Implementasi Kepmen KP Nomor 17 Tahun 2021
Implementasi Kepmen KP Nomor 17 Tahun 2021
Disampaikan pada:
BIMTEK DIAGNOSIS PENYAKIT UDANG (DIV-1, AHPND DAN WSSV)
DENGAN METODE MOLEKULER
Asas
Penyelenggaraan Karantina Berdasarkan asas:
1. Kedaulatan; 7. Dampak Minimal;
2. Keadilan; 8. Transparansi;
3. Perlindungan; 9. Keterpaduan;
4. Keamanan Nasional; 10. Pengakuan;
5. Keilmuan; 11. Non Diskriminasi; dan
6. Keperluan; 12. Kelestarian
12 ASAS
DASAR PENYELENGGARAAN KARANTINA
Kedaulatan adalah dalam penyelenggaraan Karantina setiap negara memiliki hak berdaulat untuk melindungi
kelestarian sumber daya alam hayatinya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
internasional.
Keadilan adalah penyelenggaraan Karantina harus memberikan peluang dan kesempatan yang sama secara
proporsional kepada semua pihak dengan berlandaskan kajian ilmiah (scientific based) yang melalui proses analisis
risiko terhadap Media Pembawa.
Pelindungan adalah penyelenggaraan Karantina harus mampu menjamin pelindungan terhadap sumber daya alam
hayati, lingkungan, dan kesehatan manusia.
Keamanan Nasional adalah penyelenggaraan Karantina harus dapat mencegah masuk dan tersebarnya HPHK,
HPIK, dan OPTK, cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kepentingan nasional.
Keilmuan adalah dalam penyelenggaraan Karantina harus berdasarkan pada ilmu pengetahuan (scfentific basedl
dan setiap tindakan yang dilakukan harus menggunakan metode ilmiah (scientific method).
Keperluan adalah penyelenggaraan Karantina dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya HPHK, HPIK, dan
OPIK, pengawasan dan/atau pengendalian terhadap Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif, PRG, SDG, Tumbuhan dan
Satwa Liar, Tumbuhan dan Satwa Langka yang dapat mengganggu kesehatan manusia, Hewan, Ikan, Tumbuhan,
dan/atau lingkungan, Keamanan dan Mutu Pangan, serta Keamanan dan Mutu Pakan yang dimasukkan dan
dikeluarkan dari luar negeri dan dari suatu Area ke Area lain serta Transit di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam
DETIL
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
12 ASAS
DASAR PENYELENGGARAAN KARANTINA
Dampak Minimal adalah penyelenggaraan Karantina memilih dan menggunakan standar yang dapat diaplikasikan
sehingga memberikan dampak yang memperkecil hambatan terhadap kelancaran arus perdagangan dan lalu lintas
manusia.
Transparansi adalah penyelenggaraan Karantina harus menyediakan informasi yang benar, jujur, dan mudah diakses.
Keterpaduan adalah penyelenggaraan Karantina harus menyerasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas
sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.
Pengakuan adalah penyelenggaraan Karantina menerapkan standar tindakan yang berdasarkan kajian ilmiah dan
ketentuan Karantina yang diusulkan oleh negara mitra dapat diakui setara dengan ketentuan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Non Diskriminasi adalah penyelenggaraan Karantina diterapkan berdasarkan kajian ilmiah (scientific based) melalui
proses analisis risiko terhadap Media Pembawa yang diberlakukan sama/setara kepada semua pihak.
Kelestarian adalah penyelenggaraan Karantina bertujuan untuk melindungi kelestarian sumber daya alam hayati
Indonesia berupa berbagai jenis Hewan, Ikan, dan Tumbuhan untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan dan
bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang.
DETIL
PENYELENGGARAAN KARANTINA
BAB II, PASAL 5 DAN 6
Penyelenggaraan Karantina
Didasarkan pada tingkat perlindungan negara
yang layak terhadap HPHK, HPIK dan OPTK
Tingkat Pelindungan
Negara
Berdasarkan
Analisis Risiko
Didasarkan pada tingkat perlindungan negara
yang layak terhadap Hama Penyakit Hewan
Karantina, Hama Penyakit Ikan Karantina,
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
dan Organisme Pengganggu Ikan Karantina
TA N GA N
E & TA N
ISS U
Penetapan jenis HPHK, HPIK, OPTK, Media Pembawa, dan Media Pembawa yang
dilarang, dilakukan dengan memperhatikan:
a. Hasil analisis risiko (keberadaan penyakit, akibat yg ditimbulkan, pola
penyebaran, ketersediaan metoda deteksi dll)
b. Daerah sebaran
c. Memperhatikan pelindungan sumber daya alam hayati
SEJARAH PENETAPAN JENIS HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
1. KEPMEN TAN Nomor: 520/KPTS/IK.220/8/1993 tentang Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina
Beserta Media Pembawanya
2. KEPMEN TAN Nomor: 841/KPTS/IK.220/7/1999 tentang Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina
Beserta Media Pembawanya
3. KEPMEN KP Nomor: KEP. 17/MEN/2003 tentang tentang Jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
4. KEPMEN KP Nomor: KEP.17/MEN/2006 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
5. KEPMEN KP Nomor: KEP.03/MEN/2010 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
6. KEPMEN KP Nomor: 26/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Jenis Jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
7. KEPMEN KP Nomor: 80/KEPMEN-KP/2015 tentang Penetapan Jenis Jenis Hama dan Peyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
8. KEPMEN KP Nomor: 91/KEPMEN-KP/2018 tentang Penetapan Jenis Jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan dan Media Pembawa
9. KEPMEN KP NOMOR 17 TAHUN 2021 tentang Penetapan Jenis Penyakit Ikan Karantina,
Organisme Penyebab, Golongan dan Media Pembawa
KEPMEN KP NOMOR 17 TAHUN 2021
Keterangan: warna merah merupakan jenis penyakit (HPIK) non OIE Listed Diseases
KELOMPOK CRUSTACEA
A. VIRUS
1. Infectious hypodermal and haematopoietic necro-
sis virus (IHHNV)
2. Yellow head virus (YHV) C. PARASIT
3. Taura syndrome virus (TSV) 1. Hepatopancreatic microsporidiosis
4. White spot syndrome virus (WSSV) causedby Enterocytozoon hepatopenaei
5. Macrobrachium rosenbergii nodavirus (MrNV)/ (HPM–EHP)
White tail disease (WTD)
6. Infectious myonecrosis virus (IMNV)
D. JAMUR
7. Covert mortality nodavirus (CMNV)
1. Infection with Aphanomyces astaci (Crayfish
8. Decapod iridescent virus-1 (DIV-1)
plague)
B. BAKTERI
1. Acute hepatopancreatic necrosis disease
(AHPND)
2. Necrotising hepatopancreatitis (NHP)
Keterangan: warna merah merupakan jenis penyakit (HPIK) non OIE Listed Diseases
KELOMPOK MOLLUSCA KELOMPOK AMPHIBIA
A. VIRUS A. VIRUS
1. Abalone herpesvirus (AbHV) 1. Infection with ranavirus
2. Osterid herpersvirus-1 microvariants - Bohle iridovirus (BIV)
(OsHV-1 microvariants) - Ambystoma tigrinum virus (ATV)
B. BAKTERI B. JAMUR
1. Infections with Xenohaliotis californien- 1. Infection with Batrachochytrium dendrobatidis
sis
2. Infection with Batrachochytrium salamandrivorans
C. PARASIT
1. Infection with Bonamia exitiosa
2. Infection with Bonamia ostreae
3. Infection with Marteilia refringens
4. Infection with Perkinsus olseni
5. Infection with Perkinsus marinus
6. SSO disease (Seaside organism)
7. MSX disease (Multinucleate sphere X)
Keterangan: warna merah merupakan jenis penyakit (HPIK) non OIE Listed Diseases
Infection with Aphanomyces invadans (epizootic ulcerative syndrome)
10 finfish diseases Infectionwith epizootic haematopoietic necrosis virus
Infection with Gyrodactylus salaris
Infection with infectious haematopoietic necrosis
Infection with koi herpesvirus
Infection with red sea bream iridovirus
OIE LISTED
Infection with salmonid alphavirus
Infection with spring viraemia of carp virus
DISEASE
Infection with viral haemorrhagic septicaemia virus
Infection with HPR-deleted or HPRO infectious salmon anaemia virus
2021
Infection with abalone herpesvirus
7 Mollusc diseases Infection with Bonamia exitiosa
Infection with Bonamia ostreae
Infection with Marteilia refringens
Infection with Perkinsus marinus
Infection with Perkinsus olseni
Infection with Xenohaliotis californiensis
Kepmen KP Nomor 17 01 02 03
Tahun 2021
Pemasukan Pengeluaran Pengeluaran
tentang Penetapan Jenis Penyakit
Impor Media Ekspor Media
Ikan Karantina, Organisme Penyebab,
Golongan dan Media Pembawa Media Pembawa HPIK Pembawa
Apakah masih berlaku ketetapan status “Area Bebas dan Tidak Bebas
HPIK”?
PP Nomor 15 Tahun 2002 (Pasal 3)
Permen KP Nomor 38/PERMEN-KP/2019 (Pasal 4 – 5)
Kepmen KP Nomor 58/KEPMEN-KP/2016
P A G E 22
TERIMAKASIH