menyebabkan kestabilan tanah terhadap longsoran mengecil
perlu upaya-upaya teknis untuk mengendalikan erosi
lereng. Lahan yang terlindung oleh pepohonan merupakan cara pencegahan yang efektif terhadap erosi lahan. : cara yang murah dan mudah dilakukan. Pada umumnya semua jenis tanaman bisa digunakan untuk pelindung lahan terhadap erosi, meski demikian pepohonan tersebut lebih disukai jika memiliki sifat-sifat sebagai berikut: mampu tumbuh pada lereng dimana erosinya dikendalikan akar-akar tanaman mampu tumbuh dengan cepat agar mampu memberikan perlindungan sesegera mungkin. Akar tanaman yang dalam dan melebar akan mampu mengangker lapisan tanah mempunyai daun yang rimbun dan lebar sehingga dapat menutup dengan baik lahan yang dilindungi. Usaha pengendalian erosi lahan yang umum dilakukan adalah dengan cara vegetatif dan penggunaan konstruksi tambahan dengan menggunakan batu atau beton, atau kombinasi antara cara vegetatif dan tambahan konstruksi. Pada teknik biologi cara pengendalian erosi dengan menggunakan tanaman lebih menguntungkan ditinjau dari : lebih mudah pelaksanaannya lebih ekonomis efektif mudah dalam perawatan sesuai dengan lingkungan alami Meski banyak keuntungan dengan menggunakan cara vegetatif, akan tetapi dijumpai beberapa keterbatasan, terutama untuk lahan dengan kemiringan lereng yang besar dimana diperlukan cara proteksi terhadap erosi dan longsoran dengan bangunan khusus Penutup lereng dengan semak (Brushcover) Bahan yang digunakan : semak/ranting-pohon (‘brushwood’), pasak :60-80 cm, kawat Cara pemasangan: Pasak di benamkan sampai kedalaman 20 cm sepanjang garis kontur dengan jarak antar pasak sekitar 1 m; jarak antara 2 garis antara 1-2 m, tergantung pada kemiringan lereng dan panjang semak. Semak disebarkan merata menutup permukaan lereng. Kawat diikatkan pada pasak sehingga pasak-pasak yang berada pada satu garis saling berhubungan; sisa batang pasang di masukkan ke dalam tanah, sehingga kawat akan menekan semak berimpit dg permukaan tanah Cara pemasangan: Pasak di benamkan sampai kedalaman 20 cm sepanjang garis kontur dengan jarak antar pasak sekitar 1 m; jarak antara 2 garis antara 1-2 m, tergantung pada kemiringan lereng dan panjang semak. Semak disebarkan merata menutup permukaan lereng. Kawat diikatkan pada pasak sehingga pasak-pasak yang berada pada satu garis saling berhubungan; sisa batang pasang di masukkan ke dalam tanah, sehingga kawat akan menekan semak berimpit dg permukaan tanah Di atas 50-60% permukaan semak ditimbun dengan lapisan tanah, sedangkan sisanya dibiarkan terbuka. Bagian yang tertutup tanah akan tumbuh akar- akar tanaman, sedangkan bagian yang terbuka akan tumbuh tunas-tunas tanaman. Pada daerah yang drainasenya berlebihan, diatas brush cover perlu diberi mulsa dari rumput atau daun-daunan. Dengan mulsa tersebut akan dapat mengurangi drainase air, sehingga tunas-tunas dapat cepat tumbuh Untuk menghemat, dimungkinkan juga menutup lahan hanya sebagian lereng, yaitu pada suatu larikan mengikuti garis kontur. Diantara larikan-larikan ditanami dengan tanaman. Lebar larikan antara 1-2 m; jarak antara larikan tergantung pada kemiringan lereng dan erodibilitas tanah. Untuk lahan yang sangat erodible, brushwood dipasang pada parit dangkal dengan kedalaman sekitar 15 cm Jika tidak ada semak, ranting-ranting (mati) juga dapat dipergunakan sebagai ‘brushwood’; cara pemasangan sama dengan brushwood dengan semak; setelah itu diantara ranting-ranting ditanami dengan tanaman stek dengan densitas yang rapat. Pada jenis ini tidak diperlukan tanah penutup Sistem ‘brush cover’ ini cukup stabil; segera setelah pemasangan selesai, sistem ini dapat langsung bekerja sebagai protektor lereng terhadap erosi. Sistem ini direkomendasikan dipakai pada lereng curam, tanah tidak stabil, dan di daerah dimana mempunyai intensitas hujan besar. Kelemahan dari sistem ini adalah diperlukannya ‘brushwood’ dalam jumlah yang banyak ‘Brush layer’ pada teras Bahan yang digunakan: potongan-potongan semak dengan panjang 80 cm Cara pemasangan : pembuatan brush layer dimulai dari lereng bagian bawah dan berturut-turut ke atas. Lereng di gali sedalam 50-120 cm dengan kemiringan kedalam. Potongan-potongan semak disebarkan pada teras. Untuk tujuan pengangkeran yang lebih baik, pamasangan potongan semak dilakukan saling bersilangan. Setelah terpasang teras ditutup dengan tanah hasil penggalian teras diatasnya Jarak antara teras tergantung pada kemiringan lereng dan kestabilan tanah, yaitu antara 2,5-5 m. Jika jarak antara teras terlalu dekat akan berbahaya pada kestabilan lapisan lereng, pada saat sistem ini belum bekerja sepenuhnya. Teras-teras tersebut dibuat mengikuti garis kontur dan saling berselang-seling seperti tergambar. Diantara teras ditanami dengan tanaman yang rapat, jarak antara tanaman sekitar 0,6-1m Untuk tanah yang sangat tidak stabil, potongan semak dalam teras dapat diangker dengan pasak dan kawat, sehingga dapat menambah kestabilan lereng. Setelah itu teras ditutup dengan tanah Untuk tujuan stabilisasi lereng suatu timbunan, misalnya untuk jalan, sistem brushwood ini dapat dipasang diantara lapisan-lapisan timbunan. Setelah menimbun dan memadatkan lapisan pertama, brushwood dengan panjang 2-4 m dipasang menyilang, dan ditimbun dengan lapisan tanah, dengan ¼ potongan semak berada diluar timbunan. Jarak vertikal antara brushwood sekitar 2 m untuk tanah pasir jarak tersebut diperkecil, sedangkan untuk tanah lempung diperbesar. Kelebihan dari brush-layer adalah sistem ini mampu memproteksi lereng terhadap drainase yang berlebihan, disamping itu hanya memerlukan sedikit potongan semak dibandingkan sistem brush- cover. Metode ini banyak digunakan di eropa untuk pengendalian erosi lereng. Kelemahan: karena permukaan lereng tidak tertutup dengan rapat, pada awal setelah pembuatan dapat terjadi erosi sheet dan rill. Kelemahan ini dapat dikurangi dengan memberi mulsa pada lahan antara brush-layer setelah ditanami Anyaman ranting (‘wattling’) Bahan : pasak ( 70-90 cm), ranting/batang pohon : panjang, lurus, flexibel Pemasangan: potongan-potongan ranting disusun membentuk pagar. Pada parit dengan kedalaman 25 cm dipasang pasak-pasak sampai mencapai 50-70 cm dari mula lereng, diantara pasak tersebut dipasang potongan-potongan ranting dengan ujung bawah ditancapkan pada tanah, atau akan tertimbun tanah dari bagian atas
Sistem ini dapat dipasang
memanjang dan menerus atau berselang-seling pada arah garis kontur; dengan jarak antara struktur yang satu dengan lainnya tidak kurang dari 2 m. Stabilisasi lereng dengan ‘fascine’ Bahan: brushwood, kawat, pasak Fascine dibuat dengan cara menyatukan ranting-ranting dengan panjang yang berlainan. Untuk tujuan stabilisasi lereng ini panjang fascine tidak lebih dari 3 m; agar tidak terlalu berat, untuk fascine dengan panjang 1 m dan diameter sekitar 25 cm mempunyai berat 13-14 kg. Lahan yang akan distabilisasi dengan fascine dibuat parit kecil dengan kedalaman sekitar ½ dari diamater fascine. Pada parit tersebut fascine dipasang dan dipasak. Pasak dapat juga ditempatkan pada kedua sisi fascine, dan antara pasak diperkuat dengan kawat. Setelah fascine terpasang, kemudian ditimbun dengan tanah Fascine ini dapat dibuat menerus atau berselang-seling searah garis kontur. Diantara barisan fascine ditanami dengan tanaman penutup Lereng pada awal konstruksi diproteksi dengan fascine, setelah fascine lapuk, proteksi lereng dilakukan oleh tanaman yang sudah tumbuh pada fascine dan tanaman antara barisan fascine Lempengan rumput dihamparkan pada permukaan lereng. Sebelumnya muka lereng diratakan lebih dulu; pemasangan rumput dimulai dari bawah. Pada lereng yang curam, lempengan-lempengan rumput diperkuat dengan pasak; diatas lempengan rumput disebarkan lapisan tipis ‘top-soil’ dan disiram agar rumput tumbuh dengan baik