustika (856962537)

3. Hilma Yurita (856962472)


Modul 9

Model Pembelajaran Apresiasi Sastra


di SD
KEGIATAN BELAJAR 1

Pembelajaran Apresiasi Sastra


di Kelas Rendah.
A. PENGERTIAN APRESIASI SASTRA

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1999:53), apresiasi didefinisikan dalam 3 hal, yakni :

(1) kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya,

(2) penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu,

(3) kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah.

Apresiasi sastra adalah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan pada pemahaman
(Sujiman dalam Santosa, 2008:8.17).

Apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman,
penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai
yang terkandung dalam suatu karya sastra (Zaidan dalam Santosa, 2008:8.17)
B. TUJUAN PEMBELAJARAN APRESIASI SD
Didalam pengajaran siswa tidak terlepas berkaitan terhadap kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran dan

peserta (disebut siswa). Untuk itu guru dituntu untuk mampu menggunakan berbagai jenis model

pembelajaran, agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar dan mampu bersosialisasi dengan

lingkungannya.

Saudara, Huck, dkk. (1987 dalam http://mbahbrata.wordpress.com/), menyatakan bahwa pembelajaran

apresiasi sastra di SD harus memberikan pengalaman pada siswa yang berkontribusi pada empat tujuan,

yakni:

(1) pencarian kesenangan pada buku (discovering delight in book),

(2) Menginterpretasi bacaan sastra (interpreting literature),

(3) Mengembang-kan kesadaran bersastra (Jiterary awarness), dan

(4) Mengembangkan apresiasi (developing appreciation).


Tujuan mendasar ini akan lebih memperoleh hasil yang optimal apabila didukung oleh aspek psikologis
karena menurut Mulyasa (2002:4), peserta didik memiliki pengetahuan dan keingintahuan yang besar. Dengan
bekal ini, siswa dapat memperoleh kenikmatan dan intelektual dari sebuah karya sastra. Dalam konteks
pembelajaran apresiasi sastra di SD, maka ketika siswa berusaha mencari makna estetis dan menangkap makna
intelektual, maka hal tersebut akan berkorelasi positif dengan kebutuhan mereka dalam mengembangkan
kematangan intelektual dan emosionalnya.

Ada dua nilai yang dapat diambil dari pembelajaran sastra yaitu nilai personal dan nilai pendidikan. Nilai personal
ini meliputi perkembangan emosiaonal, intelektual, imajinasi, pertumbuhan rasa sosial, dan pertumbuhan rasa
etis dan religus. Adapun nilai pendidikan ini mencangkup :

1. Eksplorasi dan penemuan.

2. Membantu keterampilan berbahasa.

3. Mengembangkan cipta dan rasa atau nilai keindahan.

4. Menanamkan wawasan multikultural dan penanaman kebiasaan membaca.


C. KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH

Hal ini patut disadari mengingat dunia anak sedang membutuhkan teladan, Budaya
mereka masih lebih dominan pada mendengar dan melihat tayangan dari pada membaca.

Anak SD kelas rendah lebih menyukai cerita sederhana tentang kehidupan sehari-hari,
dongeng binatang, dan kisah-kisah lucu.

Karena karakteristik yang demikian bahan bacaan yang dipilihkan untuk mereka harus
mampu mewakili dunianya, bukan dunia yang “asing”. Untuk mengawalinya, mungkin
siswa dikenalkan pada syair-syair lagu yang selaras dengan dunia anak, yang sangat
mudah merasuk dalam keindahan dan kecerdasan otak, misalnya syair “Lihat Kebunku"
atau “Kasih Ibu” (Santosa, 2008:8.44 - 8.45).
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA INDONESIA
KELAS RENDAH
1. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra
Pada dasarnya guru harus menggunakan kriteria keterbacaan dan kesesuaian yang mudah dipahami oleh
siswa. Penggunaan kedua kriteria tersebut, dikaitkan dengan bentuk sastra anak yakni sbb :
a) Prosa ,
 Kriteria keterbacaan dalam prosa yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan salah satumya tema
terbuka.
 Kriteria kesesuain dalam prosa yaitu pemilihan bahan pembelajarn harus didasrkan karakteristik anak.
b) Puisi
 Kriteria keterbacaan dalam puisi yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan salah satumya bahasa
yang digunakan harus mampu ditafsirkan dengan mudah.
 Kriteria kesesuain dalam puisi salah satunya sesuai dengan lingkungan anak.
c) Drama
 Kriteria keterbacaan dalam drama yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan salah satumya memiliki
kejelasan dialog.
 Kriteria kesesuain dalam drama yaitu sesuai dalam kemampuan siswa.
2. Langkah-langkah yang Digunakan

Mulailah hari Anda dengan sebuah niat bahwa Anda akan memberikan
hati Anda sepenuhnya bagi siswa-siswi yang Anda hadapi. Setelah itu,
awali langkah Anda dengan kegiatan pra-KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) hingga KBM di kelas. Kegiatan pra-KBM dapat dilakukan
dengan mendongeng dengan intonasi, tekanan, dan pandangan mata
yang menyejukkan dan mampu memusatkan perhatian siswa. Yang jelas,
Anda mesti memperhatikan karakteristik siswa yang ada dalam kelas
rendah.
E. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
INDONESIA DI KELAS RENDAH
Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak, kita dapat melakukan beberapa kegiatan, yakni kegiatan
apresiasi secara langsung, apresiasi tidak langsung, pendokumentasian sastra anak, dan melatih kegiatan
mencipta sastra (rekreatif). Secara terperinci dijelaskan sebagai berikut:

1. Kegiatan apresiasi langsung, yaitu membaca sastra anak, mendengar sastra anak ketika dibacakan
atau dideklamasikan, dan menonton pertunjukan sastra anak dipentaskan,

2. Kegiatan apresiasi tidak langsung, yaitu mempelajari teori sastra, mempelajari kritik dan esai sastra,
dan mempelajari sejarah sastra,

3. Pendokumentasian sastra anak,

4. Dan melatih kegiatan kreatif mencipta sastra atau rekreatif dengan mengungkapkan kembali karya
sastra yang dibaca, didengar, atau ditontonnya.
Khusus didalam evaluasi pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya
mengandung tiga komponen dasar evaluasi, yaitu kognisi, afeksi dan
psikomotor.

Sementara itu, dalam penilaian yang digunakan, dikenal bentuk penilaian,


yaitu :

1. Penilaian prosedur yang meliputi penilaian proses belajar dan penilaian hasil
belajar

2. Instrumen atau alat penilaian yang meliputi tanya jawab, penugasan, esai tes
dan pilihan ganda.
F. PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA SECARA TERPADU DI SD
KELAS RENDAH
Dengan demikian, pembelajaran sastra di SD kelas rendah diharapkan benar benar dapat menjadi

pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak

dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. Bagi siswa SD kelas 1 - 3, sifat sastra anak adalah

imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol.

Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan

bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang

dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Dalam pembelajaran apresiasi sastra SD di kelas

rendah secara terpadu, tema-tema yang ada dipadukan dengan pembelajaran yang lain, misalnya budi pekerti dan

kebersihan.
Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan pembelajaran apresiasi sastra di SD harus memberikan

pengalaman pada siswa yang berkontribusi Pada empat tujuan, yakni:

(1) pencarian kesenangan pada buku (discovering delight in book).

(2) menginterpretasi bacaan sastra (interpreting literature),

(3) mengembang-kan kesadaran bersastra (diterary awarness), dan

(4) mengembangkan apresiasi (developing appreciation).

Oleh karena itu, melalui pembelajaran apresiasi sastra siswa diharapkan mampu menikmati dan

memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa.


KEGIATAN BELAJAR 2

Pembelajaran Apresiasi Sastra


di Kelas Tinggi
A. KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS TINGGI

Menurut Thornburg (dalam http://xpresiriau.com) siswa Sekolah Dasar merupakan

individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya.

Setiap siswa SD sedang berada dalam perubahan, baik secara fisik maupun mental

mengarah pada yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan

sosial maupun nonsosial meningkat. Siswa kelas empat, misalnya memiliki kemampuan

tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang

menampakkan tingkah laku mendekati tingkah laku siswa remaja permulaan.

.
Nasution (dalam http://xpresiriau.com) mengatakan bahwa pada masa kelas tinggi SD, siswa
mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut:

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret,

2. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar,

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap halhal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli
yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor,

4. Pada umumnya siswa menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan
sendiri,

5. Pada masa ini siswa memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
sekolah,

6. Siswa pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
INDONESIA SECARA TERPADU DI KELAS TINGGI
Langkah-langkah pembelajaran apresiasi sastra dikelas tinggi pada dasarnya serupa dengan pembelajaran apresiasi sastra
terpadu dikelas rendah. Perbedaannya adalah pada tingkat keterbacaan bahan yang digunakan dan hal-ha lan yang lebih
kompleks dari bahan yang diberikan di SD kelas rendah.

Oleh karena itu, secara teoritis, lngkah-langkah pembelajaran apresiasi sastra di kelas tinggi (dan juga kelas rendah) dapat
dilakukan dengan membaca dan memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar sbb :

1. Mengidentifikasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sastra dari standar isi.

2. Menganalisis KD atas kompetensi dan bahan ajar.

3. Menjabarkan kompetensi menjadi kata kerja Operasional.

4. Menjabarkan bahan ajar menjadi lebih spesifik.

5. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi.

6. Merumuskan materi pokok dari KD.

7. Merumuskan materi pembelajaran dari indikator.

8. Menandai jenis apresiasi yang dituntut dan teori yang digunakan


C. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
INDONESIA KELAS TINGGI
Langkah-langkah pembelajaran apresiasi sastra dikelas tinggi pada perencanaan pembelajaran
mencakup tujuan khusus, misalnya tujuan khusus pada pembelajaran dapat dirumuskan sebagai
berikut :

1. Siswa mampu mengemukakan kembali ringkasan isi cerita sesuai dengan rangkaian cerita,
pelaku cerita, dan tempat kejadian dalam cerpen Batu Menangis.

2. Siswa mampu memberikan tanggapan terhadap kejadian cerita Batu Menangis.

3. Siswa mampu mengemukakan kembali ringkasan tanggapan secara lisan dengan baik dan
benar.
D. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
INDONESIA DIKEAS TINGGI
Dalam pembelajaran apresiasi sastra dikelas tinggi, model pembelajaran yang aplikatif dan
pragmatis adalah RPP yang benar-benar dapat digunakan untuk mengantarkan siswa kepada
pencapaian kompetensi dengan tuntas memahami SK, KD, dan mampu menjabarkannya
menjadi indikator. Dari indikator dilaharikan :

1. Tujuan pembelajaran

2. Materi pembelajaran

3. Kegiatan pembelajran

4. Prosedur pembelajaran, serta

5. Instrumen penilaian
E. PEMBELJARAN APRESIASI SASTRA SECARA TERPADU DI SD
KELAS TINGGI
Dalam pembelajaran apresiasi sastra secara terpadu di kelas tinggi, ketika mempelajari sastra, fokus
pembelajaran tertuju pada siswa, yang tengah membaca, menikmati, dan merespon peristiwa-peristiwa
yang terpapar melalui sajian sastra.

Perlu diingat bahwa mereka (siswa kelas 4 — 6) adalah siswa kelas tinggi yang mempunyai beberapa
sifat khas sebagai berikut:
1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret,
2. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar,
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang
mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktorfaktor,
4. Pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri,
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
sekolah,
6. Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.
Oleh karena itu, dalam praktik pembelajaran apresiasi sastra secara terpadu, kerja guru ialah

menumbuhkembangkan jiwa merdeka anak didik dengan mewaspadai ramburambu sifat kodrati

anak didik, yaitu nontonniteni-nirokake (melihat-mengamatimeniru), dalam suasana yang bebas

dari tekanan, dari ketakutan, dari keharusankeharusan (Dwiarso 2008 dalam Oemarjati, 2008).

Kesimpulan :

Pembelajaran Apresiasi Sastra di Kelas Rendah maupun di Kelas Tinggi berkaitan dengan

bagaimana seorang guru mampu menerapkan model pembelajaran Apresiasi Sastra yang

Mudah dimengerti oleh anak SD.


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai