Anda di halaman 1dari 65

Standarisasi simplisia dan

ekstrak/kontrol kualitas
Nonspesifik

OLEH: APT. CHEMAYANTI SURBAKTI, M.SI


STANDARISASI

 Serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait
paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi standar (kimia, biologi dan farmasi)
termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya.

 Proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter
tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu

 TUJUAN: agar diperoleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang bermutu, aman serta
bermanfaat
Standardisasi Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang


Standardisasi ekstrak tidak lain adalah diperoleh dengan mengekstraksi
serangkaian parameter yang dibutuhkan zat aktif dari simplisia nabati atau
sehingga ekstrak persyaratan produk simplisia hewani menggunakan
kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang pelarut yang sesuai, kemudian
berlaku.
semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk
yang diperoleh diperlukan
sedemikian hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan.
Berarti konsistensi kandungan senyawa aktif

dari setiap batch yang diproduksi dapat


Ekstrak terstandar dipertahankan, dan juga dapat

mempertahankan senyawa
kandungan
aktif pada ekstrak sehingga dapat
mengurangi signifikan volume
pemakaian per dosis dan dosis yang
diinginkan terpenuhi, serta ekstrak
diketahui kadar senyawa aktifnya ini
dapat dipergunakan sebagai bahan
pembuatan formula lain secara
mudah.
METODE UJI EKSTRAK

nonspesifik

PARAMETER spesifik

Kandungan
kimia ekstrak
Parameter Nonspesifik
1. PARAMETER SUSUT PENGERINGAN

Prinsip:
Tujuan:
Pengukuran sisa zat setelah
pengeringan pada Memberikan batasan
temperature 105°C selama 30 maksimal tentang besarnya
menit atau sampai berat senyawa yang hilang pada
konstan, yang dinyatakan
dalam nilai prosen proses pengeringan
Prosedur Kerja
Ekstrak diratakan di dalam botol timbang dengan menggoyangkan
botol hingga lapisan ± 5-10 mm. Jika yang digunakan ekstrak kental,
ratakan dengan bantuan pengaduk.

Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1-2 gram dalam botol


timbang dangkal tertutup yang sebelumnya dipanaskan pada suhu
105° C selama 30 menit dan telah ditara.

Biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator


hingga suhu kamar. Kemudian masukkan ke dalam ruang pengering, buka
tutup botolnya, keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
Perhitungan susut pengeringan :
2. PARAMETER KADAR AIR

Prinsip Tujuan
Pengukuran kandungan air yang Memberikan batasan minimal
berada di dalam bahan atau rentang besarnya
kandungan air dalam bahan
Metode:
a. Cara destilasi
b. Cara titrasi
c. Cara gravimetri
a. Metode Destilasi
1. Alat :
• 1 labu 500 ml dihubungkan dengan
pendingin balik dengan pertolongan alat
penampung.
• Tabung penerima 5 ml berskala 0,1
• ml.
Pemanas, sebaiknya pemanas listrik yang
suhunya dapat diatur atau tangas minyak.
• Bagian atas labu tabung sebaiknya
dibungkus dengan asbes.
ALAT PENETAPAN KADAR AIR (DESTILASI TOLUENA)

D
E

Keterangan gambar :
A. Labu 500 mt
B. Alai penampung
C. Pendingin air lerbalik
D. Labu tabung penyambung yang dibungl<usdengan asbes
E. Tabung penerima 5 ml berskala 0.1 ml
2. Pereaksi

• Toluen. Sejumlah Toluen P, kocok dengan


sedikit air, biarkan memisah, buang lapisan
air suling.
3. Prosedur Kerja
Bersihkan semua alat yang dipakai lalu dikeringkan dalam
1. lemari pengering.

Masukkan ekstrak yang telah ditimbang seksama yang


2. mengandung 2-4 ml air ke dalam labu kering.

Jika ektrak berupa ekstrak kental, timbang dalam sehelai


3. lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu.
Masukkan ±200 ml toluen ke dalam labu. Hubungkan alat. Tuang toluen
melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.
4.
Setelah toluen mulai mendidih, suling dgn kecepata ±2 tetes per detik,
hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan
5. hingga 4 tetes per detik.

Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen.
Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima
6. pendingin hingga suhu kamar.

Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, gosok
dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan basahi
7. dengan toluen hingga tetesan turun.

Setelh air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar
8. air dalam persen.
b. Metode Gravimetri

Masukkan ± 10 gram ekstrak dan timbang


seksama dalam wadah yang telah ditara.
Keringkan dalam suhu 105°C selama 5 jam
dan ditimbang.

Lanjutkan pengeringan dan timbang pada


jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2
penimbangan berturut-turut tidak lebih
dari 0,25%.
c. Metode Titrasi
Alat :
• Buret dilengkapi tabung pendingin untuk
melindungi dari pengaruh kelembaban
udara.
• Labu titrasi kapasitas ± 60 ml, dilengkapi 2
elektroda platina
• Sebuah pipa pengalir nitrogen
• Sebuah sumbat berlubang untuk ujung buret
• Tabung pengering
Titrasi langsung
• Masukkan ± 20 ml metanol P ke titrasi
• labu hingga
Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer
• titik akhir tercapai
Masukkan zat dengan cepat yang telah
ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 10-50 mg air ke dalam labu
titrasi, aduk selama 1 menit.
Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang
telah diketahui kesetaraan airnya.
Hitung jumlah air dalam mg dengan
rumus :
VxF

V : Volume pereaksi Karl Fischer pada


tiitrasi kedua
F : Faktor kesetaraan air
Titrasi Tidak Langsung
• Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi
• Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga
titik
• Masukkan
akhir zat dengan
tercapai cepat yang telah
ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 10-50 mg air, campur.
• Tambahkan pereaksi Karl Fischer berlebihan
dan diukur seksama.
• Biarkan beberapa waktu hingga reaksi
sempurna.
• Titrasi kelebihan pereaksi dengan larutan baku
air-metanol.
Hitung jumlah dalam mg, air, dengan
rumus :
FV1- aV2
F : faktor kesetaraan air pereaksi Karl
Fischer yang diukur saksama
V1 : Volume pereaksi Karl Fischer (ml)
a : kadar air dalam mg tiap ml dari
larutan baku air-metanol.
V2 : Volume larutan baku air-metanol
(ml)
Pereaksi Karl Fischer
Larutkan 63 g Iodium P dalam 100 ml piridina mutlak P,
dinginkan dalam es, alirkan belerang dioksida P hingga
bobot bertambah 32,3 g sambil dilindungi dari pengaruh
kelembaban udara.

Tambahkan metanol mutlak P secukupnya hingga 500 ml, biarkan selama


24 jam.

Lakukan pembakuan sbb : Masukkan ± 20 ml metanol mutlak P ke dalam


labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer tanpa mencatat volume
yang digunakan. Masukkan air yang ditimbang saksama sejumlah yang
cocok.
Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer. Hitung kesetaraan air dalam mg tiap
ml pereaksi. Pereaksi Karl Fischer harus dibakukan sebelum digunakan.

Pereaksi Karl Fischer harus disimpan di lemari pendingin pada suhu antara
2°C dan 8°C, terlindung dari cahaya.

1 ml pereaksi Karl Fischer setara dengan ± 5 mg air.


Larutan baku air-metanol
• Encerkan 2 ml air dengan metanol
secukupnya hingga 1.000 ml
• Titrasi 25 ml larutan dengan pereaksi Karl
Fischer
• Hitung kadar air dalam mg tiap ml dengan
rumus : VF/25
V : volume pereaksi Karl Fischer (ml)
F : faktor kesetaraan air
3. PARAMETER KADAR ABU

Prinsip: Tujuan

Bahan dipanaskan pada Memberikan gambaran


tempertur dimana senyawa kandungan mineral
organik dan turunannya internal dan eksternal yang
terdestruksi dan menguap, berasal dari proses awal
sehingga tinggal unsur sampai terbentuknya
mineral dan anorganik ekstrak
PROSEDUR KERJA

1. Penetapan Kadar Abu Total

2. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut dalam Asam


Penetapan Kadar Abu Total

Pijarkan perlahan hingga arang habis,


dinginkan, timbang

Jika arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan


air panas

Saring melalui kertas saring bebas abu


Penetapan Kadar Abu Total

Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam


krus yang sama

Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan

Pijarkan hingga bobot tetap


Penetapan Kadar Abu Total

Timbang

Hitung kadar abu terhadap bahan yang


dikeringkan di udara
Perhitungan
Penetapan Kadar Abu
Total :
Penetapan Kadar Abu Yang Tidak
Larut dalam Asam
Didihkan abu yang diperoleh dari
penetapan kadar abu dalam 25ml asam
sulfat encer P selama 5 menit

Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam krus

Saring melalui krus kaca masir / kertas saring bebas


abu
Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut
dalam Asam

Cuci dengan air panas

Pijarkan hingga bobot tetap, timbang

Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam


terhadap bahan yang telah dikeringkan
Perhitungan Penetapan Kadar Abu yang
Tidak Larut dalam Asam :
4. Parameter Sisa Pelarut

Tujuan
Prinsip
Memberikan jaminan
Menentukan kandungan bahwa selama proses tidak
sisa pelarut tertentu (yang meninggalkan sisa
memang ditambahkan) pelarut yang memang
yang secara umum seharusnya tidak boleh ada
dengan kromatografi gas (Depkes RI, 2000)
(Depkes RI, 2000)
PROSEDUR
KERJA

1. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)


2. Cara Kromatografi Gas- Cair
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(1)

• Kecuali dinyatakan lain dalam masing-


masing monografi, lakukan penetapan
dengan cara destilasi
• Untuk sebagian besar ekstrak cair dan
tingtura
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(2)

• Destilat yang keruh


dapat dijernihkan
dengan dengan
• pengocokan
menggunakan talk P
• atau kalsium kabornat
P, saring.
Suhu filtrat diatur dan kandungan etanol
ditetapkan dari bobot jenis.
Lakukan semua pekerjaan dengan hati-hati
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(3)
Untuk mencegah buih dalam cairan selama
destilasi
– tambahkan asam kuat : asam fosfat P, asam sulfat P,
atau asam tanat P
– penambahan larutan kalsium klorida P sedikit berebih,
atau parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi

Cegah gejolak selama destilasi dengan


penambahan keping-keping berpori dari
bahan
yang tidak larut
Ex : silikon karbida P, atau manik-manik
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(4)
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
30% atau kurang

• Pipet tidak kurang dari 25ml cairan uji ke dalam alat


1 destilasi yang sesuai

• Catat destilasi hingga diperoleh destilat ± 2 ml lebih


2 kecil dari volume cairan uji yang dipipet

• Atur suhu destilat hingga sama dengan suhu pada


3 waktu pemipetan
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol 30%
atau kurang

• Tambahkan air secukupnya hingga volume sama dengan


4 volume cairan uji

• Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25C seperti yang


5 tertera pada Penetapan Bobot Jenis

• Hitung presentase dalam volume dari etanol dalam cairan


6 menggunakan Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(5)
Cara untuk cairan yang
diperkirakan
dari 30% mengandung etanol
lebih
• Pipet ± dua kali volume cairan uji ke dalam alat
1 destilasi yang sesuai

• Kumpulkan destilat hingga ± 2 ml lebih kecil dari


2 dua kali volume cairan uji yang dipipet

• Atur suhu sama dengan cairan uji


3
• Tambahkan air secukupnya hingga volume dua kali volume
4 cairan uji yang dipipet, campur, dan tetapkan bobot jenis

• Kadar etanol dalam volume destilat, sama dengan setengah


5 kadar etanol dalamcairan uji etanol atau kurang

• Pipet 25ml cairan uji, masukkan ke dalam coorng pisah,


6 tambahkan air volume sama

• Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25


heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudah
7 menguap lain yang mengganggu

• Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua


8

• Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.


9
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
lebih dari 30%

Ekstraksi kumpulan larutan heksana P tiga kali


– tiap kali dengan 10 ml larutan jenuh natrium
klorida P

Destilasi kumpulan larutan garam


– tampung destilat hingga sejumlah
volume
mendekati volume cairan uji semula
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(6)
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
lebih dari 50%

• Encerkan cairan uji dengan air hingga kadar etanol lebih kurang
1 25%

• Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan

2
25
heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudah
menguap lain yang mengganggu
• Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua
3

• Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.


4
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(7)

Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol


lebih dari 50%

Jika hanya mengandung minyak atsiri dan hasil destilasi


keruh
– perlakuan dengan pelarut heksana P seperti diatas tidak
dilakukan, destilat dapat dijernihkan dan dapat digunakan
untuk penetapan bobot jenis dengan mengocok dengan
heksana P lebih kurang seperlima bagian volume atau
dengan penyaringan melalui lapisan tipis talk
Cara Kromatografi Gas-Cair
• Alat kromatografi gas dilengkapi dengan detektor
ionisasi
nyala dan kolom kaca 1,8m X 4mm berisi fase diam S3
• dengan
Gunakan ukuran
nitrogenpartikel 100 mesh
P atau helium hingga
P sebagai 120 mesh
gas pembawa

• Sebelum digunakan kondisikan kolom semalam pada suhu


235 °C alirkan gas pembawa dengan laju aliran lambat

• Atur aliran gas pembawa dan suhu (lebih kurang 120 °C)
sehingga baku internal asetonitril tereluasi dalam waktu 5
menit sampai 10 menit
• D= Faktor pengenceran larutan uji I
• Ru= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril
dalam larutan uji II
• Rs= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril
dalam larutan baku II
5. Parameter Sisa Pestisida
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa
Prinsip ekstrak tidak mengandung
Menentukan sisa pestisida melebihi nilai yang
kandungan pestisida ditetapkan karena berbahaya
yang mungkin saja (toksik) bagi kesehatan (Depkes
pernah ditambahkan RI, 2000)
atau mengkontaminasi
pada bahan simplisia Metode
pembuatan ekstrak
(Depkes RI, 2000) KLT dan kromatografi gas cair
6. Parameter Cemaran Mikroba

Prinsip
Tujuan

Menentukan (identifikasi) adanya


Memberikan jaminan bahwa ekstrak
tidak mengandung mikroba patogen dan
mikroba yang patogen secara analisis
tidak mengandung mikroba non patogen
mikrobiologis ( Depkes RI, 2000)
melebihi batas yang ditetapkan karena
berpengaruh terhadap kestabilan ekstrak
Metode dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan
(Depkes RI, 2000)
ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN)
coliform.
Prosedur Kerja ALT

Siapkan 5 buah tabung atau lebih yang telah diisi pengenceran dengan 9 ml PDF

Hasil homogenisasi dipipet pengencaran 10-1 sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang berisi
pengenceran PDF pertama hingga pengencaran 10-2, dikocok hingga homogen.

Buat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan yang diperlukan.
Setiap pengencaran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan
dibuat duplo.

Tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA (45±1°C),


cawan petri digoyang dan diputar hingga suspensi tersebar
merata.

Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji


blangko (kontrol).
Satu cawan hanya diisi 1 ml pengenceran dan media agar, dan
cawan yang lain diisi pengencer dan media.

Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-


37°C selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.

Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.


Prosedur Kerja
Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coliform

Siapkan 5 tabung reaksi berisi 9 ml PDF

Hasil homogenisasi pada penyiapan dipipet 1 ml pengenceran 10ˉ1 ke dalam tabung PDF
pertama diperoleh suspensi dengan pengenceran 10ˉ2, dikocok sampai homogen.

Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10ˉ6 .


Uji Prakiraan
Siapkan 3 tabung berisi 9 ml MCB yang
durham.

Tiap tabung dimasukkan 1 ml suspensi pengenceran,


kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam.

Setelah 24 jam dicatat dan diamati adanya gas yang terbentuk


di dalam tiap tabung, kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48
jam dan dicatat tabung-tabung yang menunjukkangas positif.
Uji Konfirmasi
Tabung yang menunjukkan uji prakiraan positif dipindahkan 1 sengkelit
ke dalam tabung berisi 10 ml BGLB yang telah dilengkapi tabung durham.

Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam, dilakukan
pengamatan terhadap pembentukan gas.

Jumlah tabung yang positif gas dicatat dan hasil pengamatan tersebut
dirujuk ke tabel Nilai Duga Terdekat (NDT)/Minimal Presumtif Number
(MPN), angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah bakteri
coliform dalam tiap gram.
7. PARAMETER CEMARAN KAPANG, KHAMIR DAN AFLATOKSIN

Tujuan
Prinsip Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
Menentukan adanya jamur secara mengandung cemaran jamur melebihi batas
mikrobiologis dan adanya aflatoksin yang ditetapkan karena berpengaruh pada
dengan KLT (Depkes RI, 2000) stabilitas ekstrak dan aflatoksin yang
berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Prosedur Kerja

Uji Angka Kapang dan Khamir

Siapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml ASA

Dipipet 1 ml pengenceran 10-1 ke dalam tabung ASA pertama


hingga diperoleh pengenceran 10 ², dan dikocok sampai homogen. Dibuat pengenceran
selanjutnya hingga 10-4

Dari masing-masing pengenceran dipipet 0.5 ml, dituangkan


pada permukaan PDA, segera digoyang sambil diputar agar
suspensi tersebar merata dan dibuat duplo
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengenceran, dilakukan uji
blangko, ke dalam satu cawan petri dituangkan media dan
dibiarkan memadat.

Ke dalam cawan petri lainnya dituangkan media dan


pengencer,kemudian dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri
diinkubasi pada suhu 20-25ºC selama 5-7 hari.

Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh,


pengamatan terakhir pada inkubasi 7 hari.
Prosedur Kerja
Uji Cemaran Aflatoksin

Kultur Aspergillus flavus hasil isolat dan identifikasi dari ekstrak


diinokulasikan pada permukaan media YES.

Tabung diinokulasikan pada suhu 25ºC selama satu minggu


dalam posisi miring untuk mendapatkan permukaan yang luas.
Biakan diautoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit, biakan
dibiarkan sampai dingin.

Ambil media biakan menggunakan pipet pasteur dan dimasukkan


ke dalam tabung reaksi kecil atau vial.
Kromatografi Lapis Tipis
Lempeng : Silika gel (Lempeng pralapis)
Kiesel gel 60, Merck
• Baku Aflatoksin :
Merupakan campuran siap pakai terdiri dari 0,5 ug, Aflatoksin B1 ; 1,5
ug, Aflatoksin B2 ; 5,0 ug, Aflatoksin G1 ; 1,5 ug, Aflatoksin G2 dalam
larutan campuran benzene : acetonitril (98:2) (Sigma Chemical
Company)

•Eluen :


– Campuran kloroform : aseton : n-heksan (85:15:20)

Jarak rambat : 10 cm
Penampak bercak
– Bercak berwarna biru atau hijau kebiruan setelah lempeng diletakkan
dibawah cahaya ultraviolet (366 nm), menandakan aflatoksin positif.
Temu Hitam

MMI Jilid II (1978)


CURCUMA AERUGINOSA
Roxb.
Zingiberaceae
• Kadar abu. Tidak lebih dari 6,1%
• Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari
2,4%
• Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 19,6%
• Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 2,4%
• Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%
• Penetapan kadar. Lakukan penetapan kadar menurut cara yang
tertera pada Penetapan kadar minyak atsiri

MMI Jilid II (1978)


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai