Anda di halaman 1dari 47

PENGELOLAAN KEUANGAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


sebagai
BADAN LAYANAN UMUM

Direktorat PNBP dan BLU, DJAPK


1
DASAR HUKUM

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Pasal 68 &
69)
3. PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA-KL)
2
PENGERTIAN BLU
Instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
3
TUJUAN BLU

Meningkatkan pelayanan kepada


masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas, dan penerapan praktek
bisnis yang sehat.
4
POLA PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM

Pola pengelolaan keuangan yang


memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan
praktek-praktek bisnis yang
sehat, sebagai pengecualian dari
ketentuan pengelolaan keuangan
negara pada umumnya.
5
ASAS / KARAKTERISTIK BLUD
Beroperasi sebagai unit kerja Pemda untuk tujuan
pemberian layanan umum berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh Pemda
Kekayaan BLUD tidak dipisahkan.
BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa
mengutamakan pencarian keuntungan.
BLU merupakan bagian dari perangkat pencapaian
tujuan Pemda, dan karenanya status hukum BLUD
tidak terpisah dari Pemda sebagai instansi induk.
BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum
sejalan dengan konsep bisnis yang sehat.

6
ASAS / KARAKTERISTIK BLU
(lanjutan)

Dikelola secara otonom dengan prinsip


efisiensi dan produktivitas ala korporasi.
Pendapatan yang diterima dapat
digunakan langsung.
Dapat menerima hibah dan melakukan
kerja sama dengan pihak lain.
Pejabat & pegawai BLU dapat terdiri dari
PNS dan Non PNS (profesional).
Dapat dibentuk Dewan Pengawas.
7
PERSYARATAN BLU

Suatu instansi pemerintah dapat menerapkan


PPK-BLU apabila memenuhi :

1. Persyaratan Substantif
2. Persyaratan Teknis
3. Persyaratan Administratif

8
1. Persyaratan
Substantif
1. Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi utama yang
berhubungan dengan :
a. Menyediakan barang dan/ atau jasa layanan umum;
b. Mengelola wilayah/ kawasan tertentu untuk tujuan
meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan
umum;
c. Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan
ekonomi dan/ atau pelayanan kepada masyarakat.
2. Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat
operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang
menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public goods).

9
2. Persyaratan Teknis

a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan


fungsinya (tupoksinya) layak dikelola dan
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU
sebagaimana direkomendasikan oleh
Menteri/ Kepala SKPD.
b. Kinerja keuangan Satker yang bersangkutan
adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam
dokumen usulan penetapan BLU.

10
3. Persyaratan Administratif

Calon BLU harus menyajikan 6 (enam ) jenis


dokumen :
1. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan
pelayanan, keuangan & manfaat bagi
masyarakat;
2. pola tata kelola;
3. rencana strategis bisnis;
4. laporan keuangan pokok;
5. standar pelayanan minimum; dan
6. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia
untuk diaudit secara independen.

11
JENIS BLU

 BLU Instansi Pusat

 BLU Instansi Daerah

12
BLU PUSAT vs BLU DAERAH

N Uraian BLU Pusat BLU Daerah


o
1 Peraturan Pelaksanaan Peraturan Menkeu Peraturan Kepala
Daerah
2 Penetapan sebagai BLU Menteri Keuangan Kepala Daerah

3 Anggaran KementerianTeknis SKPD (APBD)


(APBN)
4 Pembina Teknis Menteri Teknis Kepala SKPD

5 Pembina Keuangan Menteri Keuangan Kepala PPKD

13
PENETAPAN BLU
Diusulkan oleh Kepala SKPD dengan melampirkan dokumen
persyaratan administratif.
Ditetapkan oleh Kepala Daerah atas pertimbangan Tim Penilai.
Penetapan sbg BLU dapat diberikan status BLU Penuh atau
status BLU Bertahap.
Pada status BLU Bertahap, fleksibilitas terbatas pada: jumlah
dana yg dapat dikelola langsung, pengelolaan barang,
pengelolaan piutang, dll.
Fleksibilitas tidak diberikan pada BLU Bertahap dalam
pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan pengadaan
barang/jasa
BLU Bertahap harus sdh memenuhi seluruh persyaratan
administratif paling lambat 3 tahun sejak ditetapkan sbg BLU
Bertahap.
Bila tidak dpt memenuhi, dapat dikembalikan ke status Satker
biasa.

14
BAGAN ARUS PENETAPAN BLUD
Satker Instansi/ Kepala Kepala
Calon BLU SKPD Daerah

Usulan Usulan Usulan


Tim Penilai

Penelitian Penelitian Penelitian


Persyaratan Persyaratan Persyaratan
Substantif Teknis Administratif

Diusulkan Diusulkan Penetapan


oleh calon oleh
BLU /Kepala SKPD
BLU Penuh

MemenuhiYa Memenuhi Memenuhi


Ya Ya
Penetapan
Tidak Tidak Tidak
BLU Bertahap

Tidak Diusulkan Tidak Diusulkan


Tidak Disetujui
15
PENCABUTAN STATUS BLUD

Status BLUD berakhir apabila :


a. Dicabut oleh Kepala Daerah;

b. Dicabut oleh Kepala Daerah atas usulan

oleh Kepala SKPD;


c. Berubah status menjadi badan hukum yang

kekayaannya dipisahkan (Perum / Persero).


Catatan : Pencabutan pd huruf (a) & (b) dilakukan apabila BLU ybs
sudah tidak lagi memenuhi persyaratan (substantif, teknis &
administratif).

16
STANDAR LAYANAN

Standar layanan minimum ditetapkan


oleh Kepala Daerah.
Standar layanan minimum yang
ditetapkan harus mempertimbangkan:
a. kualitas layanan;
b. pemerataan dan kesetaraan layanan;
c. biaya (cost);
d. kemudahan mendapat layanan.

17
TARIF LAYANAN
 BLU dapat memungut biaya dari masyarakat
sebagai imbalan atas layanan yg diberikan.
 Tarif berdasarkan perhitungan biaya per unit
(unit cost) layanan atau hasil per investasi
dana.
 Tarif diusulkan oleh BLU kpd Kepala SKPD untuk
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
 Tarif Layanan harus mempertimbangkan:
a. kontinuitas dan pengembangan layanan;
b. daya beli masyarakat;
c. asas keadilan dan kepatutan;
d. kompetisi yang sehat.
18
PENGELOLAAN KEUANGAN BLU

Pengelolaan keuangan BLU meliputi :


1. Perencanaan & Penganggaran
2. Dokumen Pelaksanaan Anggaran
3. Pendapatan dan Belanja
4. Pengelolaan Kas
5. Pengelolaan Piutang & Utang
6. Investasi
7. Pengelolaan Barang
8. Penyelesaian Kerugian
9. Akuntansi, Pelaporan&
Pertanggungjawaban
10. Akuntabilitas Kinerja
11. Surplus dan Defisit 19
PERENCANAAN & PENGANGGARAN

BLU menyusun Renstra bisnis lima tahunan mengacu


pada RPJMD.
BLU menyusun RBA tahunan mengacu pada Renstra
bisnis BLU
RBA merupakan bagian dari RKA-SKPD.
RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan
kemampuan pendapatan disertai dengan SPM dan
biaya dari output yg dihasilkan.
BLU menggunakan APBD yang telah ditetapkan
sebagai dasar penyesuaian terhadap RBA menjadi
RBA definitif.
20
DOKUMEN PELAKSANAAN
ANGGARAN
RBA definitif sebagai acuan bagi usulan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA).
Kepala PPKD mengesahkan DPA paling lambat 31
Desember menjelang awal tahun anggaran.
Dalam hal DPA belum disahkan , BLU dpt melakukan
pengeluaran paling tinggi sebesar angka DPA tahun lalu.
DPA yang telah disahkan menjadi lampiran perjanjian
kinerja (contractual performance agreement) antara
pimpinan BLU dengan Kepala Daerah.
DPA yg telah disahkan menjadi dasar bagi penarikan
dana dari APBD oleh BLU.

21
PENDAPATAN BLU

Pendapatan BLU terdiri atas:


1. Penerimaan dari APBD;
2. Imbalan dari layanan;
3. Hibah (hibah terikat dan hibah tidak
terikat);
4. Hasil usaha lainnya.
Kecuali hibah terikat, semua pendapatan BLU
dapat digunakan langsung untuk membiayai
kegiatan menurut RBA.
Semua pendapatan, kecuali yang bersumber
dari APBD dilaporkan sebagai PNBP Pemda.
22
SKEMA
SUMBER PENDAPATAN BLU
Block fund / belanja barang/jasa di APBN/D
-

Penarikan dana dengan SPM


-

Alokasi APBD
Dapat Dikelola
Langsung Sesuai
Imbalan Jasa BLU RBA

Hasil Kerjasama
PNBP dgn Pihak Lain
PEMDA
Digunakan
Hibah Terikat Sesuai Persyaratan
Pemberi Hibah

23
BELANJA BLU

Pengelolaan belanja BLU bersifat fleksibel sesuai


dengan ambang batas yg ditetapkan dalam RBA.
Jika melampaui ambang batas, harus mendapat
persetujuan Kepala Daerah atas usulan Kepala
SKPD.
Jika terjadi kekurangan anggaran dapat diusulkan
kepada Kepala Daerah melalui Kepala SKPD.
Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang/
jasa SKPD.

24
PENGELOLAAN KAS
Pengelolaan kas BLU dilaksanakan berdasarkan praktek
bisnis yang sehat dgn menyelenggarakan :
a. perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas,
b. melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan,
c. menyimpan kas & mengelola rekening bank,
d. melakukan pembayaran,
e. mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek , dan
f. pemanfaatan surplus kas jangka pendek.
Penarikan dana APBD dilakukan dengan menerbitkan SPM
sesuai ketentuan.
Rekening Bank BLU dibuka di Bank Umum oleh pimpinan BLU.
Pemanfaatan Surplus kas diinvestasikan hanya pada instrumen
keuangan dengan risiko rendah.

25
PENGELOLAAN PIUTANG

BLU dapat memberikan piutang (terkait


dengan kegiatan bisnisnya dg pihak lain).
Peminjaman jangka panjang hanya untuk
belanja modal.
Penghapusan piutang dan peminjaman
jangka panjang dapat dilakukan
berdasarkan kewenangan berjenjang.
Kewenangan berjenjang atas penghapusan
piutang diatur oleh Kepala Daerah

26
PENGELOLAAN UTANG

BLU dapat memiliki utang (terkait dengan perikatan


peminjaman dg pihak lain).
Utang jangka pendek hanya untuk belanja operasional.
Utang jangka panjang hanya untuk belanja modal.
Penghapusan Utang jangka panjang dapat dilakukan
berdasarkan kewenangan berjenjang yang ditetapkan
Kepala Daerah.
Pembayaran utang merupakan tanggung jawab BLU ybs.

27
INVESTASI BLU

BLU tidak dapat melakukan investasi


jangka panjang (misal : penyertaan
modal, pendirian perusahaan, pemilikan
obligasi untuk tujuan jangka panjang),
kecuali atas ijin Kepala Daerah.
Keuntungan yang diperoleh dari investasi
menjadi pendapatan BLU.
Semua kepemilikan investasi BLU
dinyatakan atas nama Kepala Daerah.
28
PENGELOLAAN BARANG

Pengadaan barang dilakukan berdasarkan


prinsip efisien dan ekonomis sesuai dgn praktek
bisnis yg sehat, dan dapat dibebaskan sebagian
atau seluruhnya dari ketentuan pengadaan
pemerintah bila terdapat alasan efektivitas
dan/atau efisiensi.
Kewenangan pengadaan ditetapkan menurut
jenjang nilai diatur oleh Kepala Daerah.
Barang inventaris BLU dapat dihapus atau
dialihkan (dijual, ditukar, dihibah) dan
dilaporkan secara berkala kepada Kepala SKPD.
PENGELOLAAN BARANG (lanjutan)
BLU tidak dapat menghapuskan atau mengalihkan aset
tetap kecuali ijin pejabat yang berwenang.
Pengalihan/penghapusan Aset Tetap dilakukan secara
berjenjang berdasarkan nilai dan jenis barang sesuai
peraturan per-UU-an mengenai pengelolaan barang
milik negara/daerah.
Pengalihan/penghapusan Aset Tetap dilaporkan kepada
Kepala SKPD.
Tanah & bangunan yg tidak digunakan untuk menunjang
pelaksanaan Tupoksi BLU dapat dialihgunakan oleh
Kepala SKPD dengan persetujuan Kepala Daerah.
PENGADAAN BARANG/JASA (1)
Hal-hal pokok yang diatur dalam PMK No. 08/PMK.02/2006
tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada BLU
Pusat :
Fleksibilitas dalam pengadaan barang/jasa hanya diberikan
kepada BLU dengan status BLU-Penuh.
Pengadaan dilakukan berdasarkan ketentuan pengadaan
barang/jasa yg ditetapkan oleh Pemimpin BLU.
Fleksibilitas hanya diberikan terhadap pengadaan
barang/jasa yang sumber dananya berasal dari :
a. Jasa layanan yg diberikan kepada masyarakat;
b. Hibah tdk terikat yg diperoleh dari masyarakat atau
badan lain;
c. Hasil kerjasama dg pihak lain dan/atau hasil usaha
lainnya.
PENGADAAN BARANG/JASA (2)

Pengadaan barang/jasa dilakukan oleh Panitia


Pengadaan dg terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan tertulis dari:
a. Pemimpin BLU  pengadaan bernilai di atas Rp.
50.000.000.000,-
b. Pejabat lain yg ditunjuk oleh Pemimpin BLU 
pengadaan s.d. Rp.50.000.000.000,-. Penunjukan
tersebut hrs melibatkan semua unsur Pejabat
Pengelola BLU & harus memperhatikan prinsip-
prinsip objektivitas, independensi, dan saling uji
(cross check).
PENYELESAIAN KERUGIAN

Setiap kerugian negara/daerah pada


BLU yang disebabkan oleh tindakan
melanggar hukum atau kelalaian
seseorang diselesaikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai penyelesaian
kerugian negara/ daerah.

33
AKUNTANSI, PELAPORAN &
PERTANGGUNGJAWABAN

BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan


sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat.
Setiap transaksi harus diakuntansikan.
Akuntansi dan laporan keuangan sesuai dengan SAK
yang diterbitkan oleh IAI (standar akuntansi lain dapat
digunakan bila tidak tersedia, setelah disetujui
Menkeu).
Laporan Keuangan BLU meliputi: Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan, disertai laporan mengenai kinerja
Laporan Keuangan BLU dikonsolidasikan pada Laporan
Keuangan Pemda berdasarkan SAP.
34
AKUNTABILITAS KINERJA BLU

Pimpinan BLU bertanggung jawab


terhadap kinerja operasional BLU
sesuai dengan tolok ukur yang
ditetapkan dalam RBA.
Pimpinan BLU mengikhtisarkan dan
melaporkan kinerja operasional BLU
secara terintegrasi dengan laporan
keuangan BLU.
35
SURPLUS & DEFISIT

Surplus/defisit anggaran BLU adalah selisih


lebih/kurang antara pendapatan dengan belanja
BLU tahunan secara kumulatif.
Surplus anggaran dapat digunakan dlm TA
berikutnya.
Surplus dapat disetor sebagian/seluruhnya ke Kas
Umum Daerah atas perintah Kepala Daerah dg
mempertimbangkan posisi likuiditas BLU.
Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya
dalam TA berikutnya kepada Kepala Daerah melalui
Kepala SKPD.
36
TATA KELOLA BLU

Pejabat pengelola BLU terdiri atas :


- Pemimpin,
- Pejabat Keuangan, dan
- Pejabat Teknis
Nomenklatur pejabat pengelola BLU disesuaikan
dengan nomenklatur yang berlaku pada BLU ybs.
Pejabat dan pegawai BLU dapat terdiri dari PNS
dan/atau tenaga profesional non-PNS.
Jika terjadi perubahan struktur kelembagaan,
harus berpedoman pada ketentuan Menteri PAN.

37
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pembinaan Teknis BLU Kepala SKPD.


Pembinaan Keuangan oleh Kepala PPKD.
Dapat dibentuk suatu Dewan Pengawas dalam
rangka melaksanakan pembinaan bagi BLU yg
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Menkeu.
Pemeriksaan intern dilakukan oleh satuan
pemeriksaan intern BLU.
Pemeriksaan ekstern BLU sesuai peraturan
perundang-undangan.

38
DEWAN PENGAWAS BLU (1)
Hal-hal pokok yg diatur dalam PMK No. 09/PMK.02/2006 tentang
Pembentukan Dewan Pengawas (Dewas) pada BLU :

1. PMK tersebut berlaku baik untuk BLU Pusat


dan BLU Daerah.
2. Syarat dapat dibentuk Dewas adalah BLU
ybs memiliki nilai omzet minimum Rp. 15 M
atau nilai aset minimum Rp. 75 M.
3. Jumlah anggota Dewas adalah 3 atau 5 orang.
4. Keanggotaan Dewas BLU Pusat terdiri dari :
pejabat dari K/L dan Depkeu serta tenaga
ahli (pakar).

39
DEWAN PENGAWAS BLU (2)
Hal-hal pokok yg diatur dalam PMK No. 09/PMK.02/2006 tentang
Pembentukan Dewan Pengawas (Dewas) pada BLU :

5. Keanggotaan Dewas BLU Daerah terdiri dari :


Pejabat SKPD, Pejabat PPKD dan tenaga ahli
(pakar).
6. Dewas BLUD dibentuk dengan Keputusan
Gubernur/Bupati/ Walikota atas usulan Kepala
SKPD.
7. Masa jabatan Dewas 5 tahun dan dapat diangkat
kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya.
8. Pemberhentian Dewas oleh Gubernur/Bupati/
Walikota.
40
REMUNERASI (1)

Pengelola, Dewan Pengawas dan pegawai


BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan
tingkat tanggung jawab & tuntutan
profesionalisme.
Remunerasi ditetapkan berdasarkan
Peraturan Kepala Daerah atas usulan Kepala
SKPD.

41
REMUNERASI (2)

Sesuai PMK No. 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman


Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola,
Dewan Pengawas, dan Pegawai BLU:

- Remunerasi dapat berupa gaji, honorarium,


tunjangan, tetap, insentif, bonus atas prestasi,
pesangon, dan/atau pensiun.
- Besaran gaji Pimpinan BLU ditetapkan dg
mempertimbangkan: proporsionalitas, kesetaraan,
kepatutan, dan kinerja operasional BLU.
42
REMUNERASI (3)

- Gaji Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis =


90% gaji Pemimpin BLU.
- Honorarium Dewan Pengawas :
a. Ketua Dewas = 40% gaji Pemimpin BLU
b. Anggota Dewas = 36% gaji Pemimpin BLU
c. Sekretaris Dewas = 15% gaji Pemimpin BLU

43
PERATURAN / KEPUTUSAN
PELAKSANAAN BLUD
(yang diamanatkan PP No. 23 Tahun 2005)

1. Peraturan Kepala Daerah ttg persyaratan administratif  pasal 4 ayat (6).


2. Peraturan Kepala Daerah ttg penyusunan, pengajuan, penetapan, perubahan RBA dan
dokumen pelaksanaan anggaran BLU  pasal 13.
3. Peraturan Kepala Daerah ttg penghapusan piutang secara berjenjang  pasal 17 ayat (4).
4. Peraturan Kepala Daerah ttg kewenangan peminjaman  pasal 18 ayat (5).
5. /Peraturan Kepala Daerah ttg kewenangan pengadaan barang/jasa berdasarkan jenjang
nilai  pasal 20 ayat (2).
6. PMK ttg syarat minimum nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran atau nilai
aset menurut neraca dalam rangka pembentukan dewan pengawas  pasal 34 ayat (4).
7. Peraturan Kepala Daerah ttg remunerasi  pasal 36 ayat (2).
8. Keputusan Kepala Daerah ttg penunjukan tim penilai  pasal 7.
9. Keputusan Kepala Daerah ttg penetapan tarif layanan  pasal 9 ayat (4).
10. Keputusan Kepala Daerah ttg dewan pengawas  pasal 34 ayat (5).

44
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
YANG TELAH DITETAPKAN
1. PMK No. 07/PMK.02/2006 tentang Persyaratan
Administratif Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk
Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum;
2. PMK No. 08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan
Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum;
3. PMK No. 09/PMk.02/2006 tentang Pembentukan Dewan
Pengawas pada Badan Layanan Umum;
4. PMK No. 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan
Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas,
dan Pegawai Badan Layanan Umum.
Keterangan: 4 PMK di atas ditetapkan pada tanggal 16 Februari
2006

45
SIMPULAN

BLU merupakan wadah implementasi konsep


penerapan manajemen keuangan berbasis kinerja di
lingkungan instansi pemerintah.
BLU diberikan fleksibilitas dalam pengelolaannya,
namun in balance, BLU diperketat dalam
perencanaan dan penganggaran serta
akuntabilitasnya (melalui RBA dan cost accounting).
Menjadi BLU harus melalui seleksi, dapat diijinkan
secara bertahap/penuh, dan dicabut bila sudah tidak
layak.
BLU diharapkan menjadi prototype dari konsep
“enterprising the government”.

46
Direktorat PNBP dan Badan Layanan
Umum
47
Direktorat Jenderal Anggaran dan

Anda mungkin juga menyukai