CRS Ppok
CRS Ppok
K Kelompok 2
Batasan Masalah
• Case report ini akan membahas mengenai kasus PPOK
Metode Penulisan
• Pemeriksaan Fisik pasien, data rekam medis, tinjauan Pustaka
yang mengacu pada berbagai literatur, buku teks dan artikel ilmiah
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
1. Asap Rokok
2. Paparan Pekerjaan
3. Polusi Udara
6. Defisiensi α1 Antitrypsin
Patofisiologi
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
• Barrel chest
● Pada PPOK dini jarang ditemukan • Sela iga melebar
kelainan pada pemeriksaan fisik. • Penggunaan otot bantuan nafas
● Pada PPOK lanjut pursed lip
Palpasi
breathing.
● Pada pemeriksaan fisik paru dapat • Terasa pembesaran sela iga
• Fremitus melemah
ditemukan:
Perkusi
Pada emfisema hipersonor,
batas jantung mengecil
letak diafragma rendah
hepar terdorong ke bawah.
Auskultasi
Suara napas vesikuler normal/ melemah
rhonki/ wheezing
ekspirasi memanjang
bunyi jantung terdengar jauh.
Pemeriksaan Rutin
Spirometri
• Berdasarkan GOLD, obstruksi terjadi apabila VEP1/ KVP <70%
Uji Bronkodilator
• Bronkodilator inhalasi 4-8 hisapan (dosis 400-800 ug
salbutalmol) 15-20 menit nilai VEP1/ APE.
• PPOK, nilai VEP1 <12% setelah pemberian bronkodilator.
Laboratorium Darah
• Pemeriksaan labor darah lengkap dan AGD diperlukan pada pasien
PPOK untuk membantu menegakkan diagnosis.
Foto Thoraks
• Pada emfisema hiperinflasi, hiperlusen, sela iga melebar,
ruang retrosternal melebar, diafragma melebar, dan jantung
menggantung (jantung pendulum/ tear drop/ eye drop).
• Pada bronkitis kronik, foto thoraks dapat normal/ dapat
ditemukan peningkatan corakan bronkovesikuler pada 21%
kasus.
EKG
• Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh P
pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.
Pemeriksaan Penunjang
Uji Latih Kardiopulmoner
• Dapat dilakukan dengan treadmill test dan uji jalan 6 menit.
Bakteriologi
• Pemeriksaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola
kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat.
Kadar α-1-AT
• Kadar α-1-antitripsin rendah dapat ditemukan pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda).
Diagnosis PPOK membutuhkan pemeriksaan perbandingan VEP1 post-
bronkodilator dan KVP dengan hasil kurang dari 0,7 dan selanjutnya
dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan keparahan PPOK berdasarkan
persentase VEP1 yang diprediksi.
Penilaian sesak napas yang dialami oleh pasien dapat menggunakan kuisioner Modified
British Medical Research Council (mMRC). Kuisioner mMRC berhubungan erat dengan penilaian
status kesehatan pasien dan dapat memprediksi risiko mortalitas pasien. Namun, akhir-akhir ini,
penilaian PPOK tidak sekedar melalui sesak napas saja sehingga kriteria COPD Assesment Test
(CAT) dan The COPD Control Questionnaire (The CCQ) digunakan.
Pengelompokan pasien PPOK berdasarkan atas gejala, klasifikasi spirometri,
dan faktor risiko (riwayat frekuensi eksaserbasi). Pengobatan pasien PPOK
didasarkan pada pengelompokan ini. Gejala diukur berdasarkan skor mMRC atau
CAT.
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
Edukasi
● Edukasi
○ pengetahuan dasar PPOK
○ obat yang digunakan untuk menatalaksana PPOK (dosis, cara pemakaian, manfaat, dan efek
samping)
○ cara pencegahan perburukan penyakit
○ smoking cessation (disampaikan pertama kali diagnosis ditegakkan),
○ penyesuaian aktivitas
○ pengenalan tanda eksaserbasi akut (batuk/ sesak bertambah, sputum bertambah dan perubahan
warna pada sputum).
Berhenti Merokok
Berhenti merokok merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif dalam mengurangi
risiko berkembangnya PPOK dan memperlambat progresivitas penyakit. Strategi untuk berhenti
merokok adalah 5A, yakni:
a. Ask (Tanyakan)
Mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan.
b. Advise (Nasihati)
Dorongan kuat pada semua perokok untuk berhenti merokok.
c. Assess (Nilai)
Keinginan untuk usaha berhenti merokok (misal: dalam 30 hari ke depan).
d. Assist (Bimbing)
Bantu pasien dengan rencana berhenti merokok, menyediakan konseling
praktis, merekomendasikan penggunaan farmakoterapi.
e. Arrange (Atur)
Buat jadwal kontak lebih lanjut.
Obat-obatan
Bronkodilator
• Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat
penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan dalam bentuk inhalasi.
Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow
release) atau obat kerja lama (long acting).
Golongan Antikolinergik
• Antikolinergik kerja singkat digunakan pada PPOK derajat ringan
sampai berat, disarnping sebagai bronkodilator juga mengurangi
sekresi lendir (maksimal 4 kali perhari). Tiotropium yang diberikan
jangka panjang terbukti mengurangi frekuensi eksaserbasi
Golongan β-2 agonist
• Golongan β-2 agonist kerja singkat bentuk inhaler digunakan untuk
rnengatasi sesak napas dan peningkatan jumlah penggunaannya dapat
digunakan sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Penggunaan
bronkodilator kerja singkat (SABA) secara reguler dan saat diperlukan
akan mernperbaiki VEP dan gejala. Penggunaan bronkodilator kerja lama
(formoterol dan salmeterol) secara bermakna akan memperbaiki VEP,
volume paru, sesak napas, kualitas hidup, dan angka eksaserbasi.
Kombinasi Golongan Antikolinergik dan β-2 Agonis
• Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi
karena keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda dan efek samping
yang Iebih sedikit. Selain itu, penggunaan obat kombinasi Iebih
mempermudah pasien.
Golongan Xanthin
• Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka
panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Sediaan bentuk
tablet biasa atau puyer digunakan untuk mengatasi sesak napas dan
bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut.
Antiinflamasi
• Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut. Dapat diberikan dalam bentuk
oral atau injeksi intravena yang berfungsi menekan inflamasi yang
terjadi. Obat yang dipilih adalah metilprednisolon atau prednison.
Penambahan kortikosteroid inhalasi jangka panjang direkomendasikan
pada PPOK derajat berat dan sangat berat serta eksaserbasi yang tidak
bisa dikontrol dengan bronkodilator kerja lama.
Antibiotik
• Hanya diberikan jika terdapat eksaserbasi. Pemberian azitromisin 250 mg/ hari atau
3x500 mg/ minggu atau eritromisin 2x250 mg/ hari selama 1 tahun pada pasien yang
rentan mengalami eksaserbasi akut dapat menurunkan risiko eksaserbasi akut.
Antioksidan
• Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup, digunakan N-
asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak
dianjurkan sebagai pemberian yang rutin.
Mukolitik
• Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi, terutarna pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous
(misalnya ambroksol, erdostein dan carbocystein).
Antitusif
• Tidak memberikan manfaat pada pasien PPOK.
Phosphodiesterase-4 Inhibitor
• Diberikan kepada pasien Kelompok C atau D yang
telah mendapat inhalasi kortikosteroid, tetapi belum
memberikan hasil yang optimal. Phosphodiesterase-4
inhibitor (roflumilast) dapat mengurangi eksaserbasi
pada pasien yang telah mendapatkan LABA.
KOMPLIKASI
DISFUNGSI OSTEOPOROSI
OTOT PPOK dapatS
menyebabkan
Kelemahan otot rangka penurunan kapasitas pasien kekurangan gizi dan
latihan fungsional, gangguan kualitas hidup, dan berkurangnya waktu yang
peningkatan mortalitas. dihabiskan di luar ruangan
KELUHAN UTAMA
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
● Sesak napas sejak 1 minggu yang lalu, semakin meningkat sejak 1 hari yang
lalu, meningkat dengan aktivitas, bersifat hilang timbul, dan tidak disertai bunyi
menciut. Riwayat sesak sudah dirasakan sejak 15 tahun yang lalu bersifat hilang
timbul. Sesak juga dirasakan oleh pasien saat menaiki tangga. Pasien juga merasa
napasnya seperti terengah-engah.
● Batuk sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit bersifat hilang timbul dan
terjadi sepanjang hari. Batuk berdahak warna putih dan sulit dikeluarkan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
●Batuk berdarah tidak ada, riwayat batuk berdarah tidak ada.
●Nyeri dada dirasakan saat batuk, tidak menjalar.
●Demam saat ini tidak ada, riwayat demam tidak ada.
●Keringat malam tidak ada.
●Nafsu makan berkurang ada. Selama 3 bulan ini, pasien hanya menghabiskan ½
porsi makan biasa.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
●Penurunan berat badan ada, dari 55 kg ke 50 kg (9%) dalam 3 bulan terakhir.
●Mual dan muntah tidak ada.
●Edema pada kaki saat ini tidak ada, riwayat edem pada kaki ada.
●BAB warna, konsistensi, dan frekuensi biasa.
●BAK warna, jumlah, dan frekuensi biasa
RIWAYAT RIWAYAT
PENYAKIT PENGOBATAN
DAHULU
● Riwayat penyakit jantung ada,
SEBELUMNYA
Konsumsi digoxin 0,25 mg dan
kontrol rutin dengan dokter.
● Riwayat TB sembuh tahun 2013. furosemide 40 mg.
● Riwayat tekanan darah tinggi
tidak ada.
● Riwayat penyakit gula tidak ada.
● Riwayat keganasan tidak ada.
● Riwayat asma tidak ada.
● Riwayat alergi terhadap obat
dan/atau makanan tidak ada.
RIWAYAT RIWAYAT
PENYAKIT KEBIASAAN, SOSIAL,
KELUARGA
● Riwayat penyakit jantung tidak ada. DAN
● Pasien PEKERJAAN
merokok sejak 50 tahun yang lalu,
● Riwayat konsumsi obat 6 bulan tidak sebanyak 48 batang per hari, dan telah berhenti
ada. merokok sejak 10 tahun terakhir (bekas perokok
● Riwayat tekanan darah tinggi tidak ada. dengan IB berat).
● Riwayat penyakit diabetes melitus tidak ● Pasien tinggal di rumah permanen, lantai tidak
ada. ada yang retak, ventilasi udara dan pencahayaan
● Riwayat keganasan tidak ada. cukup baik, serta tidak ada sumur galian.
● Riwayat asma tidak ada. ● Pasien memasak dengan menggunakan kompor
gas.
● Riwayat alergi terhadap obat dan/atau ● Saat ini pasien tidak bekerja.
makanan tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
KU Kes TD HR RR T BB TB
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
SOPT
Ca Paru
Asma
Bronkiektasis
RENCANA PENGOBATAN DAN
PEMERIKSAAN
•Pro serologi sputum
•IVFD asering 1 kolf/24jam
•O2 nasal kanul 3 liter/menit
•Inj. ceftriaxone 1x2 gram
•Inj. terbutalin 3x0,4 cc
•Inj. furosemide 1x1 amp
•Nebu kombinasi salbutamol dan ipratropium bromida 2x1
•Tioproprium bromide 1x2 puff
RENCANA PENGOBATAN DAN
PEMERIKSAAN
• Indocaterol 1x1 puff
• Warfarin 1x2 mg p.o.
• Mecobalamin 1x500 mg p.o.
• Cetrizine 1x10 mg p.o.
• Antasid 2x1 p.o
• Syr erdosteine 2x10 ml p.o.
• Levofloxacin 1x750 mg p.o.
RENCANA PENGOBATAN DAN
PEMERIKSAAN
Komplikasi
Cor pulmonale chronic
Prognosis
Eksaserbasi pada PPOK oleh respon inflamasi yang disebabkan oleh infeksi
saluran napas sehingga terjadi edema saluran napas, bronkospasme, dan
peningkatan produksi sputum yang menyebabkan memburuknya pembatasan
aliran udara dan berkembangnya hiperinflasi dinamis
TERI
MA
KASI
H