Balaghah Al-Qur'an & Ma'Anil Qur'an Titah
Balaghah Al-Qur'an & Ma'Anil Qur'an Titah
MA’ANIL QUR’AN
RIFKA AZISAH
ANDI ASTITAH
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang turun kepada Rasulullah Muhammad saw melalui
malaikat Jibril, sebagai bimbingan bagi ummat islam dan juga sebagai bukti kebenaran risalah yang di
bawa oleh Rasulullah, juga untuk menunjukkan kemahakusaan Allah menghadapi tanggapan orang
kafir yang selalu menentang kebenaran atas kenabian Rasulullah Muhammad saw.
Karena alqur’an adalah sumber hukum islam yang utama maka kita harus dapat mengerti dan
memahami isi kandungannya. Ilmu maani adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji kalimat-kalimat
yang berbahasa arab. Tentu ditemukannya ilmu ini bertujuan untuk mengungkap kemukjizatan al-
Qur’an, al-Hadits dan rahasia-rahasia kefasihan kalimat-kalimat bahasa Arab, baik puisi maupun prosa.
Sehingga dengan mempelajari ilmu maani kita bisa memaknai alqur’an sesuai dengan yang seharusnya.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai ilmu maani qur’an.
Rumusan Masalah
Struktur bahasa al-Quran adalah salah satu dari sekian banyak ciri khas gaya Al-
Quran yangmembuat bangsa Arab tidak mampu meniru dan menyainginya. Kalimat
terdiri dari tiga unsur: Huruf-huruf yang berasal dari sekumpulan bunyi,kata-kata yang
tersusun dari huruf-huruf,dan kalimat yang tersusun dari kata-kata. Issa j. Boullata
menekankan bahwa rahasia mukjizat al-Qur’an mencakup ketiga unsur tersebut.
Utsman Ibn Jinni seorang pakar bahasa Arab, menekankan bahwa pemilihan huruf-
huruf kosakata oleh bahasa Arab bukan suatu kebetulan, tetapi mengandung falsafah
tersendiri. Misalnya dari ketiga huruf yang membentuk kata qala ل66ا66)ق,
( yakni qaf ( )ق, waw
()و, dan lam ()ل, dapat di bentuk enam bentuk kata yang kesemuanya mempunyai makna
yang berbeda-beda, namun semuanya mengandung makna dasar yang menghimpunnya.
Dalam tafsirnya al-Qurthubi juga menyebutkan beberapa ke unikan gaya bahasa al-
Qur’an, yang di antaranya,. pertama : susunannya yang indah dan berbeda dari semua
susunan bahasa Arab yang umumnya di ketahui oleh orang Arab, Karena susunan bahasa
al-Qur’an bukanlah susunan syair. Kedua: gaya bahasanya yang berbeda dari semua gaya
bahasa orang Arab. Ketiga: lafaznya yang melimpah, yang tidak mungkin berasal dari
makhluk seperti dalam surah Qaaf.
Gaya bahasa Al-Qur’an yang megandung mukjizat itu adalah sebab utama kelestarian
bahasa Arab dan panggilan ilmu-ilmunya. Asal-muasalnya adalah dari tantangan.
C. Ilmu Ma’anil Qur’an
1. Pengertian Ma’ani
Kata (ى6ان6 ) معmerupakan bentuk jamak dari () معنى. Secara leksikal kata tersebut berarti
maksud, arti atau makna. Para ahli ilmu Bayan mendefinisikannya sebagai pengungkapan
melalui ucapan tentang sesuatu yang ada dalam pikiran atau disebut juga sebagai gambaran
dari pikiran. Sedangkan menurut istilah Ilmu Ma’ani adalah Ilmu untuk mengetahui hal-
ihwal lafazh bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi.
Adapun yang dimaksud dengan hal ihwal lafazh bahasa Arab adalah model-model
susunan kalimat dalam bahasa Arab, seperti penggunaan taqdîm atau ta’khîr, penggunaan
ma’rifat atau nakirah, disebut (dzikr) atau dibuang (hadzf), dan sebagainya. Sedangkan yang
dimaksud dengan situasi dan kondisi adalah situasi dan kondisi mukhathab, seperti keadaan
kosong dari informasi itu, atau ragu-ragu, atau malah mengingkari informasi tersebut. Ilmu
Ma’ani pertama kali dikembangkan oleh Abd al-Qahir al-Jurzani. Jadi objek kajian ilmu
maani hampir sama dengan ilmu nahwu.
2. Objek Kajian Ilmu Ma’ani
Sebagaimana didefinisikan oleh para ulama balaghah bahwa ilmu ma’ani bertujuan membantu
agar seseorang dapat berbicara sesuai dengan muqtadhal hal. Agar seseorang dapat berbicara sesuai
dengan muqtadhahl hal maka ia harus mengetahui bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa Arab.
Objek kajian ilmu ma’ani hampir sama dengan ilmu nahwu. Kaidah-kaidah yang berlaku dan
digunakan dalam ilmu nahwu berlaku dan digunakan pula dalam ilmu ma’ani. Perbedaan antara
keduanya terletak pada wilayahnya. Ilmu nahwu lebih bersifat mufrad (berdiri sendiri), tanpa
terpengaruh oleh faktor lain seperti keadaan kalimat-kalimat di sekitarnya. Sedangkan ilmu ma’ani
lebih bersifat tarkîbi (tergantung kepada factor lain).
Kajian dalam ilmu ma’ani adalah keadaan kalimat dan bagian-bagiannya. Kajian yang
membahas bagian-bagian berupa msunad-musnad ilaih dan fi’il muta’allaq. Sedangkan objek kajian
dalam bentuk jumlah meliputi fashl, washl, îjaz, ithnab, dan musawat.
3. Manfaat Ilmu Ma’ani