7 Sinkronisasi Regulasi Bidang Pertambangan DG Sektor Lain by Dhoni
7 Sinkronisasi Regulasi Bidang Pertambangan DG Sektor Lain by Dhoni
Oleh:
Dhoni Yusra, SH, MH.
1. Konflik Pemanfaatan Lahan antara sektor
pertambangan dan sektor lainnya
2. Penyelesaian masalah tumpang tindih
pemanfaatan lahan untuk kegiatan
pertambangan
3. Sinkronisasi regulasi bidang pertambangan
dengan sektor non-pertambangan terkait
pemanfaatan lahan
4. Sinkronisasi regulasi di bidang pertambangan
dengan regulasi di bidang lingkungan hidup
2
MINERAL DAN BATUBARA HARUS DAPAT DIMANFAATKAN
SERACA OPTIMAL
DEPOSIT
SUMBER DAYA MINERAL
DAN BATUBARA
PERMASALAHAN TUMPANG TINDIH PEMANFAATAN
LAHAN
UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN
Kegiatan
Usaha
**)
Pengangkutan/ pengolahan/ Pengangkutan/
Penjualan pemurnian Penjualan
Wilayah
Kerja BUPATI / WALIKOTA LOKAL BUPATI
dlm Kab/Kota
Wilayah
Kerja GUBERNUR
REGIONAL GUBERNUR
lintas Kab/Kota
Wilayah
Kerja PEMERINTAH
NASIONAL PEMERINTA
lintas Provinsi H
6
PENYELESAIAN TUMPANG TINDIH
SESAMA KONSESI PERTAMBANGAN
8
Penerapan asas “first come first served”
10
III. PROSES REKONSILIASI
A. Inventarisasi data IUP
Data IUP yang diperoleh :
1. Data IUP sebelum rekonsiliasi
2. Data IUP setelah rekonsiliasi
B. Verifikasi data IUP
1. Pengecekan silang data yang diperoleh saat rekonsiliasi dengan data yang ada
pada DJMB sebelum rekonsiliasi
2. Verifikasi ada/tidaknya tumpang tindih wilayah, dokumen pendukung (SK yang
diterbitkan sebelumnya)
3. Registrasi IUP yang tidak ada permasalahan tumpang tindih wilayah dan
dokumen pendukungnya lengkap
C. Klasifikasi data IUP
1. Clear and Clean adalah IUP yang tidak ada permasalahan tumpang tindih
wilayah dan dokumen pendukung yang telah diterbitkan sebelumnya lengkap
(ada SK Kuasa Pertambangan, SK Pencadangan Wilayah)
2. Non Clear dan Non Clean adalah IUP yang tidak memenuhi satu atau semua
persyaratan Clear and Clean
PROSES REKONSILIASI DATA IUP
REKONSILISASI
NASIONAL DATA IUP
1
17
17
RTRWN
WILAYAH PERTAMBANGAN
Kawsn Peruntukkan
Pertambangan
WPN WUP
(dalam hutan lindung dengan
pola penambangan tertutup WUP WPR WPN
sesuai UU 41/1999
dan PP 15 Tahun 2010)
Peruntukkan lain
WP
18
CIRI INDUSTRI PERTAMBANGAN
UU 41/1999 : TTG KEHUTANAN
Penggunaan kawasan hutan dengan skema Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH) pengaturan lebih lanjut diatur dalam:
NON RENEWABLE
Peraturan PemerintahRESOURCES
Nomor 2 Tahun 2008 tanggal 4 Februari
PADAT TEKNOLOGI
2008 tentang Jenis dan DAN MODAL
Tarif atas Jenis PNBP yang berasal
dari Penggunaan
INVESTASI DENGAN Kawasan Hutan untuk
RESIKO Kepentingan
TINGGI (3-4%)
Pembangunan Di Luar Kegiatan Kehutanan
PENGEMBALIAN MODAL BERJANGKA PANJANG
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang
(LONG YIELDING)
Penggunaan Kawasan Hutan
SANGAT
PeraturanTERGANTUNG
Menteri KehutananPASAR DUNIA (PRICE
No. P.43/Menhut-II/2008 tanggal
TAKER)
10 Juli 2008 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Penambangan bawah tanah di hutan lindung diatur lebih
INVESTASI
lanjut DITENTUKAN
dalam Perpres No. 28 TahunOLEH LOKASI
2011 tentang Penggunaan
KETERDAPATAN
Kawasan Hutan untuk SUMBERDAYA
Penambangan MINERAL
Bawah Tanah ,
TIDAK DAPAT DIRELOKASI
Larangan untuk melakukan kegiatan pertambangan di kawasan
konservasi
19
Pokok Pengaturan PPKH
PPKH untuk kegiatan pertambangan hanya diperbolehkan di Hutan
Lindung dan Hutan Produksi
Dilarang Tambang Terbuka di Hutan Lindung
Tambang Terbuka di HL hanya untuk 13 Tambang pada Keppres 41 Tahun
2004
Pada kawasan hutan yang telah dibebani izin di bidang kehutanan maka
pinjam pakai kawasan hutan untuk pembangunan di luar kehutanan, dapat
dipertimbangkan setinggi-tingginya 10 % (sepuluh perseratus) dari luas
areal izinnya atau areal kerjanya.
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan pada provinsi yang luas kawasan
hutannya lebih dari 30 % dari luas daratannya dikenakan kompensasi
membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penggunaan Kawasan
Hutan, sedangkan pada provinsi yang luas kawasan hutannya kurang dari
30 % dari luas daratannya dikenakan kompensasi menyediakan lahan
kompensasi atas kawasan hutan yang dipinjampakai.
Tanpa mengubah fungsi pokok
Izin pinjam pakai oleh Menteri
Batasan luas, jangka waktu tertentu, kelestarian lingkungan
PERMOHONAN PPKH
(Eksploitasi Pertambangan, Jalan, Listrik, Telkom, dll),
(Pasal 9)
s
22
PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN USAHA
PERTAMBANGAN SEBAGAI SALAH SATU JALAN KELUAR
Ps. 76 s.d 83 PP No. 23 Tahun 2010
Kegiatan usaha pertambangan dapat dilakukan penghentian sementara apabila
terjadi: [Ps. 76 ayat 1]
1. Keadaan kahar;
2. Keadaan yang menghalangi;
3. Kondisi daya dukung lingkungan
Yang dimaksud keadaan yang menghalangi antara lain meliputi: “blokade,
pemogokan,.........................dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
diterbitkan oleh Menteri yang menghambat kegiatan usaha pertambangan yang sedang
berjalan”. [Penj. Ps. 76 ayat 1 huruf b]
Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan tidak mengurangi masa
berlaku IUP [Ps. 76 ayat 2]
Penghentian sementara karena keadaan yang menghalangi dapat diberikan 1 kali
dengan jangka waktu 1 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun, jika terkait
permohonan izin dari instansi lain dapat diperpanjang kembali [Ps. 77]
Penghentian sementara dilakukan oleh Menteri, Gub, Bupati/Walikota sesuai
kewenangan berdasarkan permohonan dari pemegang IUP [Ps. 76 ayat 3]
23
Permasalahan Tata Ruang
24
Solusi Permasalahan Tata Ruang
CIRI INDUSTRI PERTAMBANGAN
PP NO. 15 TAHUN 2010 ttg
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
NON
RENEWABLE
Lahirnya PP No. RESOURCES
15 Tahun 2010 menjadi
PADAT TEKNOLOGI DAN MODAL
solusi pemanfaatan lahan pertambangan di
INVESTASI DENGAN RESIKO TINGGI (3-4%)
kawasan hutan
PENGEMBALIAN MODAL BERJANGKA PANJANG
(LONG
Pasal YIELDING)
31 ayat (1) ”Perubahan peruntukan dan
fungsi kawasan
SANGAT hutan PASAR
TERGANTUNG serta penggunaan
DUNIA (PRICE
TAKER)
kawasan hutan berlaku ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan.”
INVESTASI DITENTUKAN OLEH LOKASI
Perubahan peruntukan
KETERDAPATAN dan fungsi
SUMBERDAYA kawasan
MINERAL ,
TIDAK
hutan serta DAPAT DIRELOKASI
penggunaan kawasan hutan
mengacu pada UU 41/1999, PP 24/2010 dll
25
LANGKAH2 PEMDA
KK/ PKP2B/
KP
MEMBUKA KONSESI IUP IUP’s
PERTAMBANGAN BARU DENGAN BARU IMPROVED
CARA TENDER
26
Pasal 134 s.d 138 UU Minerba dan PP 23 Tahun 2010
Hak atas WIUP, WPR, WIUPK tidak meliputi hak atas tanah
permukaan bumi hak atas IUP/IUPK/IPR bukan merupakan
pemilikan hak atas tanah
Kegiatan usaha pertambangan tidak dapat dilaksanakan pada tempat
yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan
Pemegang IUP/IUPK Eksplorasi hanya dapat melaksanakan
kegiatannya setelah mendapat persetujuan dari pemegang hak atas
tanah (Persetujuan dimaksudkan untuk menyelesaikan lahan-lahan
yang terganggu oleh kegiatan eksplorasi a.n pengeboran, parit uji)
Pemegang IUP/IUPK sebelum melakukan kegiatan operasi produksi
wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang hak sesuai
ketentuan peraturan perudang-udnangan
Pemegang IUP/IUPK OP wajib memberikan kompensasi berdasarkan
kesepakatan bersama dengan pemegang hak atas tanah
kompensasi dapat berupa sewa menyewa, jual beli, atau pinjam pakai
27
Pasal 165 UU No. 4 tahun 2009
“Setiap orang yang mengeluarkan IUP, IPR, atau IUPK yang bertentangan
dengan UU ini dan menyalahgunakan kewenangannya diberi sanksi pidana
paling lama 2 tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 200 juta”
Memberikan efek jera bagi pejabat yang mengeluarkan izin tidak sesuai
dengan UU No 4 tahun 2009:
a.WIUP Mineral logam dan batubara yang seharusnya diberikan secara lelang
namun diberikan ijin dengan permohonan.
b.Memberikan ijin kepada pelaku usaha yang tidak sesuai dengan persyaratan
yang berlaku, al: persyaratan administrasi, persyaratan keuangan, persyaratan
teknis dan persyaratan lingkungan.
c.Memberikan IUP operasi produksi tanpa melewati/memberikan IUP
Eksplorasi.
28
SINKRONISASI REGULASI
SEKTOR PERTAMBANGAN DAN
LINGKUNGAN HIDUP
29
PERIZINAN LINGKUNGAN
UU Nomor 32 Tahun 2009
S I
UM LID
A
R
E
LO
NY
S P
PE
EK STUDI
KELAYAKA
N
SK
IZIN
KELAYAKAN
LINGKUNGAN
LH
UKL- AMDAL
UPL
IUP OPERASI
PRODUKSI
33
SOLUSI (2)
21 hari kerja
SAMA
DENGAN
=
Masa berlaku izin usaha
dan/atau kegiatan
Pasal 18, RPP tentang Perizinan Lingkungan
35
36