Penggunaan Arv
Penggunaan Arv
DI KOMUNITAS KELUARGA 2 0
2 3
PENDERITA HIV
D i s u s u n g u n a me m e n u h i t u g a s
m a t a kuliah K e pe ra wa t a n HIV/AIDS
Dosen Pengampu : Ns. Yulia Susanti, S.Kep,
M.Kep, Disusun oleh
Falis Hakim SK622002
Yudha Setiawan
Rohmatul SK622004
Ummaiyah Erwan
Hardiono SK622006
SK622008
Waktu : 30 Menit
RONGENT
Merupakan tes menggunakan sinar X dalam terapi ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ad a kelainan pada paru-paru seseorang.
MULAI TERAPI A R V
keputusan untuk menjalani terapi ARV tetap berada di tangan ODHA. Apabila ODHA belum siap menjalani
terapi ARV, konselor atau dokter akan memberikan informasi lanjutan dalam rangka memotivasi ODHA.
ODHA kemudian menyatakan siap mengikuti pengobatan maka prosesnya dimulai lagi dari awal. ODHA
yang sudah siap menjalani terapi ARV
EFEK SAMPING
EEFFEEKK SSAAMMPPIINNGG RRIINNGGAANN YYAAIITTUU SSAAKKII TT KKEEPPAALLAA ,,DDIIAARREE ,, PPEERRUUTT KKEEMMBBUUNNGG ,,LLIIPPO
ODDIISSTTRROOPPI I((KKEEHHIILLAANNGGAAN NLLEEMMAAKK) )PPAADDAA KKAAKK II, ,LEENNGGAANN DDAANN WWAAJJAAHH,,
Penilaian klinis dan tes laboratorium berperan penting untuk melihat kondisi ODHA sebelum
inisiasi ART dan berguna untuk memonitor respons pengobatan dan kemungkinan toksisitas obat
ARV. Pemantauan klinis dalam pengawasan dokter dilakukan rutin minimal sebulan sekali dalam 6
bulan pertama setelah inisiasi ART. Pemantauan oleh dokter selanjutnya dapat dilakukan minimal
3 bulan sekali atau lebih sering, sesuai dengan kondisi dan kepatuhan pengobatan.
2.Pemantauan terhadap efek sa m p i n g ARV dan
substitusi ARV Waktu
Toksisitas
Dalam beberapa minggu
pertama Mual, muntah dan
diare.
Ruam dan toksisitas hati
Dari 4 minggu dan sesudahnya
Anemia dan neutropenia dapat terjadi pada penggunaan AZT
Anemia ringan asimtomatik dapat terjadi
6-18 bula n
Disfungsi m itokondria , teruta m a terja di oleh oba t NRTI, term a suk a sidosis la kta t, toksisita s ha ti,
pa nkrea titis, neuropati perifer, lipoatrofi dan miopati
Lipodistrofi sering dika itka n denga n pengguna a n d4T da n da pa t m enyeba bka n kerusa ka n bentuk
tubuh permanen
Asidosis la kta t ja ra ng terja di da n da pa t terja di ka pa n sa ja , teruta m a dika itka n denga n pengguna a n
d4T. Asidosis laktat yang berat dapat mengancam jiwa
Kela ina n m eta bolik um um nya terja di oleh PI, term a suk hiperlipidem ia , a kum ula si lem a k, resista nsi
insulin, diabetes dan osteopenia
Setela h 1 ta hun
Disfungsi tubular renal dikaitkan dengan TDF
1.Pemantauan Sindroma Pulih Imun
Penting sekali melakukan pemantauan dalam 6 bulan pertama terapi ARV. Pemantauan awal dan
pemantauan selanjutnya harus selalu dilakukan untuk memastikan keberhasilan terapi ARV, memantau
efek samping obat dan perlu tidaknya substitusi.
Kepatuhan pengobatan didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku ODHA dalam menjalani pengobatan,
sesuai dengan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.
Untuk terapi ARV, kepatuhan yang tinggi sangat diperlukan untuk menurunkan replikasi virus dan
memperbaiki kondisi klinis dan imunologis; menurunkan risiko timbulnya resistansi ARV
dan menurunkan risiko transmisi HIV.
Berbagai faktor seperti akses pengobatan, obat ARV dan faktor individu mempengaruhi kepatuhan
terhadap ARV. Faktor individu dapat berupa lupa minum obat, bepergian jauh, perubahan rutinitas, depresi
atau penyakit lain, bosan minum obat, atau penggunaan alkohol dan zat adiktif.
Faktor obat ARV meliputi efek samping, banyaknya obat yang diminum dan restriksi diet. Pendekatan
khusus perlu diperhatikan pada populasi tertentu seperti wanita hamil dan menyusui, remaja, bayi dan
anak-anak, serta populasi kunci (LSL, PS, dan Penasun).
1.Diagnosis keg a ga l an terapi ARV
Kegagalan terapi dapat dilihat dari berbagai kriteria, yaitu kriteria virologis,
imunologis, dan klinis. Kriteria terbaik adalah kriteria virologis, namun bila tidak
dapat dilakukan pemeriksaan maka digunakan kriteria imunologis.
ODHA harus menggunakan ARV minimal 6 bulan sebelum dinyatakan gagal
terapi dalam keadaan kepatuhan yang baik. Kalau ODHA kepatuhan tidak baik
atau berhenti minum obat, penilaian kegagalan dilakukan setelah minum obat
kembali secara teratur minimal 3-6 bulan
Keg a g a la n
Definisi
Ga g a l
Klinis
Dewasa dan remaja: Munculnya infeksi oportunistik baru atau berulang (stadium klinis WHO 4)
Anak: Munculnya infeksi oportunistik baru atau berulang (stadium klinis WHO 3 atau 4, kecuali
TB)
Kondisi klinis harus dibedakan dengan IRIS yang muncul setelah memulai terapi ARV. Untuk dewasa, beberapa
stadium klinis WHO 3 (TB paru atau infeksi bakteri berat lainnya) atau munculnya EPP kembali dapat
mengindikasikan gagal terapi.
G a g a l im unolog is
Dewasa dan anak > 5 tahun CD4 turun ke nilai awal atau lebih rendah lagi Atau CD4 persisten dibawah 100 sel/mm3
setelah satu tahun pengobatan atau CD4 turun >50% dari jumlah CD4 tertinggi
Anak usia di bawah 5 tahun CD4 persisten di bawah 200 sel/mm3 atau < 10%
Tanpa adanya infeksi lain yang menyebabkan penurunan jumlah CD4 Kriteria klinis dan imunologis memiliki
sensitivitas rendah untuk mengidentifikasi gagal virologis, terlebih pada kasus yang memulai ARV dan mengalami
gagal terapi pada jumlah CD4 yang tinggi. Namun saat ini belum a d a alternatif yang valid untuk mendefinisikan
gagal imunologis selain kriteria ini.
G a g a l V irolog is
Pada ODHA dengan kepatuhan yang baik, viral load di atas 1000 kopi/mL berdasarkan 2x pemeriksaan HIV RNA
dengan jarak 3-6 bulan
Batasan untuk mendefinisikan kegagalan virologis dan penggantian paduan ARV belum dapat ditentukan
Obat Yang Sebaiknya Tidak Digunakan
Dengan ARV
-Obat Jantung
-Penurunan Kolestrol
-Antimikroba/ obat infeksi
-Obat saluran cerna
-Neuroleptik
-Psikotropik
-Obat untuk migraine
-ARV lainnya
Obat-obatan
Her