Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HARTA

KEKAYAAN
PENYELENGGARA
NEGARA
Dosen Pengampu : Taufik Hidayat, S.E., M.Si
KELOMPOK 6

• AGNES ELVIN HUTAHEAN (7203220034)


• EURICA IMANNUELA ELFRI BR.
PANJAITAN (7203520001)
• PLORA AGUSTINA TINENDUNG
(7203520033)
• FARADILLA SARI (7203520031)
• BIMA KARO-KARO (7203520009)
Pengertian Laporan Harta Kekayaan
Penyeenggara Negara
Harta Kekayaan adalah harta benda berupa benda
bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
berwujud, termasuk hak dan kewajiban lainnya yang
dapat dinilai dengan uang yang dimiliki oleh
Penyelenggara Negara beserta istri/suami dan anak yang
masih dalam tanggungan Penyelenggara Negara, baik
atas nama Penyelenggara Negara atau orang lain, yang
diperoleh sebelum dan selama Penyelenggara Negara
memangku jabatannya.
Pengertian Laporan Harta Kekayaan
Penyeenggara Negara
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara untuk
selanjutnya disebut dengan LHKPN adalah laporan
dalam bentuk cetak dan/atau bentuk lainnya tentang
uraian dan rincian informasi mengenai Harta Kekayaan,
data pribadi, termasuk penghasilan, pengeluaran dan data
lainnya atas Harta Kekayaan Penyelenggara Negara.
Pendaftaran adalah penyampaian LHKPN oleh
Penyelenggara Negara kepada KPK.
Pengumuman adalah pengumuman LHKPN oleh
Penyelenggara Negara kepada publik.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk
menguji kepatuhan, kelengkapan, keberadaan, dan
kewajaran Harta Kekayaan yang dicantumkan di
dalam LHKPN.
Peraturan Mengenai LHKPN
Kewajiban Penyelenggara Negara untuk melaporkan harta
kekayaan diatur dalam:
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme;
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pindana Korupsi; dan
• Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor: 07 Tahun
2016 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman dan
Pemeriksaan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara.
Sejarah Singkat LHKPN
Sebelum dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), penanganan pelaporan kewajiban LHKPN
dilaksanakan oleh Komisi Pemeriksa Kekayaan
Penyelenggara Negara (KPKPN). Namun setelah
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002, maka KPKPN dibubarkan dan menjadi bagian dari
bidang pencegahan KPK.
Kewajiban Penyelenggara Negara terkait
LHKPN
Berdasarkan ketentuan di atas, maka Penyelenggara Negara
berkewajiban untuk:
• Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan
sesudah menjabat;
• Melaporkan harta kekayaannya pada saat pertama kali
menjabat, mutasi, promosi dan pension.
• Mengumumkan harta kekayaannya.
Ruang Lingkup Penyelenggara Negara

Adapun Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam


pasal Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah
sebagai berikut:
• Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;
• Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;
• Menteri;
• Gubernur;
• Hakim;
• Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
Ruang Lingkup Penyelenggara Negara

7.Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
meliputi:
- Direksi, Komisaris dan pejabat structural lainnya sesuai pada Badan Usaha Milik Negara
dan Badan Usaha Milik Daerah;
- Pimpinan Bank Indonesia;
- Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;
- Pejabat Eselon I dann pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
- Jaksa;
- Penyidik;
- Panitera Pengadilan; dan
- Pemimpin dan Bendaharawa Proyek (usul: sebaiknya dihapuskan)
Ruang Lingkup Penyelenggara Negara

Masih untuk mendukung pemberantasan korupsi, MenPAN kemudian menerbitkan


kembali Surat Edaran Nomor: SE/05/M.PAN/04/2005 (link) dengan perihal yang
sama. Berdasarkan SE ini, masing-masing Pimpinan Instansi diminta untuk
mengeluarkan Surat Keputusan tentang penetapan jabatan-jabatan yang rawan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di lingkungan masing-masing instansi
yang diwajibkan untuk menyampaikan LHKPN kepada KPK.

Selain itu, dalam rangka untuk menjalankan perintah undang-undang serta untuk
menguji integritas dan tranparansi, maka Kandidat atau Calon Penyelenggara
tertentu juga diwajibkan untuk menyampaikan LHKPN kepada KPK, yaitu antara
lain Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden serta Calon Kepala Daerah dan
Calon Wakil Kepala Daerah.
Kelalaian Dalam Memenuhi Kewajiban
LHKPN
Bagi Penyelenggara Negara yang tidak memenuhi kewajiban LHKPN
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, maka
berdasarkan Pasal 20 undang-undang yang sama akan dikenakan sanksi
administratif sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip Dasar

1. Setiap Pejabat Wajib Lapor, melaporkan seluruh harta kekayaan


yang dimilikinya sebelum, selama dan setelah memangku jabatannya
kepada KPK dengan mengisi LHKPN. Penyampaian LHKPN
dilaksanakan oleh bersangkutan sendiri atau oleh ahli warisnya
apabila Pejabat Wajib Lapor meninggal dunia.
2. Pejabat wajib lapor yang wajib mengisi dan menyampaikan
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara adalah pejabat
perusahaan yang menduduki jabatan Dewan Komisaris, Direksi,
pejabat 2 (dua) level dibawah Direksi serta Dewan Komisaris dan
Direksi Anak Perusahaan .
Prinsip Dasar

3. Harta kekayaan Wajib Lapor adalah harta benda bergerak, harta


benda tidak bergerak, maupun hak-hak lainnya yang dapat dinilai
dengan uang yang dimiliki oleh Wajib Lapor, istri dan anak yang
masih menjadi tanggungan, yang diperoleh Wajib Lapor sebelum,
selama dan setelah memangku jabatannya.
4. Memberikan tegoran kepada pejabat wajib lapor yang tidak
menyampaikan LHKPN.
Waktu Penyampaian

Penyelenggara Negara dan calon Penyelenggara Negara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib menyampaikan LHKPN
kepada Komisi pada saat :
a. pengangkatan sebagai Penyelenggara Negara pada saat pertama
kali menjabat;
b. berakhirnya masa jabatan atau pensiun sebagai Penyelenggara
Negara;
c. pengangkatan kembali sebagai Penyelenggara Negara setelah
berakhirnya masa jabatan atau pensiun; atau d. masih menjabat.
Mekanisme LHKPN

Mekanisme pengelolaan kepatuhan LHKPN diatur sebagai berikut:


1. Pejabat Wajib Lapor menyampaikan laporan harta kekayaan
kepada KPK dengan menggunakan formulir LHKPN Model KPK-A
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah secara resmi menduduki
jabatannya, atau pada saat yang bersangkutan menjadi calon pejabat.
2. Bagi Pejabat Wajib Lapor dan calon Pejabat Wajib Lapor yang
telah pernah mengisi formulir LHKPN Model KPK-A, maka
pelaporannya menggunakan formulir LHKPN Model KPK-B.
Mekanisme LHKPN

3. Pelaporan kekayaan menggunakan formulir LHKPN Model KPK-


B, diisi oleh Pejabat Wajib Lapor yang mengalami mutasi jabatan,
promosi jabatan mengakhiri jabatan dan/atau pensiun dan
diiaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah serah terima
jabatan, atau selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah pejabat
menerima formulir bagi pejabat yang akan dilakukan pemeriksaan.
4. LHKPN setelah diisi Pejabat Wajib Lapor sesuai dengan petunjuk
pengisian, dilampiri fotocopy akta/bukti/surat kepemilikan harta
kekayaan yang dimiliki dalam rangkap 2 (dua), 1 (satu) berkas asli
disampaikan kepada KPK dan 1 (satu) berkas disimpan oleh PN atau
Mekanisme LHKPN

5. Surat Pernyataan dan Surat Kuasa yang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari LHKPN ditandatangani oleh Pejabat Wajib Lapor
diatas materai.
6. LHKPN beserta lampiran yang telah diserahkan kepada KPK
merupakan dokumen resmi negara.
7. Formulir LHKPN Model KPK-A dan KPK-B beserta Petunjuk
Pengisiannya dapat diperoleh di Divisi SDM atau mengunduh
langsung ke situs resmi KPK www.kpk.go.id.
Aplikasi LHKPN

Guna menyukseskan pelaporan LHKPN, Komisi


Pemberantasan Korupsi melalui Anti-corruption Clearing
House meluncurkan aplikasi LHKPN. Aplikasi LHKPN
adalah aplikasi yang memuat berbagai kumpulan dokumen
tentang pelaporan harta kekayaan penyelenggara negara
yang telah diverifikasi oleh KPK dalam bentuk Tambahan
Berita Negara (TBN). Aplikasi ini dapat diakses secara
daring (dalam jaringan) oleh siapa saja dengan tujuan agar
terciptanya transparansi publik.
Aplikasi LHKPN

Melalui aplikasi ini, masyarakat juga dapat mengetahui


perkembangan kekayaan para penyelenggara negara. Tujuan
lainnya adalah sebagai kontrol dan salah satu mekanisme
untuk menilai kejujuran dan integritas penyelenggara negara.
Alhasil, jika ada di antara masyarakat yang mendapatkan
ketidakcocokan antara data pelaporan yang termuat di
aplikasi dengan apa yang terjadi di lapangan, mereka dapat
melaporkannya melalui Pengaduan Masyarakat KPK atau
kontak layanan LHKPN.
QUESTION
SESSION
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai