Anda di halaman 1dari 18

Essentials of Human Anatomy & Physiology

Seventh Edition

Sistem Kekebalan Tubuh


Kelompok 1 :
Azhar Fauzi Sasono 202110215131
Chika Amelia Alira Putri 202110215107
Moch. Akbar S.N 202110215142
Nurli Dian Stefani 202110215144
Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh

• Sistem kekebalan tubuh (sistem imun)


merupakan sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan
oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah
terkena penyakit.
• Perlindungan terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lain dalam tubuh
Apa fungsi system rangka?

· Melindungi tubuh dari serangan benda asing


atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
· Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak
(debris cell) untuk perbaikan jaringan.
· Mengenali dan menghilangkan sel yang
abnormal.
· Menjaga keseimbangan homeostatis dalam
tubuh.
Jenis Cara Mempertahankan Diri Dari
Penyakit
• Sistem pertahanan tubuh non spesifik merupakan Tidak
membedakan mikrobia patogen yang satu dengan yang lainnya.
• Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan Pertahanan tubuh
terhadap patogen tertentu yang masuk dalam tubuh
• Cara memperoleh :
a) Kekebalan aktif dapat dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
b) Kekebalan pasif dapat diperoleh setelah menerima antibodi dari
luar tubuh.
• Mekanisme kerja :
a) Kekebalan humoral dapat Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi
yang beredar dalam aliran darah.
b) Kekebalan seluler dapat Melibatkan sel T yang berfungsi
menyerang sel-sel asing atau jaringan tubuh yang terinfeksi
secara langsung.
Sistem Pertahan Tubuh Spesifik

• Limfosit :
a) Limfosit B (Sel B) dapat pembentukan
dan pematangan di sumsum tulang
b) Limfosit T (Sel T) dapat pembentukan di
sumsum tulang, pematangan terjadi di
kelenjar timus
c) Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Limfosit Sel B

Berperan dalam pembentukan kekebalan


humoral dengan membentuk antibodi.
• Sel B plasma dapat membentuk
antibodi.
• Sel B pengingat dapat mengingat
antigen yang pernah masuk ke dalam
tubuh serta menstimulasi pembentukan
sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
• Sel B pembelah dapat membentuk sel B
Limfosit Sel T

Berperan dalam pembentukan kekebalan


seluler  menyerang sel penghasil antigen
secara langsung; membantu produksi
antibodi oleh sel B plasma.
• Sel T pembunuh dapat menyerang
patogen yang masuk dalam tubuh, sel
tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker
secara langsung.
• Sel T pembantu dapat menstimulasi
pembentukan sel B plasma dan sel T
Sistem Pertahan Tubuh Non Spesifik

a) Pertahanan yg terdapat di permukaan tubuh


b) Fisik yaitu lapisan terluar kulit (jaringan epitel) dan
membran mukosa.
c) Mekanis yaitu rambut hidung dan silia pada trakea.
d) Kimiawi yaitu minyak & keringat di kulit, air mata,
saliva, mukosa (menghidrolisis dinding sel bakteri).
e) Biologi yaitu populasi bakteri tidak berbahaya.
Perbedaan sifat Respon Imun Spesifik
dan Non-Spesifik

Non- Spesifik Spesifik

Resitensi Tidak beubah oleh Membaik oleh infeksi


infeksi berulang (memori)
Spesifitas Umumnya efektif Spesifik untuk
terhadap semua mikroorganisme yang
mikroorganisme sudah mensentisitasi
sebelumnya
Sel Yang Penting Fogosit
Sel Nk Limfosit
Sel K
Molekul YaNg Penting Lizosim Antibodi
Komplemen Sintokin
Interferon
Komponen Yang Larut Peptida antimikrobal
Antibodi
dan protein
Proses Pembekuan Darah
Respon Peradangan
• Bila luka menyebar (sistematik) sel-sel
yang rusak – mengeluarkan sinyal
berupa zat kimia – melepas neutrophil
lebih banyak dari sumsum tulang
belakang – jumlah dalam darah
meningkat – beberapa jam dari
peradangan awal.
• Respon dari sitematik lain – demam.
Toksin pathogen – merangsang
timbulnya demam.
• Leukosit lain menghasilkan pyrogen –
thermostat tubuh.
Fungsi Sistem Imun
1. Penangkal benda asing yang masuk kedalam tubuh
2. Untuk keseimbangan tubuh terutama menjaga keseimbangan
komponen
tubuh yang telah tua
3. Sebagai pendektesi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau
ganas
sertamenghancurkanya.
Reaksi Hipersensitifitas I
Gel & Coomb membagi reaksi hipersensitifitas menjadi 4:

Reaksi hipersensitifitas tipe I


• Disebut juga:
• Reaksi Alergi
• Reaksi anafilaksis
• Reaksi Cepat
• Ikatan Antigen-antibodi pada sel Mast atau Basofil sehingga
timbul degranulasi mediator
Contoh penyakit:
–Asma
–Rinitis Alergika
–Urtikaria
–Dermatitis Atopika
–Renjatan Anafilaksis
Reaksi hipersensitifitas tipe II

• Disebut juga: Reaksi sitotoksik

• Pada reaksi ini terbentuk kompleks antibodi-antigen:

– Mengaktifkan sel K sebagai efektor ADCC

– Mengaktifkan komplemen memudahkan

fagositosis, menimbulkan lisis

• Contoh penyakit:

– Reaksi tranfusi, menimbulkan kerusakan eritrosit

– Anemia hemolitik imun

– Reaksi obat, menimbulkan agranulositosis,

anemia.
Reaksi Hipersensitifitas tipe III

• Disebut juga: Reaksi Komplek Imun


• Antibodi: IgM, IgG
• Endapan komplek imun mengaktifkan
komplemen-kemotaktik terhadap makrofag
• Antigen:
– Mikroorganisme jaringan yang persisten:
malaria
• SporC3a, C5a menimbulkan eritem
dan sembab
• C567 kemotaktik terhadap netrofil
melepas vasoaktif amin, protease dan
kolagenase menyebabkan perdarahan
dan nekrosis
– 2. Reaksi serum sickness
– 3. Reaksi yang disertai komplek imun
(Demam Rematik, Rematoid Artritis) a
jamur
– Jaringan sendiri
• Macam reaksi:
– 1.Reaksi Arthus: komplek Antibodi-
antigen mengendap pada pembuluh
darah menimbukan aktifasi komplemen:
Reaksi Hipersensitifitas tipe IV

• Disebut juga :
• Reaksi hipersensitifitas
lambat
• Delayed Type Hypersensitifity
• Reaksi tuberkulin
• Antigen merupakan
• jaringan asing

• mikroorganisme intraseluler:
virus, tbc & lepra
• Efektor sel : Makrofag
• Macam Reaksi:
• Reaksi Jones Mote
– Tungau
– Poison Ivy
– reaksi penolakan jaringan
• Dermatitis Kontak
• Reaksi tuberkulin
• Reaksi granulomata
Terimakasihh

Anda mungkin juga menyukai