Anda di halaman 1dari 56

IMPLEMENTASI

KEPMEN KP NOMOR 17 TAHUN 2021


DALAM RANGKA PELINDUNGAN NEGARA
YANG LAYAK

Disampaikan pada:
BIMTEK DIAGNOSIS PENYAKIT UDANG (DIV-1, AHPND DAN WSSV)
DENGAN METODE MOLEKULER

BUSKIPM, 9 – 11 NOVEMBER 2021


LATAR BELAKANG
 Perubahan status penyakit ikan di luar negeri yang berpotensi terhadap terjadinya wabah dan
mengakibatkan kerugian sosio-ekonomi,
 Semakin berkembangnya jenis-jenis penyakit ikan karantina di luar negeri
 Meningkatnya lalu lintas ikan antar negara dan dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara
Republik Indonesia, baik dalam rangka perdagangan, pertukaran, maupun pengkayaan genetik,
semakin membuka peluang bagi kemungkinan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan
karantina yang dapat merusak sumber daya alam hayati
 Tanah air Indonesia atau sebagian pulau-pulau di Indonesia masih bebas dari berbagai penyakit ikan
Karantina, sehingga perlu dijaga dan dilindungi kelestarian sumber daya hayatinya.
 Ketentuan Internasional seperti perjanjian SPS, yang memperbolehkan setiap negara anggota untuk
melakukan tindakan-tindakan sanitary phytosanitary yang diperlukan untuk melindungi kehidupan
atau kesehatan manusia, hewan, atau tumbuhan, sepanjang tindakan tersebut tidak bertentangan
dengan ketentuan
 Dalam rangka pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyebaran hama dan penyakit ikan
karantina, ditetapkan Kepmen KP Nomor 17 Tahun 2021 2
Pengertian
Karantina adalah sistem pencegahan masuk, keluar dan
tersebarnya hama dan penyakit hewan & ikan karantina, dan
organisme pengganggu tumbuhan karantina, serta pengawasan
dan/atau pengendalian terhadap keamanan dan mutu pangan
dan/ pakan, PRG, SDG, Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif,
Tumbuhan dan Satwa Liar serta Langka yang dimasukkan ke
dalam, tersebarnya dari suatu area ke area lain, dan/atau
dikeluarkan dari wilayah NKRI

Asas
Penyelenggaraan Karantina Berdasarkan asas:
1. Kedaulatan; 7. Dampak Minimal;
2. Keadilan; 8. Transparansi;
3. Perlindungan; 9. Keterpaduan;
4. Keamanan Nasional; 10. Pengakuan;
5. Keilmuan; 11. Non Diskriminasi; dan
6. Keperluan; 12. Kelestarian
12 ASAS
DASAR PENYELENGGARAAN KARANTINA
Kedaulatan adalah dalam penyelenggaraan Karantina setiap negara memiliki hak berdaulat untuk melindungi
kelestarian sumber daya alam hayatinya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
internasional.

Keadilan adalah penyelenggaraan Karantina harus memberikan peluang dan kesempatan yang sama secara
proporsional kepada semua pihak dengan berlandaskan kajian ilmiah (scientific based) yang melalui proses analisis
risiko terhadap Media Pembawa.

Pelindungan adalah penyelenggaraan Karantina harus mampu menjamin pelindungan terhadap sumber daya alam
hayati, lingkungan, dan kesehatan manusia.

Keamanan Nasional adalah penyelenggaraan Karantina harus dapat mencegah masuk dan tersebarnya HPHK,
HPIK, dan OPTK, cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kepentingan nasional.

Keilmuan adalah dalam penyelenggaraan Karantina harus berdasarkan pada ilmu pengetahuan (scfentific basedl
dan setiap tindakan yang dilakukan harus menggunakan metode ilmiah (scientific method).

Keperluan adalah penyelenggaraan Karantina dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya HPHK, HPIK, dan
OPIK, pengawasan dan/atau pengendalian terhadap Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif, PRG, SDG, Tumbuhan dan
Satwa Liar, Tumbuhan dan Satwa Langka yang dapat mengganggu kesehatan manusia, Hewan, Ikan, Tumbuhan,
dan/atau lingkungan, Keamanan dan Mutu Pangan, serta Keamanan dan Mutu Pakan yang dimasukkan dan
dikeluarkan dari luar negeri dan dari suatu Area ke Area lain serta Transit di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam
DETIL
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
12 ASAS
DASAR PENYELENGGARAAN KARANTINA

Dampak Minimal adalah penyelenggaraan Karantina memilih dan menggunakan standar yang dapat diaplikasikan
sehingga memberikan dampak yang memperkecil hambatan terhadap kelancaran arus perdagangan dan lalu lintas
manusia.

Transparansi adalah penyelenggaraan Karantina harus menyediakan informasi yang benar, jujur, dan mudah diakses.

Keterpaduan adalah penyelenggaraan Karantina harus menyerasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas
sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.

Pengakuan adalah penyelenggaraan Karantina menerapkan standar tindakan yang berdasarkan kajian ilmiah dan
ketentuan Karantina yang diusulkan oleh negara mitra dapat diakui setara dengan ketentuan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Non Diskriminasi adalah penyelenggaraan Karantina diterapkan berdasarkan kajian ilmiah (scientific based) melalui
proses analisis risiko terhadap Media Pembawa yang diberlakukan sama/setara kepada semua pihak.

Kelestarian adalah penyelenggaraan Karantina bertujuan untuk melindungi kelestarian sumber daya alam hayati
Indonesia berupa berbagai jenis Hewan, Ikan, dan Tumbuhan untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan dan
bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang.

DETIL
PENYELENGGARAAN KARANTINA
BAB II, PASAL 5 DAN 6
Penyelenggaraan Karantina
Didasarkan pada tingkat perlindungan negara
yang layak terhadap HPHK, HPIK dan OPTK
Tingkat Pelindungan
Negara
Berdasarkan
Analisis Risiko
Didasarkan pada tingkat perlindungan negara
yang layak terhadap Hama Penyakit Hewan
Karantina, Hama Penyakit Ikan Karantina,
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
dan Organisme Pengganggu Ikan Karantina
TA N GA N
E & TA N
ISS U

Produksi Udang di ASIA


© 2018 Slidefabric.com All rights reserved.
P A G E 7
ISSUE DAN TANTANGAN PRODUKSI UDANG DI ASIA

Sumber : Jie Huang - Progress on Epidemiology of Emerging Diseases of Shrimp


Pada udang
Exotic disease Acute Hepatopancreatic Necrosis
PENGELOMPOKAN PENYAKIT IKAN/UDANG Disease (AHPND);
Covert Mortality Noda Virus (CMNV);
Decapoda Iridescents Virus (DIV-1);
Enterocytozoon Hepato Penaeiae (EHP)
• Exotic disease : Emerging disease White Spote Syndrome Virus (WSSV);
Infectious Mio Necrosis Virus (IMNV);
penyakit yang belum pernah terjadi atau muncul Infectious Hypodermal Haematopoietic
di suatu Negara atau wilayah baik secara klinis, Necrosis Virus (IHHNV);
epidemiologis maupun laboratoris, Macrobranchium Noda Virus (MrNv)
• Emerging disease : Re-emerging disease Yellow Head Disease (YHD)

infeksi yang baru muncul dalam sebuah


populasi atau pernah ada sebelumnya dan
meningkat secara cepat dalam sebuah wilayah
geografis.
• Re-emerging disease : Pada Ikan
Exotic disease Tilapia Lake Virus (TiLV); Carp Edema
infeksi yang muncul kembali setelah terjadi Virus (CEV)
penurunan yang signifikan atau infeksi yang
pernah ada sebelumnya dan sekarang muncul Emerging disease KHV; VNN; ISKNV, RSINV
kembali dengan peningkatan yang cepat Re-emerging disease -
HAMA DAN PENYAKIT IKAN (HPIK)
MENURUT UU RI NO. 21/2019

HPIK adalah semua Hama dan Penyakit Ikan yang belum


terdapat dan/atau telah terdapat hanya di Area tertentu
di wilayah NKRI yang dalam waktu relatif cepat dapat
mewabah dan merugikan sosioekonomi atau yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat untuk dicegah masuk ke dalam,
tersebar di dalam, dan/atau keluar dari wilayah NKRI.
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2019 TENTANG
KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN
Pasal 27
Pemerintah Pusat menetapkan jenis:
a. HPHK, HPIK, dan OPTK;
b. Media Pembawa HPHK, HPIK, dan OPTK; dan
c. Media Pembawa yang dilarang untuk dilakukan Pemasukan, Pengeluaran, dan
ditransitkan di atau ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Penetapan jenis HPHK, HPIK, OPTK, Media Pembawa, dan Media Pembawa yang
dilarang, dilakukan dengan memperhatikan:
a. Hasil analisis risiko (keberadaan penyakit, akibat yg ditimbulkan, pola
penyebaran, ketersediaan metoda deteksi dll)
b. Daerah sebaran
c. Memperhatikan pelindungan sumber daya alam hayati
SEJARAH PENETAPAN JENIS HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

1. KEPMEN TAN Nomor: 520/KPTS/IK.220/8/1993 tentang Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina
Beserta Media Pembawanya
2. KEPMEN TAN Nomor: 841/KPTS/IK.220/7/1999 tentang Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina
Beserta Media Pembawanya
3. KEPMEN KP Nomor: KEP. 17/MEN/2003 tentang tentang Jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
4. KEPMEN KP Nomor: KEP.17/MEN/2006 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
5. KEPMEN KP Nomor: KEP.03/MEN/2010 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
6. KEPMEN KP Nomor: 26/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Jenis Jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
7. KEPMEN KP Nomor: 80/KEPMEN-KP/2015 tentang Penetapan Jenis Jenis Hama dan Peyakit Ikan
Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya
8. KEPMEN KP Nomor: 91/KEPMEN-KP/2018 tentang Penetapan Jenis Jenis Hama dan Penyakit Ikan
Karantina, Golongan dan Media Pembawa
9. KEPMEN KP NOMOR 17 TAHUN 2021 tentang Penetapan Jenis Penyakit Ikan Karantina,
Organisme Penyebab, Golongan dan Media Pembawa
KEPMEN KP NOMOR 17 TAHUN 2021

 Pengelompokan jenis-jenis penyakit ikan karantina berdasarkan kelompok


media pembawa, yaitu: Pisces, Crustacea, Molusca, dan Amphibia;
 Kelompok Pisces terdiri dari 14 (empat belas) jenis virus, 5 (lima) jenis
bakteri, 2 (dua) jenis parasit, dan 1(satu) jenis jamur.
 Kelompok Crustacea terdiri dari 8 (delapan) jenis virus, 2 (dua) jenis
bakteri, 1 (satu) jenis parasit, dan 1(satu) jenis jamur.
 Kelompok Molusca terdiri dari 2 (dua) jenis virus, 1 (satu) jenis bakteri,
dan 7 (tujuh) jenis parasite.
 Kelompok Amphibia terdiri dari 2 (dua) jenis virus dan 2 (dua) jenis jamur.
JENIS PENYAKIT IKAN KARANTINA YANG DICEGAH MASUKNYA
KE DALAM DAN ANTAR AREA DI DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
(KEPMEN KP NOMOR 17/KEPMEN-KP/2021)
KELOMPOK PISCES
A. VIRUS B. BAKTERI
1. IcHV-1 1. Enteric septicaemia of catfish (ESC)
2. IcHV-2 2. Furunculosis/Carp erythrodermatitis
3. Spring Viraemia of Carp Disease (SVCD) 3. Streptococcosis
4. Infectious Haematopoeitic Necrosis Disease (IHND) 4. Enteric red mouth disease (ERM)
5. Megalocytivirus (RSIVD, ISKNV, TRBIV) 5. Bacterial kidney disease (BKD)
6. Grouper Iridoviral Disease (GIVD)
7. Infection with Epizootic Haematopoietic Necrosis Virus (EHN) C. PARASIT
8. Viral Encephalopathy and Retinopthy (VER)/ 1. Gyrodactylus salaris
Viral Nervous Necrosis (VNN) 2. Whirling disease
9. Koi Herpesvirus Disease (KHVD)
10. Viral Haemorrhagic Septicaemia Disease (VHSD)
11. Salmonid alphavirus (SAV)
D. JAMUR
12. HPR-deleted ISAV
1. Epizootic ulcerative syndrome (EUS)
13. Tilapia Lake Virus Disease (TiLVD)
14. Carp Edema Virus Disease (CEVD)

Keterangan: warna merah merupakan jenis penyakit (HPIK) non OIE Listed Diseases
KELOMPOK CRUSTACEA
A. VIRUS
1. Infectious hypodermal and haematopoietic necro-
sis virus (IHHNV)
2. Yellow head virus (YHV) C. PARASIT
3. Taura syndrome virus (TSV) 1. Hepatopancreatic microsporidiosis
4. White spot syndrome virus (WSSV) causedby Enterocytozoon hepatopenaei
5. Macrobrachium rosenbergii nodavirus (MrNV)/ (HPM–EHP)
White tail disease (WTD)
6. Infectious myonecrosis virus (IMNV)
D. JAMUR
7. Covert mortality nodavirus (CMNV)
1. Infection with Aphanomyces astaci (Crayfish
8. Decapod iridescent virus-1 (DIV-1)
plague)

B. BAKTERI
1. Acute hepatopancreatic necrosis disease
(AHPND)
2. Necrotising hepatopancreatitis (NHP)

Keterangan: warna merah merupakan jenis penyakit (HPIK) non OIE Listed Diseases
KELOMPOK MOLLUSCA KELOMPOK AMPHIBIA
A. VIRUS A. VIRUS
1. Abalone herpesvirus (AbHV) 1. Infection with ranavirus
2. Osterid herpersvirus-1 microvariants - Bohle iridovirus (BIV)
(OsHV-1 microvariants) - Ambystoma tigrinum virus (ATV)

B. BAKTERI B. JAMUR
1. Infections with Xenohaliotis californien- 1. Infection with Batrachochytrium dendrobatidis
sis
2. Infection with Batrachochytrium salamandrivorans

C. PARASIT
1. Infection with Bonamia exitiosa
2. Infection with Bonamia ostreae
3. Infection with Marteilia refringens
4. Infection with Perkinsus olseni
5. Infection with Perkinsus marinus
6. SSO disease (Seaside organism)
7. MSX disease (Multinucleate sphere X)

Keterangan: warna merah merupakan jenis penyakit (HPIK) non OIE Listed Diseases
Infection with Aphanomyces invadans (epizootic ulcerative syndrome)
10 finfish diseases Infectionwith epizootic haematopoietic necrosis virus
Infection with Gyrodactylus salaris
Infection with infectious haematopoietic necrosis
Infection with koi herpesvirus 
Infection with red sea bream iridovirus
OIE LISTED
Infection with salmonid alphavirus
Infection with spring viraemia of carp virus
DISEASE
Infection with viral haemorrhagic septicaemia virus
Infection with HPR-deleted or HPRO infectious salmon anaemia virus
2021
Infection with abalone herpesvirus
7 Mollusc diseases Infection with Bonamia exitiosa
Infection with Bonamia ostreae
Infection with Marteilia refringens
Infection with Perkinsus marinus
Infection with Perkinsus olseni
Infection with Xenohaliotis californiensis

Acute hepatopancreatic necrosis disease


Infection with Aphanomyces astaci (crayfish plague)
Infection with decapod iridescent virus 1
10 Crustacean diseases Infection with Hepatobacter penaei (necrotising hepatopancreatitis)
Infection with infectious hypodermal and haematopoietic necrosis virus
Infection with infectious myonecrosis virus
Infection with Macrobrachium rosenbergii nodavirus (white tail disease)
Infection with Taura syndrome virus
3 Amphibians diseases Infection with white spot syndrome virus
Infection with yellow head virus genotype 1
Infection with Batrachochytrium dendrobatidis
Infection with Batrachochytrium salamandrivorans
Infection with Ranavirus species
I m pl e m e n t a s i

Kepmen KP Nomor 17 01 02 03
Tahun 2021
Pemasukan Pengeluaran Pengeluaran
tentang Penetapan Jenis Penyakit
Impor Media Ekspor Media
Ikan Karantina, Organisme Penyebab,
Golongan dan Media Pembawa Media Pembawa HPIK Pembawa

Pembawa HPIK Antar Area HPIK Antar


Area

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 18


PETA KOMPETENSI LABORATORIUM UPT KIPM
Bagaimana Jika Laboratorium KIPM Belum Mampu
Melakukan Pengujian terhadap Target HPIK sesuai
Kepmen KP tersebut???

 Melakukan pengujian terhadap sebagian HPIK?


 Sub Kontrak pengujian ke Laboratorium lain?
 Pemeriksaan Klinis saja?
 Bagaimana tingkat perlindungan negara yang layak???
Implementasi Kepmen KP tersebut pada Pengeluaran
Media Pembawa HPIK Antar Area…

Apakah masih berlaku ketetapan status “Area Bebas dan Tidak Bebas
HPIK”?
 PP Nomor 15 Tahun 2002 (Pasal 3)
 Permen KP Nomor 38/PERMEN-KP/2019 (Pasal 4 – 5)
 Kepmen KP Nomor 58/KEPMEN-KP/2016
P A G E 22

TERIMAKASIH

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved.


MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN
MATRIK PENGEMBANGAN AKREDITASI LABORATORIUM UPT KIPM
BERDASARKAN PRIORITAS KEBUTUHAN

Anda mungkin juga menyukai