Sistem Kelas Sosial Dalam Produksi Kultur Di Indonesia
Sistem Kelas Sosial Dalam Produksi Kultur Di Indonesia
Disusun oleh :
Nama : Mutiara Hikmah
Dari : HMI
Cabang Barabai
Email : Mutiara.hikmah9708@g
mail.com No Hp : 087736468977
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya yang
diberikan kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang
“sistem kelas sosial dalam produksi kultur di Indonesia” dengan tema pengaruh produksi kultural
dalam perubahan sosial. Sebagai syarat mengikuti intermediate training
Shalawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah serta memberkati kita dengan cahaya islam
seperti sekarang.
Semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat memberikan manfaat, serta pengetahuan kepada
pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis meminta masukan serta saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini kedepannya.
Penulis
MUTIARA HIKMAH
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya dan sosial, juga
memiliki sistem kelas sosial yang kompleks. Sistem kelas sosial merupakan struktur
hierarki yang membagi masyarakat kedalam kelompok-kelompok berdasarkan status sosial,
ekonomi, dan akses terhadap sumber daya. Sistem kelas sosial mempengaruhi dalam berbagai
aspek kehidupan termasuk dalam produksi kultural. Dalam konteks produksi kultural di
Indonesia, sistem kelas sosial berperan penting dan sangat menentukan kontrol dan distribusi
kekayaan budaya. Sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya dan sosial Indonesia
memiliki tantangan dalam menghadapi kesenjangan sosial dan ekonomi.
Kesenjangan sosial masih menjadi tantangan yang signifikan. Kelas sosial yang
lebih tinggi lebih memiliki akses yang luas terhadap Pendidikan dan kesempatan ekonomi
yang memungkinkan mereka terlibat akses dalam produksi kultural yang lebih mudah.
Mereka juga memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya finansial dan infrastruktur
modern yang diperlukan dalam produksi kultur saat ini.
Begitupun sebaliknya kelompok sosial yang lebih rendah sering mrngalami keterbatasan
dalam akses dan partisipasi dalam produksi kultur di Indonesia. Faktor-faktor seperti
keterbatasan Pendidikan,finansial dan jaringan sosial menjadi hambatan untuk mereka
mengembangkan diri. Akibatnya, terjadilah kesenjangan dalam representasi dan keragaman
perspektif dalam produksi kultur di Indonesia.
Peran kepemilikan media dan industry budaya juga memiliki pengaruh yang
signifikan dalam produksi kultur di Indonesia. Pemilik media cenderung berasal dari kelas sosial
yang lebih tinggi tentunya mempengaruhi jenis konten yang di produksi dan narasi yang
disampaikan kepada masyarakat. Hal ini akhirnya berpengaruh pada representasi, isu-isu yang
diangkat, dan pandangan yang dihdirkan dalam produksi kultural.
Sebagaimana konteks ini penting untuk memahami dan menganalisis bagaimana sistem
kelas sosial mempengaruhi produksi kultural. Hal ini membantu kita memahami dan
mengidentifikasi kesenjangan sosial serta mencapai kesetaraan, keragaman, dan mengatasi
hambatan yang dihadapi oleh kelompok sosial yang lebih rendah. Dengan demikian, makalah ini
bertujuan untuk menganalisis peran sistem kelas sosial dalam produksi kultural di Indonesia dan
menjelaskan dampaknya terhadap akses dan partisipasi dalam produksi kultural.
Demokrasi dalam konteks sistem kelas sosial dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
distribusi kekuasaan, akses, dan kesetaraan dalam masyarakat. Demokrasi dalam kelas
sosial mencerminkan hubungan yang kompleks dalam aspek struktur sosial, kekuasaan
politik, dan kesenjangan ekonomi, karena demokrasi memberikan akses untuk terjadinya
proses transfer keukuasaan dalam berkala setiap waktunya, sebuah dampak yang terjadi dalam
sistem demokrasi tersebut adalah progresifnya sistem kelas yang dalam struktral hierarki di
masyarakat, sistem kelas yang terbesit dalam demokrasi menjadi sebuah sarana friksi
dalam masyarakat, sederhananya dalam sistem kelas akan dibagi menjadi dua bagian
yaitu kelas atas dan kelas bawah, dua sistem kelas ini selalu terjadi pergesekan dalam
setiap sistematika hubungannya, permasalahan ini adalah sebuah masalah yang kompleks
dalam setiap pembahasan dalam sistem kleas dan demokrasi.
B. Rumusan Masalah
2.Apa dampak sistem kelas sosial terhadap kesenjagan akses dalam produksi kultural di
Indoneisa?
1
Tjokroaminoto Hos, Islam dan Sosialisme : Sega Arsy : 2010, h.113
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui sistem kelas sosial terhadap kesetaraan produksi kultur di Indonesia.
2.Untuk mengetahui dampak sistem kelas sosial terhadap kesenjangan akses dalam
produksi kultural di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Kelas sosial merupakan sistem pembedaan dalam individu ataupun kelomok dalam
masyarakat. yang menempatkan pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara hierarki
dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu pada lapisan-
lapisan lainnya.2 Hal ini menandakan adanya kedudukan seseorang atau sekelomok orang dalam
hierarki sosial yang akhirnya membentuk sistem kelas sosial di masyarakat. Dasar dan inti
kelas sosial masyarat adalah adanya ketidak seimbangan pembagian hak dan kewajiban,
serta tanggung jawab masing-masing individua atau kelompok dalam suatu sistem sosial.3
kelas sosial juga melibatkan pembagian kekuasaan yang merujuk pada kemampuan
seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi keputusan, mengendalikan sumber daya,
atau mempengaruhi perilaku orang lain. Kelas sosial juga merupakan pembagian
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.yang terbagi dalam kelas atas hingga kelas
bawah.
2
Indianto Muin, Sosiologi, (Jakarta : Erlangga, 2004), hal 48
3
Pitrin A Sorokin, social stratification, (New York : Harper .1998), hal. 36
Kelas sosial merupakan suatu relitas sosial yang penting bukan hanya soal konsep
teoritis, tapi juga mengelompokkan mereka dalam berbagai aspek kehidupan, yang
pertama, kekayaan dan penghasilan. Ini merupakan determinan kelas sosial yang penting
disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran mengenai latar belakang dan gaya
hidup seseorang. Yang kedua, pekerjaan. Pekerjaan adalah salah satu indikator dalam
melihat cara hidup seseorang. Pekerjaan dengan keterampilan khusus, Pendidikan tinggi,
atau penghasilan yang lebih tinggi cenderung dimilki oleh kelas sosial yang lebih tinggi.
Sebaliknya, pada kelas sosial yang rendah cenderung memiliki keterampilan yang rendah dan
penghasilan yang rendah. Yang ketiga, Pendidikan. Jenis dan tinggi rendahnya Pendidikan
mempengaruhi jenjang kelas sosial selain itu Pendidikan tinggi juga membutuhkan biaya
yang besar dan kemungkinan hanya mampu dijangkau oleh kaum atas. Ukuran-ukuran
tersebut di atas, tidaklah bersifat limitatif, oleh karena masih ada ukuran-ukuran lainnya yang
dapat dipergunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran itu adalah aspek yang menonjol sebagai dasar
timbulnya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
Berbicara mengenai kelas-kelas yang ada sistem kelas dibagi menjadi tiga bagian
yaitu kaum atas, kaum elit ataupun kaum burjuise, kemudian kaum menengah dan kaum
bawah. Aristoteles membagi masyarakat menjadi tiga golongan yaitu, golongan sangat kaya,
golongan kaya dan golongan miskin. Golongan sangat merupakan kelompok terkecil yang
terdiri dari tuan tanah dan para bangsawan. Golongan kaya adalah golongan yang banyak
didapati di masyarakat mereka terdiri dari kaum pedagang, pengusaha, dan saudagar.
Sedangkan golongan miskin merupakan golongan terbanyak dalam lapisan masyarakat yang
merupakan rakyat biasa.
Melihat dari sudut pandang sosiologi ukuran kelas sosial lebih menonjol pada
aspek kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok dalam masyarakat.
hal ini akhirnya membuat masyarakat menjadi terpecah dalam dua kelompok yaitu kelompok
bourjuis dan kelompok ploletar. Kelompok bourjuis sebagai kelompok yang terkecil namun
memiliki superior dan kekuasaan yang tinggi dan memiliki hak istimewa terhadap kelompok
ploletar yang sebenarnya kuantitasnya lebih besar. Kelompok burjuise memonopoli ekonomi
dan menguasai alat-alat produksi sedangkan kelompok proletar menjadi sasaran dan sumber
pekerjaan bagi kaum bourjuise.
Karl Marx juga melakukan stratifikasi sosial terhadap masyarakat melaui dimensi
ekonomi. Karl MarX membagi kelas sosial menjadi tiga bagian yaitu golongan kapitalis
atau
bourjuis, golongan menengah dan golongan proletar. Namun menurut Karl Mark golongan
menengah lebih cenderung pada golongan kapitalis karena dalam kenyataannya golongan
ini adalah pendukung setia kaum kapitalis oleh karena itu akhirnya hanya terdapat dua
golongan masyarakat yakni golongan kapitalis dan golongan proletear. golongan kapitalis
adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi. Seperti yang kita ketahui dalam
tulisan-tulisannya pembagian kerja menjadi sumber ketidakadilan sosial yang timbul saat
memudarnya masyarakat komunal primitif. Sedangkan golongan proleter adalah mereka
yang tidak memiliki tanah dan alat produksi yaitu kaum buruh, petani atau pekerja pabrik.
Golongan burjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis di era modern,
mereka terbagi dalam berbagai sektor dalam bidangnya masing-maisng. Kaum bourjuis
terdiri dari, burjuis nasional, burjuis komparador, burjuis birokrat, dan burjuise kecil. Burjuis
nasional adalah mereka yang hidup pokoknya bersandar dan bergantung pada modal
sendiri, mereka adalah burjuis perbankan, industri dan dagang yang menjalankan modalnya
hanya dalam negri. Burjuis komparador adalah burjuis yang yang berkompromi dan bekerja
sama dengan imperalis dalam bentuk hubungan modal dan politik untuk melakukan penindasan
kepada rakyat. Burjuis birokrat adalah pejabat pemerintahan yaitu burjuis yang menggunakan
jabatan dan kekuasaan untuk membentuk dan melindungi kapitalnya. Sedankan burjuis
kecil adalah mereka pemilik keci perkakas atau alat produksi dan memiliki modal kecil
sebagai sumber hidupnya.4
kelas atas diisi oleh para kapitalis dan kaum burjuis sedagkan kelas bawah adalah
golongan proletar yang diisi buruh, buruh tani, maupun para pekerja babrik. Mereka
adalah orang yang bekerja pada orang lain dalam menjual tenaga kerjanya dalam menerima
bentuk upah dan tidak mempunyai apa -apa kecuali tenaga kerjanya. Hasil kerja yang mereka
lakukan tidak semua dapat dimiliki melainkan dirampas oleh kaum kapialis. Dimana kita
ketahui kaum kapitalis yang mempekerjakan dan menyediakan alat produksi hingga mereka
dapat memonopoli upah dari golongan proletar. Begitupun pada buruh tani yang tak bertanah
mereka hanya telibat dalam proses produksi. Mereka mendapatkan tanah Garapan dari tuan
tanah yang kemudian dikerjakan dengan upah yang kecil dan tidak mencukupi kebutuhan hidup
mereka.
4
Darsono Prawironegoro, Karl Marx : Ekonomi Politik dan Aksi-Revolusi,( Jakarta : Nusantara
Counsulting.2012), hal 232-233
Menurut Karl Marx, pelaku-pelaku uatama perubahan sosial bukanlah indiviu-
individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial. Karena itu, kita hanya dapat memahami
sejarah dengan segala perkembangan yang terjadi apabila kita memperhatikan kelas-
kelas sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Perhatian yang paling penting bukanlah
seberapa banyak kelas yang ditemukan, melainkan bagaimana struktur kekuasaan diantara
mereka, maka akan terlihat bagimana kelas-kelas yang berkuasa dan yang dikuasai.5 Teori
kelas Karl Marx berdasarkan pada pemikiran bahwa segala bentuk masyarakat dari dulu
hingga sekarang adalah pertikaian antara golongan. Masyarakat mempunyai perbedaan-
perbedaan fundamental antara golongan yang bertikai di dalam mengerjakan kepentingan-
kepentingannya masing-masing. Kelas bagi marx selalu didefinisikan berdasarkan potensinya
terhadap konflik.
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal budi pekerti agar dapat memenuhi
kebutuhannya. Kemampuan akal-budi pekerti ini merupakan potensi yang dimiliki manusia
untuk kepentingannya memenuhi kebutuhan hidup, memepertahankan dan meningkatkan drajat
hidupnya, mengembangkan sisi kemanusiaannya dengan cara menciptakan kebudayaan.
Kebudayaan yang dihasilkan melalui akal budi manusia seiring menjadi penetus terjadinya
perubahan sosial artinya perubahan sosial tidak terlepas dari pembahasan kebudayaan.
Kingsley David berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan. perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi masyarakat. menurutnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyaakat
kapitalis telah menyebabkan perubahan dalam hubungan-hubungan antar buruh dengan
majikan, dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan
politik.7
Dalam menjelaskan fenomena perubahan sosial terdapat beberapa teori yang dapat
menjadi landasan bagi kita dalam memahami perubahan sosial yang berkembang di masyarakat
terutama di masyrakat Indonesia. diantaranya adalah :
7
Soerjono soekanto, Budi sulistyowati, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta : Rajawali Pers )
teori perubahan sosial ini dipengaruhi oleh pandangan beberapa ahli seperti Karl
Marx dan Ralf Dahrendorf yang dalam teori perubahannya memandang konflik sebagai
sumber terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. seperti yang telah didapaparkan
diatas teori ini berisi mengenai konflik antara dua kelompok yaitu kelompok burjuis dan
proletar. Kedua kelompok ini dianggap sebagai majikan dan pembantunya. Konflik bagi Marx
merupakan titik paling sentral dalam suatu masyarakat. sentral yang dimaksud ialah antara kaum
kapitalis dengan proletar. Berbagai macam konflik diasumsikan untuk peningkatan adanya
kekacauan. Kaum kapitalis dan kaum proletar tidak pernah berdamai dan selalu berada dalam
konflik yang tidak berujung, dengan demikian masyarakat menjadi pecah hanya karena
berbeda status ekonomi saja.8
Pertentangan antara kelas buruh dan kelas majikan tidak ada sangkut pautnya
dengan sikap hati atau moralitas masing-masing pihak. Pertentangan antara mereka bukan
karena pengaruh iri atau para majikan egois, melainkan karena kepentingan dua kelas itu
berlawanan satu sama lain dalam proses prosuksi. Pada kelas majikan, hal itu berarti
bahwa mereka berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan dan laba sebanyak
mungkin. Begitu pula sebaliknya, dengan sendirinya, kelas buruh berkepentingan untuk
mendapat upah sebnayak- banyaknya dan mengurangi jam kerja.9 Jadi dapat dilihat secara
objektif kedua kelompok itu mempunyai kepentingan sangat bertentangan. Dengan
demikian kelompok yang menang atau berhasil dalam konflik menurut teori ini adalah
kelompok yang mendapat otoritas atau kewenangan untuk menguasai atau menekan
orang lain sehingga stabilitas masyarakat dapat berjalan.
Menurut pengikut teori ini yang konstan (tetap terjadi) dalam kehidupan
masyarakat adalah konflik sosial, bukannya perubahan. Perubahan hanyalah merupakan akibat
dari adanya konflik dalam masyarakat, yakni terjadinya pertentangan antara kelas
kelompok penguasa penguasa dan tertindas.oleh karena konflik sosial berlangsung secara
terus menerus, maka perubahanpun juga dmikian adanya.
8
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam sosiologi, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada : 2004),
hlm. 200
9
Ibid., hal. 121-122
penganut teori ini memandang setiapelemen masyarakat memberikan fungsi
terhadap elemen masyarakat lainnya. Perubahan yang muncul di suatu bagian
masyarakat akan menimbulkan perubahan pada bagian yang lain pula. Perubahan di
anggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. proses pengacauan itu berhenti pada saat
perubahan tersebut telan di integrasikan ke dalam kebudayaan atau cara hidup masyarakat. oleh
sebab itu menurut teori ini unsur kebudayaan baru yang memiliki fungsi bagi masyarakat
akan diterima, sebaliknya disfunsional akan ditolak.
dalam teori evolusi peubahan sosial ini dijelaskan bahwa evolusi mempengaruhi
cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan sistem kerja.
Berdasarkan pandangan tersebut, tonnies berpendapat bahwa msyarakat berubah dari
tingkat peradaban sederhana ketingkat yang lebih kompleks. Dalam teori perubahan sosial
evolusi dapat dilihat terjadinya transfornasi dari masyarakat. mulai dari masyarakat
tradisional yang memiliki pola komunal yaitu pembagian dalam masyarakat yang di
dasarkan atas siapa yang lebih tua atau senioritas, bukan pada prestasi personal individu
dalam masyarakat.
Perubahan sosial memiliki skop dan ruang lingkup yang luas, dari sudut pandang
kebudayaan perubahan sosial meliputi kebudayaan materil dan non materil yang
mencakupi pergeseran nilai-nilai dan ideologi karna perubahan teknologi yang sangat
dinamis mengikuti perkembangan zaman. Sedangkan dari sudut kemsyarakatan perubahan
sosial dilihat dari berbagai masalah pendapatan, struktur sosial, kekuatan dan kelemahan, dan
kekuasaan. Melihat luasnya aspek dari perubahan sosial maka kedua sudut pandang tersebut
yang akan mendasari dari pembahasan produksi kultur atau budaya yang terjadi karena
perubahan sosial.
Kemajuan kebudayaan manusia sudah menjadi perhatian dari abad ke-20. Unsur-
unsur kebudayaan dapat ditemukan tersebar luas di berbagai daerah. hingga kemudian
perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa perubahan kebudayaan berlangsung secara
terus-menerus dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern atau masyarakat masa kini.
Oleh karena perubahan kebudayaan yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat Panjang
dan terus berkelanjutan, maka harus di upayakan agar perubahan kebudayaan dapat
mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat yang lebih baik. Hal ini dapat
terjadi apabila perubahan kebudayaan tersebut berlangsung secara perlahan dan terarah.11
Perubahan budaya kebanyakan dipengaruhi oleh budaya asing atau terjadi proses sosial
dimana kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
yang lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan kedalam kebudayaan itu sendiri
tanpa kehilangan kepribadian dari kebudayaannya sendiri atau bisa disebut akulturasi. Proses
akultutasi biasanya dimulai dari para golongan atas dalam masyarakat yang tinggal di
perkotaan. Seperti kenyataannya, pada masyarakat kota kebudayaan tradisional akan cepat
hilang saat mereka sangat beradaptasi dengan lingkungan perkotaan yang sangat
bergantung pada tekhnologi. Mereka cenderung kehilangan rasa kesatuan dan kekeluargaan
berganti dengan tumbuhnya nilai- nilai budaya inividualitas.
Perubahan sosial dalam teori fungsionalis juga mepengaruhi perubahan nilai dalam
budaya yang berkembang di masyarakat. setiap perubahan yang bermanfaat akan dipandang dan
diterima sebaliknya dengan perubahan yang dianggap sudah tidak berguna akan
ditinggalkan masyarakat. dulu saat masyarakat Indonesia masih mengandalkan mata
pencaharian pada bidang agraris atau pertanian, anak dibtuhkan untuk membantu pekerjaan
orang tua hingga berkembang nilai dimana “Banyak anak – banyak rezeki” hingga banyak
dari masyarakat yang menolak program keluarga berencana karena dirasa tidak bermanfaat
bagi mereka. Hal ini menjadi berubah saat mereka mulai meninggalkan sektor agrarian
dan beralih pada sektor industri akhirnya program keluarga berencana bisa diterima
setelah terjadi perubahan dan pergeseran nilai anak, yaitu “sedikit anak – hidup
berkualitas” program itu baru dapat diterima setelah mereka merasa nilai yang baru lebih
bermanfaat daripada nilai yang mereka anut sebelumnya.
B. dampak sistem kelas sosial terhadap kesenjangan akses dalam produksi kultural
di Indonesia.
Kesenjangan atau ketimpangan sosial adalah ketimpangan akses untuk memperoleh atau
menggunakan sumber daya yang tersedia. Sumber daya yang dapat berupa kebutuhan
primer, seperti Pendidikan, kesehatan, perumahan, usaha dan kesempatan kerja dapat berupa
kebutuhan sekunder, seperti sarana pengembangan usaha, sarana memperjuangkan hak asasi
manusia, dan lainnya. Kesenjangan sosial merupakan ketimpangan sosial yang ada di
masyarakat , sehingga menimbulkan perbedaan yang sangat mengejutkan, atau bisa juga
diartikan sebagai kedaan dimana si kaya memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih
berkuasa dari si miskin. Ketimpangan sosial merupakan fenomena yang terjadi pada
msyarakat Indonesia dan pada
masyarakat seluruh dunia yang disebabkan karena perbedaan kualitas hidup yang
sangat mencolok.12
Setiap kesenjangan yang terjadi karena kelas sosial adalah karena perbedaan yang sangat
signifikan terutama dalam mendapatkan hak-hak sebagai masyarakat. kelas atas atau si
kaya memiliki kuasa yang tinggi berkat status sosialnya hingga mereka dapat
mempengaruhi kelompok atau kelas lain untuk mencapai keinginanya yang terkadang
merebut hak-hak dari kaum kelas bawah atau si miskin. Kaum kelas bawah atau si
miskin yang seharusnya mendapatkan hak yang sama sebagai bagian dari masyarkat
merasa tertindas karena pengaruh kekuasaan kaum kelas atas yang seringkali memonopoli
ekonomi dan politik. para kaum kelas atas dalam kenyataannya sering mendapatkan hak-
hak istimewa serta penghormatan yang berbeda dari masyarakat. hal ini menjadi
permasalahan yang akhinrya mengakibatkan masyarakat kelas atas yang mendapatkan
kekebalan hukum dan perlakuan istimewa. Dapat kita lihat dalam kenyataannya kekayaan dan
kekuasaan menjadi faktor yang dapat membedakan perlakuan di antara masyaraka. kaum
atas mendapat penghormatan dan pelayanan publik yang istimewa.
Indonesia merupakan negara demokrasi yang seharusnya demokrasi dapat menjawab dari
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kelas-kelas sosial di Indonesia. Demokrasi secara
teoritis mengemukakan mengenai kesetaraan dan patisipasi yang merata. Namun
dalam kenyataannya di Indonesia sistem kelas sosial masih menjadi polemik yang serius
melihat dari kesenjangan yang masih mencolok dan pembuatan kebijakan dari pemerintah
yang masih bercondong pada kelas-kelas tertentu. Hal ini mencerminkan demokrasi di
Indonesia sering mengalami kegagalan, demokrasi hanya dapat berhasil terjadi bila terdapat
prakondisi-prakondisi politik, sosial, kultural, dan ekonomi tertentu, terutama menyangkut
“stabilitas”. Penciptaan mekanisme-mekanisme demokratis tidak merupakan obat bagi
pemecahan segala macam masalah politik,sosial dan ekonomi.13
Dapat kita ketahui bahwa demokrasi bersebrangan dengan sistem kelas-kelas sosial yang
menciptakan berbagai kesenjangan di masyarakat. nilai-nilai demokrasi menjadi tergeser karena
adanya kelas-kelas yang ingin menguasai atau mempunyai otoritas atas kelas yang lain.
Dapat
12
Andini septiani, “Mengatasi dan Menyikapi Kesenjangan Sosial Dengan Menggunakan Penerapan
Ekonomi Syariah, Jurnal Bina Bansa Ekonomika, vol,39 No,04 (2002). Hal.144
13
Nurcholis Majid dkk, Agama dan Dialog antar Peradaban, (Jakarta: Dian Rakyat, 2011) hal. 108
kita lihat di Indonesia banyaknya demostrasi kaum buruh atas kebijakan yang berpihak
pada kaum atas yang ingin mengeruk keuntungan lebih dengan menggunakan otoritasnya
sebagai bagian struktur tertinggi dari hierarki sosial yang dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintah dan memudahkan mereka dalam mendapatkan tujuan mereka. Kesenjangan ini
akan terus menjadi konflik yang akan membuat perpecahan dalam masyarakat.
Sistem kelas sosial sangat berkaitan erat dengan segala kesenjangan yang ada, baik
kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya. Sistem kelas sosial yang cenderung tidak adil
membuat kelompok yang berada di kelas yang lebih rendah kesulitan mendapatkan Pendidikan
dan pekerjaan yang layak. Seseorang dari kelas sosial yang rendah seringkali mengalami
hambatan dalam mendapatkan kesempatan kerja dan pendidikan karena akses
terhadap kesempatan itu sulit dijangkau oleh kelas bawah yang tidak mampu bersaing dengan
kaum kelas atas yang memiliki keistimewaan dan lebih diutamakan. Sistem kelas
sosial juga dapat memperkuat diskriminasi dan marginalisasi terhadap kelas-kelas tertentu
hingga kelompok yang terpinggirkan sering menghadapi stereotype negatif dan perlakuan yang
tidak adil dan kesulitan mengakses keadilan dan keputusan politik. Ketidak adilan dan
ketimpangan yang dihasilkan oleh kelas sosial menciptakan ketegangan sosial dalam
masyarakat. kesenjangan yang ekstrim ini dapat memicu ketidakpuasan, ketifdak stabilan dan
konflik sosial antar kelas dalam masyrakat.
Kesenjangan sosial yang akhirnya melahirkan ketidakadilan dalam setiap aspek membuat
setiap kelas-kelas sosial sangat rentan bergesekan dan menimbulkan berbagai konflik.
Konflik inilah yang kemudian membuat berbagai macam perubahan baik sosial maupun
kultural atau nilai-nilai dalam masyarakat. konflik disini merupakan interaksi saling ingin
menghancurkan dan menyingkirkan dari berbagai alasan mulai dari benci ataupun iri.
Pernyataan ini terbentuk dari peristiwa kelas sosial dimana orang kaya ataupun kelas atas
dengan segala kelimpahannya menekan orang-orang miskin.
Konflik semacam ini sangat serinng terjadi di indoensia, akibat dari jarak
kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi. Hal ini berdampak pada perpecahan atau
disintegrasi yang akhirnya menghilangkan nilai-nilai persatuan di Indonesia. Sebagaimana
yang kita ketahui semboyan negara kita “bhineka tunggal ika” yaitu berbeda namun tetap satu
jua, namun karena kesenjangan ini menciptakan perubahan nilai dimana masyarakat terpisah
berdasarkan status
sosial dan golongannya bahkan bermusuhan atau ingin menghancurkan dan memanfaatkan satu
sama lain.
Pergesekan dalam sistem kelas soial memang lebih menimbulkan dampak yang negatif,
karena dampak negatif lebih dirasakan secara langsung apalagi oleh kaum kelas bawah
yang hingga kini selalu menjadi golongan yang sangat dirugikan dari setiap konflik tersebut.
Dalam perlawanan mereka biasanya selalu menjadi pihak yang kalah dan dikuasai
meskipun secara kuantitas kaum kelas bawah memiliki keanggotaan yang banyak. Sehingga
kemudian kaum kelas bawah sebagai golongan yang dikuasai harus menerima keinginan dan
memenuhi kepentingan kaum kelas atas dan beradaptasi atas perubahan-perubahan nilai yang
dibawa oleh kaum kelas atas sebagai pemenang dan menjadi perubahn sosial.
Meskipun dampak negatif kelas sosial lebih dominan dirasakan, namun konflik ini juga
dapat kita lihat dari sudut pandang yang lebih positif. Konflik kelas sosial dapat membangkitkan
kesadaran tentang ketimpangan sosial yang ada dalam masyarakat. hal ini
mendorong masyarakat mengkritisi sistem yang tidak adil agar terjadi perubahan lebih merata.
Konflik kelas sosial dapat menjadi pemicu perubahan sosial dan mobilitas sosial, ketika
kesenjangan antara kelas-kelas sosial semakin membesar, hal ini mendorong kaum kelas
bawah yang terpinggirkan untuk berjuang mencapai perubahan dan meningkatkan posisi
kelas sosial mereka. Selain itu, konflik kelas sosial dapat memaksa pemangku kebijakan
dan institusi sosial untuk merespons tuntutan masyarakat yang semakin terdesak untuk
mendapatkan kebijakan yang lebih adil. Tekana dari konflik tersebut dapat mendorong
pengambilan kebijakan yang lebih progresif untuk mengurangi kesenjangan, kesejahteraan, dan
pemerataan dalam pemenuhan hak dan kewajiban.
Setelah semua yang telah dibahas dapat kita simpulkan bahwa sistem kelas-kelas sosial
memberikan pengaruh dalam perubaan sosial dan kebudayaan. Kelas atas dengan pola
hidup yang berbeda dengan kelas bawah juga menciptakan budaya dan nilai-nilai yang berbeda.
Kaum kelas bawah yang hanya menghabiskan hidup untuk memperoleh penghidupan yang
layak cenderung mengalami perubahan budaya yang lebih lambat. Perkembangan ilmu
pengetahuan mereka yang terhambat membuat mereka sulit beralih dari tradisi dan adat
dan kebiasaan sehingga tidak banyak mengalami perubahan kultur yang semakin beragam.
Sedangkan Kaum kelas atas yang hidup dalam kemewahan dan kekuasaan akan berpikir
untuk merubah segala kedaan menjadi menguntungkan bagi mereka. Dengan akses
Pendidikan dan informasi yang
lebih mudah mereka jangkau, kaum kelas atas lebih memiliki kontak dengan masyarakat luar dan
lebih mudah menerima hal-hal baru, oleh karena itu kaum kelas atas lebih cepat dalam
mengalami perubahan sosial dan budaya.
BAB III
PENUTUP