Anda di halaman 1dari 22

Kemiringan lahan yang besar menyebabkan laju

aliran permukaan menjadi besar sehingga daya


erosifnya besar.

Disamping itu dengan kemiringan lahan yang besar


menyebabkan kestabilan tanah terhadap longsoran
mengecil

perlu upaya-upaya teknis untuk mengendalikan erosi


lereng.
Lahan yang terlindung oleh pepohonan merupakan cara
pencegahan yang efektif terhadap erosi lahan. : cara
yang murah dan mudah dilakukan.
Pada umumnya semua jenis tanaman bisa digunakan untuk
pelindung lahan terhadap erosi, meski demikian
pepohonan tersebut lebih disukai jika memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
 mampu tumbuh pada lereng dimana erosinya dikendalikan
 akar-akar tanaman mampu tumbuh dengan cepat agar mampu
memberikan perlindungan sesegera mungkin. Akar tanaman
yang dalam dan melebar akan mampu mengangker lapisan
tanah
 mempunyai daun yang rimbun dan lebar sehingga dapat
menutup dengan baik lahan yang dilindungi.
Usaha pengendalian erosi lahan yang umum dilakukan adalah dengan
cara vegetatif dan penggunaan konstruksi tambahan dengan
menggunakan batu atau beton, atau kombinasi antara cara vegetatif
dan tambahan konstruksi.
Pada teknik biologi cara pengendalian erosi dengan menggunakan
tanaman lebih menguntungkan ditinjau dari :
 lebih mudah pelaksanaannya
 lebih ekonomis
 efektif
 mudah dalam perawatan
 sesuai dengan lingkungan alami
Meski banyak keuntungan dengan menggunakan cara vegetatif, akan
tetapi dijumpai beberapa keterbatasan, terutama untuk lahan
dengan kemiringan lereng yang besar dimana diperlukan cara
proteksi terhadap erosi dan longsoran dengan bangunan khusus
Penutup lereng dengan semak (Brushcover)
Bahan yang digunakan :
 semak/ranting-pohon (‘brushwood’),
 pasak :60-80 cm,
 kawat
Cara pemasangan:
 Pasak di benamkan sampai kedalaman 20 cm
sepanjang garis kontur dengan jarak antar pasak sekitar
1 m; jarak antara 2 garis antara 1-2 m, tergantung pada
kemiringan lereng dan panjang semak.
 Semak disebarkan merata menutup permukaan lereng.
 Kawat diikatkan pada pasak sehingga pasak-pasak yang
berada pada satu garis saling berhubungan;
 sisa batang pasang di masukkan ke dalam tanah,
sehingga kawat akan menekan semak berimpit dg
permukaan tanah
Cara pemasangan:
 Pasak di benamkan sampai kedalaman 20 cm
sepanjang garis kontur dengan jarak antar pasak sekitar
1 m; jarak antara 2 garis antara 1-2 m, tergantung pada
kemiringan lereng dan panjang semak.
 Semak disebarkan merata menutup permukaan lereng.
 Kawat diikatkan pada pasak sehingga pasak-pasak yang
berada pada satu garis saling berhubungan;
 sisa batang pasang di masukkan ke dalam tanah,
sehingga kawat akan menekan semak berimpit dg
permukaan tanah
 Di atas 50-60% permukaan semak ditimbun
dengan lapisan tanah, sedangkan sisanya
dibiarkan terbuka.
 Bagian yang tertutup tanah akan tumbuh akar-
akar tanaman, sedangkan bagian yang terbuka
akan tumbuh tunas-tunas tanaman.
 Pada daerah yang drainasenya berlebihan,
diatas brush cover perlu diberi mulsa dari
rumput atau daun-daunan. Dengan mulsa
tersebut akan dapat mengurangi drainase air,
sehingga tunas-tunas dapat cepat tumbuh
Untuk menghemat, dimungkinkan juga menutup lahan hanya sebagian lereng, yaitu
pada suatu larikan mengikuti garis kontur. Diantara larikan-larikan ditanami dengan
tanaman. Lebar larikan antara 1-2 m; jarak antara larikan tergantung pada kemiringan
lereng dan erodibilitas tanah. Untuk lahan yang sangat erodible, brushwood dipasang
pada parit dangkal dengan kedalaman sekitar 15 cm
 Jika tidak ada semak, ranting-ranting (mati) juga dapat dipergunakan sebagai
‘brushwood’; cara pemasangan sama dengan brushwood dengan semak;
setelah itu diantara ranting-ranting ditanami dengan tanaman stek dengan
densitas yang rapat. Pada jenis ini tidak diperlukan tanah penutup
 Sistem ‘brush cover’ ini cukup stabil; segera setelah pemasangan
selesai, sistem ini dapat langsung bekerja sebagai protektor lereng
terhadap erosi.
 Sistem ini direkomendasikan dipakai pada lereng curam, tanah tidak
stabil, dan di daerah dimana mempunyai intensitas hujan besar.
Kelemahan dari sistem ini adalah diperlukannya ‘brushwood’ dalam
jumlah yang banyak
‘Brush layer’ pada teras
 Bahan yang digunakan: potongan-potongan semak dengan
panjang 80 cm
Cara pemasangan :
 pembuatan brush layer dimulai dari lereng bagian bawah dan
berturut-turut ke atas.
 Lereng di gali sedalam 50-120 cm dengan kemiringan kedalam.
 Potongan-potongan semak disebarkan pada teras.
 Untuk tujuan pengangkeran yang lebih baik, pamasangan
potongan semak dilakukan saling bersilangan.
 Setelah terpasang teras ditutup dengan tanah hasil penggalian
teras diatasnya
 Jarak antara teras tergantung pada kemiringan
lereng dan kestabilan tanah, yaitu antara 2,5-5
m.
 Jika jarak antara teras terlalu dekat akan
berbahaya pada kestabilan lapisan lereng, pada
saat sistem ini belum bekerja sepenuhnya.
 Teras-teras tersebut dibuat mengikuti garis
kontur dan saling berselang-seling seperti
tergambar.
 Diantara teras ditanami dengan tanaman yang
rapat, jarak antara tanaman sekitar 0,6-1m
 Untuk tanah yang
sangat tidak stabil,
potongan semak dalam
teras dapat diangker
dengan pasak dan
kawat, sehingga dapat
menambah kestabilan
lereng. Setelah itu teras
ditutup dengan tanah
 Untuk tujuan stabilisasi lereng suatu timbunan, misalnya untuk jalan,
sistem brushwood ini dapat dipasang diantara lapisan-lapisan timbunan.
Setelah menimbun dan memadatkan lapisan pertama, brushwood
dengan panjang 2-4 m dipasang menyilang, dan ditimbun dengan
lapisan tanah, dengan ¼ potongan semak berada diluar timbunan.
Jarak vertikal antara brushwood sekitar 2 m untuk tanah pasir jarak
tersebut diperkecil, sedangkan untuk tanah lempung diperbesar.
 Kelebihan dari brush-layer adalah sistem ini mampu memproteksi
lereng terhadap drainase yang berlebihan, disamping itu hanya
memerlukan sedikit potongan semak dibandingkan sistem brush-
cover. Metode ini banyak digunakan di eropa untuk pengendalian
erosi lereng.
 Kelemahan: karena permukaan lereng tidak tertutup dengan
rapat, pada awal setelah pembuatan dapat terjadi erosi sheet dan
rill. Kelemahan ini dapat dikurangi dengan memberi mulsa pada
lahan antara brush-layer setelah ditanami
 Anyaman ranting (‘wattling’)
 Bahan : pasak ( 70-90 cm), ranting/batang pohon : panjang, lurus, flexibel
 Pemasangan: potongan-potongan ranting disusun membentuk pagar. Pada
parit dengan kedalaman 25 cm dipasang pasak-pasak sampai mencapai 50-70
cm dari mula lereng, diantara pasak tersebut dipasang potongan-potongan
ranting dengan ujung bawah ditancapkan pada tanah, atau akan tertimbun
tanah dari bagian atas

Sistem ini dapat dipasang


memanjang dan menerus
atau berselang-seling pada
arah garis kontur; dengan
jarak antara struktur yang
satu dengan lainnya tidak
kurang dari 2 m.
Stabilisasi lereng dengan ‘fascine’
 Bahan: brushwood, kawat, pasak
 Fascine dibuat dengan cara menyatukan ranting-ranting dengan panjang yang
berlainan. Untuk tujuan stabilisasi lereng ini panjang fascine tidak lebih dari 3 m; agar
tidak terlalu berat, untuk fascine dengan panjang 1 m dan diameter sekitar 25 cm
mempunyai berat 13-14 kg.
 Lahan yang akan distabilisasi dengan fascine dibuat parit kecil dengan kedalaman
sekitar ½ dari diamater fascine. Pada parit tersebut fascine dipasang dan dipasak.
Pasak dapat juga ditempatkan pada kedua sisi fascine, dan antara pasak diperkuat
dengan kawat. Setelah fascine terpasang, kemudian ditimbun dengan tanah
Fascine ini dapat dibuat menerus atau
berselang-seling searah garis kontur.
Diantara barisan fascine ditanami
dengan tanaman penutup
Lereng pada awal konstruksi diproteksi dengan fascine, setelah
fascine lapuk, proteksi lereng dilakukan oleh tanaman yang sudah
tumbuh pada fascine dan tanaman antara barisan fascine
Lempengan rumput dihamparkan pada permukaan lereng. Sebelumnya muka
lereng diratakan lebih dulu; pemasangan rumput dimulai dari bawah. Pada lereng
yang curam, lempengan-lempengan rumput diperkuat dengan pasak; diatas
lempengan rumput disebarkan lapisan tipis ‘top-soil’ dan disiram agar rumput
tumbuh dengan baik

Anda mungkin juga menyukai