Anda di halaman 1dari 15

KONSELING PEMBERIAN ARV

DI KOMUNITAS KELUARGA 2 0
2 3
PENDERITA HIV
D i s u s u n g u n a me m e n u h i t u g a s
m a t a kuliah K e pe ra wa t a n HIV/AIDS
Dosen Pengampu : Ns. Yulia Susanti, S.Kep,
M.Kep, Disusun oleh
Falis Hakim SK622002
Yudha Setiawan
Rohmatul SK622004
Ummaiyah Erwan
Hardiono SK622006

SK622008

MAHASISWA LINTAS JALUR SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN KENDAL 2022/2023
: SATUAN ACARA PENYULUHAN

PokokBahasan : Pengobatan ARV


Sub Pokok Bahasan
: Pedoman Pengobatan ARV Pada Penderita HIV/AIDS
1.Klasifikasi Stadium
HIV
2.Persiapan Dalam Pengobatan
ARV
3.Indikasi Pengobatan ARV
Sasaran : Penderita HIV/AIDS positifdan keluarga

Waktu : 30 Menit

Hari/Tanggal : Rabu, 311 2023


Pelaksana
Jam Pelaksanaan : 09.00-09.30 WIB

Penyaji : Mahasiswa S1 keperawatan LJ Stikes Kendal


Human immunodeficiency virus (HIV) adalah
retrovirus yang menginfeksi sel- sel sistem
kekebalan tubuh, menghancurkan atau
merusak fungsinya
Pengobatan Anti retroviral telah
Tahap yang lebih lanjut dari infeksi HIV adalah digunakan sejak tahun 1996 untuk
acquired immunodefiency syndrome (AIDS) mengobati orang dengan HIV dan AIDS
di seluruh dunia. Di Indonesia, sejak
tahun 1999 telah terjadi peningkatan
jumlah penderita HIV/AIDS pada
kelompok orang yang beresiko tinggi
dalam penularan HIV seperti para
Pekerja Seks dan pengguna NAPZA
suntikan.
Tahun 2012, terdapat 591.823 orang dengan HIV positif di
Indonesia dan tersebar di seluruh provinsi. Dari laporan
bulanan perawatan HIV dan AIDS di Indonesia sampai dengan
November 2014 tercatat 49.217 penderita HIV/AIDS yang
mendapatkan terapi ARV.

Oleh karena itu, peran perawat diperlukan dalam


memberikan penyuluhan kepada penderita HIV/AIDS dan
keluarganya agar dapat mengatasi permasalahan penyakit
HIV/AIDS. Salah satunya dengan pemberian materi tentang
pengobatan ARV yang harus diberikan pada penderita
HIV/AIDS positif.
Persiapan Pemberian ARV
ARV atau antiretroviral adalah obat anti HIV yang dapat menekan perkembangan HIV dalam
tubuh. Beberapa ARV yang biasa digunakan di Indonesia antara lain Durival dan Neviral.
Terapi ARV adalah pengobatan pada ODHA dengan memakai ARV, tidak semua ODHA
memerlukan ARV segera karena ODHA yang diberikan pengobatan ARV adalah ODHA
dengan stadium tertentu.
Pemakaian ARV harus sesuai petunjuk dokter. ARV berfungsi untuk menekan
perkembangbiakan HIV bukan membunuh HIV. Maka dari itu, terapi ARV harus dijalani
seumur hidup. Bila pemakaiannya dihentikan, HIV akan berkembang dan jumlahnya akan
meningkat dalam darah.
Penghentian konsumsi ARV pada ODHA beresiko terjadinya resistensi virus pada obat
tersebut. Pada terapi ARV pun perlu dilakukannya follow up pada saat pasien datang,
pemeriksaan fisik juga dilakukan tiap bulan dan pemeriksaan lab tiap 3 bulan.
TIMMERMA
N
INDUSTRI
M A NFA A T
TERAPI A R V
MANFAAT TERAPI ARV
ARV dapat menghambat perkembangan HIV sehingga jumlah HIV di dalam tubuh akan menurun
dengan cepat dan pada umumnya tidak terdeteksi lagi di dalam darah setelah pemakaian 6 bulan.
Namun, terapi ARV harus dijalani seumuer hidup, bila dihentikan maka perkembangbiakan HIV
akan makin meningkat. Jika jumlah virus menurun maka kekebalan tubuh (CD4) akan meningkat.
Terapi ARV dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA dan memperpanjang masa hidup ODHA.
Manfaat ARV antara lain :

Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan


tubuh Meningkatkan jumlah CD4 dalam tubuh
Membuat tubuh menjadi mampu melawan
infeksi Mengurangi terjadinya infeksi oportunistik
Menghentikan progesifitas atau perjalanan HIV
Menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) infeksi
HIV Mencegah atau mengurangi resiko penularan vertikal dari ibu ke bayi
Mencegah atau mengurangi resiko penularan horisontal (dari orang ke orang lainnya)
TERAPI A R V TIDAK
MENYEMBUHKAN HIV
Hal ini perlu diingat bagi seluruh pihak terutama
ODHA bahwa konsumsi ARV hanya berfungsi untuk
menekan perkembangan HIV dalam tubuh
pengidapnya dan pada beberapa kasus
pengobatan ARV dapat menyebabkan virus dalam
tubuh ODHA tidak terdeteksi lagi. Penghentian
pengobatan ARV tidak boleh dilakukan. Penghentian
pengobatan di tengah jalan dapat menyebabkan
virus semakin ganas dan berkembang lebih cepat
dan yang lebih berbahaya lagi, putus obat ARV
dapat menyebabkan virus kebal terhadap obat dan
ARV tidak akan bisa berfungsi lagi untuk menekan
perkembangan virus dalam tubuh. Itu sebabnya
terapi ARV ini harus dijalani seumur hidup dan
kepatuhan minum obat adalah mutlak.
Keberhasilan menjalani terapi ARV sangat
tergantung dari kepatuhan ODHA dalam
mengkonsumsi ARV serta dukungan dari lingkungan
sekitarnya
PRA TERAPI A R V
ODHA yang mengikuti terapi ARV harus diberikan konseling terlebih dahulu.
Konseling bertujuan untuk pemberian pemahaman mengenai ARV dan
proses terapinya mulai dari pengertian, manfaat, persyaratan, proses terapi
dan resikonya.
TES C D 4
Jumalh CD4 merupakan
salah satu petunjuk penting untuk menentukan kapan harus mulai
terapi ARV. Terapi ARV sebaiknya dimulai sebelum jumlah CD4
turun dibawah 200/mm3.
LANGKAH-LANGKAH S G O T/ S G P T
Merupakan tes fungsi hati. Tes ini sangat penting dilakukan oleh
TERAPI A R V seorang yang akan
mulai terapi karena ARV merupakan obat yang cukup keras dan kemungkinan
akan mengganggu fungsi hati.
DL
Bila Hb menunjukkan angka dibawah normal (dibawah
12g/dl) biasanya tidak akan diberikan ARV.

RONGENT
Merupakan tes menggunakan sinar X dalam terapi ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ad a kelainan pada paru-paru seseorang.
MULAI TERAPI A R V

keputusan untuk menjalani terapi ARV tetap berada di tangan ODHA. Apabila ODHA belum siap menjalani
terapi ARV, konselor atau dokter akan memberikan informasi lanjutan dalam rangka memotivasi ODHA.
ODHA kemudian menyatakan siap mengikuti pengobatan maka prosesnya dimulai lagi dari awal. ODHA
yang sudah siap menjalani terapi ARV
EFEK SAMPING
EEFFEEKK SSAAMMPPIINNGG RRIINNGGAANN YYAAIITTUU SSAAKKII TT KKEEPPAALLAA ,,DDIIAARREE ,, PPEERRUUTT KKEEMMBBUUNNGG ,,LLIIPPO
ODDIISSTTRROOPPI I((KKEEHHIILLAANNGGAAN NLLEEMMAAKK) )PPAADDAA KKAAKK II, ,LEENNGGAANN DDAANN WWAAJJAAHH,,

MMAASSAALLAAHH KKUULLIIT TSSEEPPEERRTTII RRUUAAMM,, KKEELLEELLAAHHAANN.. UUNNTTUUKK EEFFEEK KSSAAMMPPIINNGG


BBEERRAATTYYA AIITTUU TTEERRJJAADDIINNYYAA KKEERRUUSSAAKKAAN NHHAATTII, ,SSEERRAANNGGAAN NJJAANNTTUUNNG GDDAANN
OOTTAAKK, ,KKEERRUUSSAAKKAAN NGGIINNJJAALL, ,KKEERRUUSSAAKKAAN NSSAARRAAF FDDLLLL..
NNAAMMUUNN KKAADDAANNG GKKAALLAA PPEENNYYAAKKIIT THHIIV VSSEENNDDIIRRI IMMUUNNGGKKIINN LLEEBBIIH
HMMEEMMPPEENNGGAARRUUHHI IDDIIBBAANNDDIINNGGKKAANN EEFFEEKK SSAAMMPPIING GOOBBAAT TYYAANNGG TTEEPPAATT

Tips Untuk Odha Yang Menjalani Terapi ARV

a. Kepatuhan itu mutlak


Disiplin pribadi yang tinggi dalam mengkonsumsi ARV, pola hidup
sehat,
Dalam terapi ARV a da 5 jenis kepatuhan yaitu :
Pa tuh denga n jenis oba t ya ng tepa t ya ng suda h
ditentuka n pihak medis
Patuh akan cara minum obat yang tepat
Patuh dengan waktu minum obat yang tepat
Patuh dengan dosis yang tepat
Pa tuh denga n m a sa tera pi ya ng tepa t : tera pi ARV
seum ur hidup, tidak mengenal jeda.
Pemantauan Setelah Pemberian ARV
Pemantauan setelah pemberian ARV bertujuan untuk mengevaluasi respons pengobatan.
Evaluasi tidak hanya dilakukan untuk kondisi fisik, namun juga psikologis, untuk membantu ODHA
dan keluarganya selama menjalani pengobatan.

1.Jadwal pemantauan setelah pemberian ARV

Penilaian klinis dan tes laboratorium berperan penting untuk melihat kondisi ODHA sebelum
inisiasi ART dan berguna untuk memonitor respons pengobatan dan kemungkinan toksisitas obat
ARV. Pemantauan klinis dalam pengawasan dokter dilakukan rutin minimal sebulan sekali dalam 6
bulan pertama setelah inisiasi ART. Pemantauan oleh dokter selanjutnya dapat dilakukan minimal
3 bulan sekali atau lebih sering, sesuai dengan kondisi dan kepatuhan pengobatan.
2.Pemantauan terhadap efek sa m p i n g ARV dan
substitusi ARV Waktu

Toksisitas
Dalam beberapa minggu
pertama Mual, muntah dan
diare.
Ruam dan toksisitas hati
Dari 4 minggu dan sesudahnya
Anemia dan neutropenia dapat terjadi pada penggunaan AZT
Anemia ringan asimtomatik dapat terjadi
6-18 bula n
Disfungsi m itokondria , teruta m a terja di oleh oba t NRTI, term a suk a sidosis la kta t, toksisita s ha ti,
pa nkrea titis, neuropati perifer, lipoatrofi dan miopati
Lipodistrofi sering dika itka n denga n pengguna a n d4T da n da pa t m enyeba bka n kerusa ka n bentuk
tubuh permanen
Asidosis la kta t ja ra ng terja di da n da pa t terja di ka pa n sa ja , teruta m a dika itka n denga n pengguna a n
d4T. Asidosis laktat yang berat dapat mengancam jiwa
Kela ina n m eta bolik um um nya terja di oleh PI, term a suk hiperlipidem ia , a kum ula si lem a k, resista nsi
insulin, diabetes dan osteopenia
Setela h 1 ta hun
Disfungsi tubular renal dikaitkan dengan TDF
1.Pemantauan Sindroma Pulih Imun

Penting sekali melakukan pemantauan dalam 6 bulan pertama terapi ARV. Pemantauan awal dan
pemantauan selanjutnya harus selalu dilakukan untuk memastikan keberhasilan terapi ARV, memantau
efek samping obat dan perlu tidaknya substitusi.
Kepatuhan pengobatan didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku ODHA dalam menjalani pengobatan,
sesuai dengan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.
Untuk terapi ARV, kepatuhan yang tinggi sangat diperlukan untuk menurunkan replikasi virus dan
memperbaiki kondisi klinis dan imunologis; menurunkan risiko timbulnya resistansi ARV
dan menurunkan risiko transmisi HIV.

Berbagai faktor seperti akses pengobatan, obat ARV dan faktor individu mempengaruhi kepatuhan
terhadap ARV. Faktor individu dapat berupa lupa minum obat, bepergian jauh, perubahan rutinitas, depresi
atau penyakit lain, bosan minum obat, atau penggunaan alkohol dan zat adiktif.
Faktor obat ARV meliputi efek samping, banyaknya obat yang diminum dan restriksi diet. Pendekatan
khusus perlu diperhatikan pada populasi tertentu seperti wanita hamil dan menyusui, remaja, bayi dan
anak-anak, serta populasi kunci (LSL, PS, dan Penasun).
1.Diagnosis keg a ga l an terapi ARV

Kegagalan terapi dapat dilihat dari berbagai kriteria, yaitu kriteria virologis,
imunologis, dan klinis. Kriteria terbaik adalah kriteria virologis, namun bila tidak
dapat dilakukan pemeriksaan maka digunakan kriteria imunologis.
ODHA harus menggunakan ARV minimal 6 bulan sebelum dinyatakan gagal
terapi dalam keadaan kepatuhan yang baik. Kalau ODHA kepatuhan tidak baik
atau berhenti minum obat, penilaian kegagalan dilakukan setelah minum obat
kembali secara teratur minimal 3-6 bulan
Keg a g a la n
Definisi

Ga g a l
Klinis
Dewasa dan remaja: Munculnya infeksi oportunistik baru atau berulang (stadium klinis WHO 4)
Anak: Munculnya infeksi oportunistik baru atau berulang (stadium klinis WHO 3 atau 4, kecuali
TB)
Kondisi klinis harus dibedakan dengan IRIS yang muncul setelah memulai terapi ARV. Untuk dewasa, beberapa
stadium klinis WHO 3 (TB paru atau infeksi bakteri berat lainnya) atau munculnya EPP kembali dapat
mengindikasikan gagal terapi.

G a g a l im unolog is
Dewasa dan anak > 5 tahun CD4 turun ke nilai awal atau lebih rendah lagi Atau CD4 persisten dibawah 100 sel/mm3
setelah satu tahun pengobatan atau CD4 turun >50% dari jumlah CD4 tertinggi

Anak usia di bawah 5 tahun CD4 persisten di bawah 200 sel/mm3 atau < 10%
Tanpa adanya infeksi lain yang menyebabkan penurunan jumlah CD4 Kriteria klinis dan imunologis memiliki
sensitivitas rendah untuk mengidentifikasi gagal virologis, terlebih pada kasus yang memulai ARV dan mengalami
gagal terapi pada jumlah CD4 yang tinggi. Namun saat ini belum a d a alternatif yang valid untuk mendefinisikan
gagal imunologis selain kriteria ini.

G a g a l V irolog is
Pada ODHA dengan kepatuhan yang baik, viral load di atas 1000 kopi/mL berdasarkan 2x pemeriksaan HIV RNA
dengan jarak 3-6 bulan
Batasan untuk mendefinisikan kegagalan virologis dan penggantian paduan ARV belum dapat ditentukan
Obat Yang Sebaiknya Tidak Digunakan
Dengan ARV
-Obat Jantung
-Penurunan Kolestrol
-Antimikroba/ obat infeksi
-Obat saluran cerna
-Neuroleptik
-Psikotropik
-Obat untuk migraine
-ARV lainnya
Obat-obatan
Her

Anda mungkin juga menyukai