Aspek Hukum Keperawatan: Hargianti Dini Iswandari
Aspek Hukum Keperawatan: Hargianti Dini Iswandari
2
Pengertian Hukum kesehatan :
Adalah ketentuan2 yang mengatur hak dan kewajiban
baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan maupun dari individu dan masyarakat
yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala
aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
organisasi dan sarana.
4
Mengapa perlu Undang-Undang Praktik Keperawatan
Hukum:
1. Berlaku untuk umum
2. Disusun oleh badan pemerintah / kekuasaan
3. Tercantum secara rinci dalam kitab
UU dan lembaran/berita negara
4. Pelanggaran diselesaikan melalui
pengadilan
5. Sanksi pelanggaran tuntutan
6. Penyelesaian pelanggaran memerlukan
bukti fisik
6
Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat
7
TUJUAN Undang- Undang praktek Keperawatan :
A. Tujuan utama
1. Memberi landasan hukum terhadap praktik keperawatan
2. Melindungi masyarakat maupun perawat
B. Tujuan Khusus
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dan kesehatan yang diberikan oleh perawat.
2. Melindungi masyarakat dari tindakan yang dilakukan
perawat .
3. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
4. Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan
5. Menilai boleh tidaknya perawat menjalankan praktik
keperawatan
6. Menilai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang
dilakukan perawat dalam memberi pelayanan.
8
III. HUKUM PUBLIK VS HUKUM PRIVAT
9
Hukum Publik:
1. Hukum Tata Negara:
hukum yang mengatur tentang lembaga-lembaga negara
atau alat-alat serta perangkat negara
2. Hukum Administrasi Negara:
hukum yang mengatur tentang bagaimana cara
lembaga-lembaga negara menjalankan tugas dan
wewenangnya
3. Hukum Pidana:
hukum yang berisi tentang aturan-aturan yang
harus di taati oleh masyarakat, dan apabila
melanggar akan mendapat sanksi
(terdiri dari kejahatan dan pelanggaran)
4. Hukum Internasional:
adalah seperangkat asas dan kaidah yang mengatur
masalah atau persoalan yang melintasi batas negara
yang tidak bersifat perdata 10
Hukum Privat:
11
IV. HAK, KEWAJIBAN DAN PERSETUJUAN
HAK ASAZI
1. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
(the right to health care),
2. Hak untuk mendapatkan informasi
(the right to information), dan
3. Hak untuk ikut menentukan
(the right to determination)
12
Hak atas informasi
13
Pemberian informasi selayaknya bersifat
obyektif, tidak memihak, tanpa tekanan.
Setelah menerima semua informasi tersebut,
pasien harus diberi waktu untuk berfikir dan
mempertimbangkan keputusannya.
14
Informasi yang diperoleh:
1. Bentuk tindakan medis
2. Prosedur pelaksanaannya
3. Tujuan dan keuntungan dari pelaksanaannya
4. Resiko dan efek samping dari pelaksanaannya
5. Resiko / kerugian apabila rencana tindakan medis
itu tidak dilakukan
6. Alternatif lain sebagai pengganti rencana tindakan
medis itu, termasuk keuntungan dan kerugian dari
masing-masing alternatif tersebut
15
Kriteria pasien yang berhak
1. Pasien tersebut sudah dewasa. batas 21 tahun.
2. Pasien dalam keadaan sadar.
Pasien harus bisa diajak berkomunikasi secara wajar
dan lancar.
3. Pasien dalam keadaan sehat akal.
16
Hak suami/istri pasien
Untuk beberapa jenis tindakan medis yang berkaitan
dengan kehidupan berpasangan sebagai suami-istri.
Misalnya tindakan terhadap organ reproduksi, KB,
dan tindakan medis yang bisa berpengaruh terhadap
kemampuan seksual atau reproduksi dari pasien
tersebut.
17
Keadaan Gawat Darurat
18
Setelah masa kritis terlewati
dan pasien
sudah bisa berkomunikasi,
maka pasien berhak untuk mendapat
informasi lengkap tentang tindakan medis
yang sudah dialaminya tersebut.
19
Tidak berarti kebal hukum
Pelaksanaan informed consent ini semata-mata
menyatakan bahwa pasien (dan/atau walinya yang sah)
telah menyetujui rencana tindakan medis yang akan
dilakukan.
Pelaksanaan tindakan medis itu sendiri tetap harus
sesuai
dengan standar proferi kedokteran.
Setiap kelalaian, kecelakaan, atau bentuk kesalahan lain
yang timbul dalam pelaksanaan tindakan medis, tetap bisa
membuat pasien merasa tidak puas dan berpotensi
mengajukan tuntutan hukum.
Informed consent tidak menjadikan tenaga medis kebal
terhadap hukum atas kejadian yang disebabkan
karena kelalaiannya dalam melaksanakan tindakan
medis.
20
KLIEN
HAK KEWAJIBAN
1. Mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur 1. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang
tentang tindakan Keperawatan yang akan dilakukan; masalah kesehatannya;
2. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan 2. mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;
lainnya; 3. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan
3. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode Kesehatan; dan
etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, 4. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
4. memberi persetujuan atau penolakan tindakan
Keperawatan
yang akan diterimanya; dan
5. memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi Dasar Hukum: Pasal 40 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
kesehatannya.
tentang Keperawatan
6. Pengecualian pada point 5 dapat dilakukan dalam hal :
a. kepentingan kesehatan Klien;
b. pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum;
c. persetujuan Klien sendiri;
d. kepentingan pendidikan dan penelitian; dan
e. ketentuan Peraturan Perundang-undangan
21
PERAWAT
HAK KEWAJIBAN
1. memperoleh perlindungan hukum sepa+njang 1. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan
melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, Keperawatan sesuai dengan standar Pelayanan
standar profesi, standar prosedur operasional, dan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-
ketentuan Peraturan Perundang-undangan; undangan;
2. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari 2. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai
Klien dan/atau keluarganya; dengan kode
3. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi,
yang telah diberikan; standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
4. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang Perundang-undangan;
bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, 3. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat
standar profesi, standar prosedur operasional, atau atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai
ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
5. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar 4. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan
standar;
5. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas,
dan mudah dimengerti mengenai tindakan Keperawatan
Dasar Hukum: Pasal 36 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas
tentang Keperawatan
kewenangannya;8
6. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari
tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi
Perawat; dan
7. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
22