Anda di halaman 1dari 20

AKAD MUDHARABAH

DAN
AKAD MUSYARAKAH

NAMA KELOMPOK 7:

Firginia Mega
Soexma Ayu M.N
Sari
21130310088
21130310080

Windy Freshillya
21130310087
MATERI PEMBAHASAN
Pengertian dan jenis akad
mudharabah

Pengertian dan jenis akad


musyarakah

Prinsip bagi hasil usaha (PSAK 105) dan


(PSAK 106)

Penetapan nisbah untuk akad mudharabah


dan akad musyarakah

Bagi hasil untuk akad mudharabah


musyarakah

Perlakuan akuntansi mudharabah (PSAK


105) dan akuntansi musyarakah (PSAK 106)
AKUNTANSI AKAD
MUDHARABAH
Pengertian Akad Mudharabah

PSAK 105 tentang Akuntansi Mudarabah mendefinisikan mudarabah sebagai akad kerja sama
usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana/shahibul maal) menyediakan seluruh
dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan
dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh
pemilik dana.
Akad mudarabah merupakan suatu transaksi investasi yang berdasarkan kepercayaan.
Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudarabah, yaitu kepercayaan dari pemilik
dana kepada pengelola dana.
Jenis Akad Mudharabah
Dalam PSAK 105, mudarabah diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu mudarabah muthalaqah,
mudarabah muqayyadah, dan mudarabah musytarakah. Berikut adalah pengertian masing-masing jenis
akad mudarabah.
1. Mudarabah muthlaqah adalah mudarabah di mana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudarabah ini disebut juga investasi tidak terikat.

2. Mudarabah muqayyadah adalah mudarabah di mana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau sektor usaha. Misalnya,
tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya, tidak
menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin atau mengharuskan
pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga (PSAK 105 par 07).
Terdapat 2 (dua) pola penyaluran pembiayaan mudarabah muqayyadah pada perbankan syariah
yaitu:
a Chanelling, merupakan pola penyaluran pembiayaan kepada debitur yang ditentukan langsung oleh
pemilik dana (nasabah) di mana bank tidak mempunyai kewenangan untuk memutuskan pemberian
pembiayaan. Dalam hal ini bank akan menerima imbalan jasa (komisi) dan tidak menanggung risiko.
Misalnya, Bapak Rafa meminta bank untuk menyalurkan dananya ke Bapak Umar; bank akan
memperoleh imbalan jasa dari Bapak Rafa sementara apabila Bapak Umar rugi akan ditanggung oleh
Bapak Rafa.

b Executing, merupakan pola penyaluran pembiayaan kepada debitur dengan syarat- syarat tertentu;
dengan akad ini bank akan memperoleh bagi hasil dari nasabah apabila nasabah memperoleh keuntungan,
dan menanggung risiko kerugian apabila nasabah rugi bukan karena kelalaiannya. Misalnya, bank
(pemilik dana) menyalurkan dana kepada debitur dengan syarat-syarat tertentu.
3. Mudarabah musytarakah adalah mudarabah di mana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerja sama investasi .
Prinsip Pembagian Hasil Usaha Mudharabah (PSAK
105)

Dalam mudarabah istilah pembagian keuntungan dan kerugian (profit


and loss sharing) tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya
keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugiannya (loss).
Pembagian hasil usaha mudarabah dapat dilakukan berdasarkan
penghasilan usaha mudarabah, dalam praktik dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola
dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil
usaha.
Bagi Hasil untuk Akad
Mudharabah
• Bagi Hasil untuk Akad Mudarabah Musytarakah (PSAK 105 par.34)
Bagi hasil ini dilakukan dengan 2 pendektan:
1) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah
yang di sepakati, lalu hasil investasi setelah dikurangi untuk pengleola dana
tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing.
2) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai
dengna porsi modal maing-masing lalu bagian hasil investasi setelah
dikurangi untuk pengelola dana tersebut bagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. Jika terjadi kerugian atas
investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal pada mustarik.
Perlakuan Akuntansi Mudharabah (PSAK
105)
Akuntansi Untuk Pemilik Dana
1) Dana Mudarabah yang disalurakan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas kepada pengelola dana.
2) Pengukuran investasi Mudarabah:
3) Dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan
4) Dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar asset nonkas pada saat
penyerahan.Nilai dari investasi ini harus disetujui oleh pemilik dana dan
pengelola dana pada saat kontrak.

Ada 2 alasan tidak menggunakan daar historial cost untuk mengukur asset non kas:
5) Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk
mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.
6) Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk nilai
asset nonkas menuju aplikaso konsep representational faithfulness dalam
pelaporan.
AKUNTANSI AKAD
MUSYARAKAH
Pengertian Akad Musyarakah

PSAK 106 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi musyarakah, tetapi tidak me tidak
mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad musyarakah.

Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak
yang mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.

PSAK 106 juga memberikan ketentuan pengakuan akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif, pada saat akad, selama akad,
dan saat akhir akad.
Jenis Akad Musyarakah

1. Syirkah Al-inan
Syirkah al-Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan
dana dan berpartisipasi dalam kerja.
Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang telah disepakati antara mereka. Namun,
porsi masing-masing pihak baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai
dengan kesepakatan mereka

2. Syirkah Mufawadhah
Jenis musyarakah yang satu ini adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak akan
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan ikut berpartisipasi dalam kerja. Dengan begitu, setiap pihak
membagi keuntungan dan kerugian secara sama rata.
3. Syirkah A'maal
Syirkah A'maal adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan
secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan tersebut. Sebagai contoh, kerja sama
dua orang arsitek untuk menggarap proyek pembangunan gedung kantor.

4. Syirkah Wujuh
Jenis musyarakah selanjutnya adalah syirkah wujuh. Syirkah wujuh adalah kontrak antara
dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan wibawa yang baik serta ahli dalam bidang
bisnis.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
PSAK Musyarakah
1. Musyarakah Permanen
Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan saat akad
dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK 106 par. 04). Contohnya, antara mitra
A dan mitra P yang melakukan akad musyarakah menanamkan modal yang jumlah
awalnya masing-masing Rp20.000.000, maka sampai akhir masa akad syirkah modal
mereka masing-masing tetap Rp20.000.000.

2. Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah


Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah sa mitra akan dialihkan
secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian danany akan menurun dan pada
akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah
tersebut (PSAK 106 par 04). Contohnya, Mitra A dan P melakukan akad musyarakah.
Mitra P menanamkan modal sebesar Rp10.000.000 di Mitra A menanamkan
Rp20.000.000. Seiring berjalannya kerja sama akad musyarakah tersebut, modal mitra P
Rp10.000.000 tersebut akan beralih kepada mitra A melalu pengalihan secara bertahap
yang dilakukan oleh mitra A.
Penetapan Nisbah dalam Akad Musyrakah

Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut.

1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal


Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai modal
yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra sama
atau pun tidak sama.
2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah
yang dipertimbangkan bukan hanya modal yang disetorkan, tetapi juga tanggung jawab, pengalaman,
dan kompetensi atau waktu kerja yang lebih Panjang.

Nisbah bisa ditentukan sama besar untuk setiap mitra (misalnya 50:50), atau sedikit (misalnya 70:30),
atau proporsional dengan modal masing-masing mitra. Begitu para mitra sepakat atas nisbah tertentu
berarti dasar inilah yang digunakan untuk pembagian keuntungan.
Bagi Hasil untuk Akad
Musyarakah

• BAGI HASIL UNTUK AKAD MUSYARAKAH


- Pembagaian keuntungan dari pemakaian dana dinyatakan dalam bentuk nisbah
- Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu
investasi kecuali atas dasar kesepakatan para pihak
- Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang (tiering) yang besarnya
berbeda-beda berdasarkan kesepakatan.
- Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan cara bagi untung atau rugi
(profit and loss sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing)
- Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan
keuangan nasabah.
Perlakuan Akuntansi Musyarakah (PSAK
106)

Perlakuan terkadap akad musyarakah dilihat dari dua sisi pelaku yaitu dari sisi mitra aktif, adalah pihak
yang mengelola atas namanya dan mitra pasif, adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha (biasanya
adalah lembaga keuangan).
 
Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif
Investasi musyarakah
a. Biaya Pra-Akad (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai investasi musyarakah
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
b. Penyerahan Kas sebagai Modal, artinya investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas, dan
dimulai sebesar jumlah yang diserahkan.
c. Penyerahan Aset Nonkas sebagai Modal untuk Investasi Musyarakah, investasi musyarakah dinilai
sebesar nilai wajar.
Keuntungan dan Kerugian dari Usaha Musyarakah
a. Perhitungan keuntungan dan kerugian juga harus didasarkan
atas realisasi dari hasil kegiatan usaha sehingga tidak boleh
menggunakan nilai estimasi dan berbasis kas.
b. Jika untung, maka keuntungan akan dibagikan kepada mitra
aktif dan pasif berdasarkan nisbah yang disepakati
c. Jika rugi, maka kerugian akan ditanggung masing-masing
mitra sesuai proporsi modal. Kerugian tersebut akan diakui
sebagai penyisihan kerugian dan akan menjadi kontra akun
dari Investasi Musyarakah.
TERIMAKASI
H ADA PERTANYAAN?

Anda mungkin juga menyukai