Analgesik, Antipiretik, Inflamasi
Analgesik, Antipiretik, Inflamasi
Antipiretik
Definisi nyeri yang dibuat IASP
(International Association The Study of
Pain) yang berbunyi “nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual
maupun potensial, atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan
tersebut.”
Patofisiologi
1. Nyeri Nosiseptif (akut )
Nyeri Somatiksumber nyeri berasal dari kulit,
tulang, sendi, otot atau jaringan penghubung
Nyeri Viseral berasal dari organ dalam seperti
usus besar atau pankreas.
2. Nyeri Neuropatik (kronis)
Terjadi akibat pemrosesan input sensorik yang
abnormal oleh ssp atau perifer
Contoh : Nyeri punggung bawah, neuropati
diabetik, nyeri kanker, luka pada sumsum tulang
belakang.
Mekanisme nyeri
2. Efek mineralokortikoid
– yaitui retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal,
sedangkan kalium ditinggkatkan ekskresinya.
Derivat kortisol sintesis.
• Untuk meningkatkan efek glukokortikoid dan
menurunkan efek mineralokortikoid banyak disintesis
senyawa-senyawa derivat kortisol, zat ini dibagi dalam 2
kelompok :
a. Deltakortikoid : predniso(lo)n, metilprednison,
budesonida, desonida dan prednikarbat. Zat ini
berbeda dengan kortisol dengan adanya ikatan
rangkap dua pada C1-2 (delta 1-2) dengan efek
glukokortikoid 5x lebih kuat dari kortisol dan efek
mineralokortikoid lebih ringan dengan lama kerjanya
2x lebih panjang
b. Fluorkortikoida : betametason, deksametason,
triamsinolon, dsb. Merupakan turunan fluor dari
prednisolon dengan 1 atau 2 atom flour pada C6
atau(dan) C9. daya anti radangnya 10-30x lebih kuat
daripada kortisol, sedangkan daya
mineralokortikoidnya praktis hilang. Plasma t1/2-nya
lebih panjang (3-5 jam) karena perombakan dalam hati
dipersulit oleh adanya atom fluor sehingga efeknya
bertahan 3-5x lebih lama.
– Penggunaan sistemisnya tidak menguntungkan
dibanding prednisolon karena efek sampingnya juga
relatif lebih besar. Maka zat ini digunakan untuk
sistemik jika dalam penggunaan diperlukan pednisolon
yg terlampau tinggi.
– Penggunaan topikal (salep/krim), sangat banyak &
sering disalahgunakan karena efeknya lebih bagus
dibanding kortisol.
Penggunan glukokortikoid
• Terapi subtitusi, digunakan pada insufisiensi
adrenal, seperti pada penyakit addison (rasa letih,
kurang tenaga dan otot lemah akibat kekurangan
kortisol). Dalam hal ini diberikan hidrokortison
karena efek mineralokortikoidnya paling kuat.
• Terapi non-spesifik, yaitu berdasar efek anti-
radang, anti-alergi dan imunosupresif. Juga untuk
menghilangkan perasaan tidak enak (malaise).
Umumnya diberikan prednisolon, triamsinolon, &
deksametason.
Indikasi terpenting dari glukokortikoid :
– Asma hebat yg akut/kronis, sediaan yang standar adalah inhalasi
(spray, aerosol) umumnya bersama obat-obat
beta-2–mimetika (adrenergika)
– Radang usus akut.
– Penyakit auto-imun, sistem imun terganggu dan menyerang
jaringan tubuh sendiri. Kortikoid menekan reaksi imun dan
meredakan gejala penyakit.
– Sesudah transplantasi organ, bersama siklosporin untuk
mencegah penolakan oleh sistem imun tubuh
– Kanker, bersama onkolitika (sitostatika) dan setelah radiasi sinar-x
untuk mencegah pembengkakan dan udem (khususnya
deksametason). Juga sebagai antimual akibat penggunaan
sitostatika.
• Pada penggunaan sistemik ini sebaiknya diminum dalam satu dosis
pagi hari, karena menyesuaikan ritme circadian dalam tubuh.
Penggunaan lokal glukokortikoid
• Pada mata : radang selaput mata, selaput-bening, radang pinggir
kelopak mata. contohnya adalah hidrocortison, prednisolon,
deksametason, betametason, fluormetolon. Obat-obat ini
mempunyai aktivitas relatif lemah dan sedikit diserap ke dalam
darah. Tidak boleh diberikan pada gangguan mata lain (gatal2 dan
mata merah) karena efek sampingnya adalah katarak dan glaucoma.
• Di telinga pada radang gendang telinga, biasanya dikombinasi
dengan antibiotik
• Di hidung (intranasal), digunakan sebagai spray untuk rhinitis, polip
untuk menghambat pertumbuhannya.
• Di mulut, untuk asma
• Rektal, digunakan sebagai supositoria pada wasir yang meradang,
biasanya dikombinasi dengan anestetik lokal (lidokain)
• Intra-artikuler, pada radang sendi, biasanya disuntikan hidrokortison
atau triamsinolon diantara sendi-sendi.
Penggunaan dermal (kulit)
• Merupakan obat yang sangat baik untuk
pengobatan gangguan kulit (eksem, dermatitis,
psoriasis, prurigo, dan gatal-gatal lain), berkat sifat
antiradang dan anti-mitosisnya.
• Atas dasar aktivitasnya kortikoid lokal dapat dibagi
dalam 4 tingkatan dengan urutan potensi yang
meningkat. Pada kadar yang lebih rendah
aktivitasnya juga menurun ke tingkat yang lebih
rendah. Misal triamsinolon 0,1% termasuk tingkat
2, triamsinolon 0,05% masuk ke tingkat 1
Tabel, tingkatan aktivitas glukokrtikoid pada
penggunaan dermal
Pilihan obat untuk terapi gangguan
kulit.
• Untuk eksem, prurigo, gatal-gatal dan dematitis popok,
juga pada sengatan tawon digunakan kortikoid lemah
(tingkat 1) yakni hidrokortison 1%, jika hasil kurang
memuaskan bisa beralih pada zat tingkat 2, misal
triamsinolon 1%, juga pada eksim / alergi atau eksem
atopis.
• Zat tingkat 3 & 4 berkhasiat antimitosis yaitu menghambat
pembelahan sel. Maka zat ini lebih cocok untuk
menghambat pertumbuhan kulit yang berlebihan misalnya
pada psoriaziz dsb.
• Zat tingkat 4 hanya digunakan jika zat tingkat 3 tidak
efektif.
Kebijakan dalam terapi dermal
• Karena kortikoida ditimbun dalam lapisan tanduk dari epidermis /
kulit ari dan dilepaskan kembali kelapisan yang lebih dalam maka
dikembangkan kebijakan terapi dalam 2 fase :
1. penyembuhan: salep sediaan tingkat 1-3 dioleskan 2-3 dd sehari,
guna secepat mungkin mengendalikan penyakit selama 1-2
minggu, kontinyu, tanpa istirahat.
2. Pemeliharaan : guna menghindari kambuhnya penyakit
• Selama 1-2 minggu,1 dd setiap hari salep tingkat 1-3
• Selama 1-2 minggu,1 dd setiap 2 hari maksimal 100 dan 50 g
untuk masing-masing tingkat 3 dan 4
• Selama 1-3 bulan, 1 dd pada 2 hari seminggu
• Pada hari istirahat perlu digunakan suatu
salep netral, tanpa zat aktif.
• Bila penggunaan obat yg kuat akan dihentikan
sebaiknya tidak secara mendadak , terlebih
setelah pengobatan lama.
• Sebaiknya penggunaan diakhiri dengan salep
berkhasiat lemah (Hidrokortison) atau salep
netral
Efek samping
1. Efek samping glukokortikoid yang penting adalah:
1.a. Sindrom Cushing, gejala utamanya adalah retensi
cairan di jaringan-jaringan yang menyebabkan
naiknya berat badan dengan pesat, muka menjadi
bundar (moon face) adakalanya kaki tangan gemuk
bagian atas, selain itu terjadi penumpukan lemak di
bahu dan tengkuk, kulit menjadi tipis dan mudah
terluka, timbul garis kebiru-biruan (akibat
pendarahan di bawah kulit.)
1.b. Kelemahan otot (myopathie steroid), khusus dari
anggota badan dan bahu. Lebih sering terjadi pada
hidrokortison dari pada derivat sintesisnya.
1.c. Osteoporosis (rapuh tulang) karena
menyusutnya tulang dan resiko besar akan fraktur
bila terjatuh. Efek ini terutama pada penggunaan
lama prednison diatas 7,5 mg sehari (ekivalen
dengan dosis glukokortikoid lain), seperti pada
rema dan asma hebat. Pencegahan dilakukan
dengan vit D3 + kalsium, masing2 500 UI dan 1000
mg sehari.
1.d. Merintangi pertumbuhan pada anak-anak, akibat
dipercepatnya penutupan epifysis tulang pipa
1.e. Diabetogen. Penurunan toleransi glukosa dapat
menimbulkan hiperglikemia dengan efek menjadi diabetes
atau memperhebat diabetes, penyebabnya adalah
stimulasi pembentukan glukosa dalam hati.
1.f. Imunosupresi, yaitu menekan reaksi tangkis tubuh,
seperti yang terjadi pada trasplantasi organ. Jumlah dan
aktivitas limfosit-T/B dan makrofak dikurangi, efeknya
adalah daya tangkis tubuh turun sehingga lebih peka
terhadap infeksi kuman patogen.
1.g. Antimitosis yaitu menghambat pembelahan sel,
terutama kortikoida-fluor yang kuat yang hanya untuk
penggunaan dermal.
2. Efek samping mineralokortikoid berupa :
• Hipokalemia akibat kehilangan kalium melalui kemih, bisa
terjadi kejang, kelemahan otot, aritmia jantung
• Udema dan berat badan meningkat karena retensi garam
dan air, juga resiko hipertensi dan gagal jantung.
3. Efek samping umum adalah :
• Efek sentral (atas SSP) berupa gelisah, rasa takut, sukar
tidur, depresi.
• Efek adrogen, seperti acne, dan gangguan haid
• Cataract dan kenaikan tekanan okuler, juga bila digunakan
sebagai tetes mata, resiko glaukoma meningkat.
• Bertambahnya sel-sel darah
• Bertambahnya nafsu makan dan berat badan
• Reaksi hipersensitivitas.
• Kontra indikasi