Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS) Dan HRR - April 2022
Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS) Dan HRR - April 2022
SARS
HRR
Others* 18% 9%
Indonesia Country Office Partially disrupted: 5% to 50% of patients not treated as usual
Completely disrupted: more than 50% of patients not treated as usual
Campak dan Rubella masih menjadi penyakit endemik di Indonesia, sesuai dengan hasil rekomendasi Regional Verification Committee (RVC) untuk
Eliminasi Campak dan Rubella yang diselenggarakan pada 27-29 September 2021. Kasus Campak dan Rubela dilaporkan meningkat terutama di
kuartal 3-4 tahun 2021.
Penyakit Difteti juga masih dalam kategori endemik di Indonesia, dan termasuk penyumbang kasus terbanyak di regional Asia Tenggara
sesuai dengan laporan WHO SEARO 2020 (WHO/UNICEF JRF 2020). Terjadi peningkatan Case Fatality Rate (CFR) di tahun 2021 dibandingkan
tahun 2020.
Indonesia, sesuai dengan laporan International Health Regulation (IHR), masuk dalam kategori negara yang rentan untuk terjadi reinfeksi
terhadap virus polio. Indonesia mengalami KLB Polio cVDPV-1 di Papua dan Papua Barat pada tahun 2019 yang mengharuskan pelaksanaan
2 putaran Sub-PIN Polio untuk anak dibawah usia 15 tahun.
Indonesia telah mendapatkan status eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal pada tahun 2016 dan saat ini dalam upaya untuk mempertahankan
status tersebut.
2. Terselenggaranya kewaspadaan
dini
3. Terselenggaranya investigasi dan
penanggulangan KLB/Wabah
Verifikasi rumor
Deteksi dini
dari surveillans
penanganan
dini
ORI/Imunisasi
Indonesia Country Office massal, pemberian
obat pencegahan
SISTEM KEWASPADAAN DINI :
PENEMUAN KASUS DAN RESPON ALERT
Gejala awal: seperti flu (demam, lemas), pada 1% kasus dapat menyebabkan
kelumpuhan permanen.
Vaksin Jenis vaksin Perlindungan Jadwal
tOPV (s/d April 2016) Virus dilemahkan 1, 2, 3 -
bOPV Virus dilemahkan 1, 3 1, 2, 3, 4 bulan (interval 4
minggu)
IPV Virus dimatikan 1, 2, 3 4 bulan (1x)
Surveilans AFP: penemuan kasus lumpuh layuh untuk dibuktikan bahwa
bukan diakibatkan oleh virus Polio >2/100.000 penduduk <15 tahun
Spesimen feses/tinja
– 2 spesimen berjarak minimal 24 jam
– 8-10 gram (1 ruas ibu jari orang
dewasa, jika feses encer maka
sekitar 1 sendok makan)
– Sebisa mungkin didapatkan ≤14 hari
setelah onset kelumpuhan
Kecepatan
Percikan ludah/droplet
kecil
Percikan ludah/droplet kecil
Pengambilan spesimen
1. Spesimen serum sebanyak 1 mL (jika memungkinkan pada
periode hari ke-4 s.d 28 sejak onset ruam)
2. Jika menemukan kasus hot case (demam + ruam + salah satu
dari gejala batuk/pilek/konjungtivitis) maka dapat ditambah
swab orofaring/tenggorokan dengan media VTM.
Prinsip dasar
– Pencegahan primer : vaksinasi
– Pencegahan sekunder : investigasi cepat untuk
menemukan kontak erat agar segera
mendapatkan tindakan (obat
pencegahan/profilaksis dan pemberian imunisasi)
Tujuan
– Penemuan kasus
– Sensitisasi petugas/tenaga Kesehatan di RS untuk selalu
ingat untuk melaporkan kasus
Langkah-Langkah:
2. Menentukan tempat yang merawat anak usia <15 tahun (bangsal anak, poli
saraf, poli rehab medik/fisioterapi, poli anak dll)
Kelumpuhan >2
Isi FP-1, KU60, Resume Medis
bulan
Indonesia Country Office
Bagaimana Jika Menemukan
Kasus Pada Saat SARS dan HRR (2)
Kasus Demam dan Ruam Makulopapular
Jika onset (awal gejala) ruam masih <7 hari : isi MR-1 (formulir
investigasi), ambil spesimen serum, dan jika memiliki gejala tambahan
(batu, pilek, konjungtivitis/mata merah) maka dapat diambil juga
spesimen swab atau urin.
Jika onset (awal gejala) ruam masih <28 hari : isi MR-1 (formulir
investigasi), lakukan pengambilan spesimen serum
Jika onset (awal gejala) ruam sudah >28 hari : isi MR-1