Anda di halaman 1dari 40

LUMBAL KANAL

STENOSIS
Anik Alfiyani
Pembimbing dr Fachrisal Sp.OT
Columna vertebra
Ciri khas vertebrae
Fungsi Columna Vertebralis
• Melindungi medulla spinalis dan nervi spinales

• Menopang berat tubuh di sebelah superior terhadap pelvis

• Memberikan aksis fleksibel dan kaku sebagian untuk tubuh

dan dasar yang diperluas untuk tempat kepala dan pusat


perputaran
• Berperan penting pada postur dan lokomosi (gerakan dari satu

tempat ke tempat lain).


33 vertebra yang tersusun dalam lima regio:
• 7 vertebra cervicales

• 12 vertebra thoracicae

• 5 vertebra lumbales

• 5 vertebra sacrales

• dan 4 vertebra coccygeae.

• Gerakan yang signifikan hanya terjadi di antara 25 vertebra

superior
Corpus vertebra terdiri dari tulang vaskular, trabekular (spongiosa,
kanselosa) yang dilapisi oleh lapisan luar tipis tulang kompakta. Arkus
vertebra terletak di sebelah posterior corpus vertebra dan terdiri dari dua
(kanan dan kiri) pediculus dan lamina. Tujuh processus berasal dari arcus
vertebralis pada suatu vertebra tipikal yaitu:
• - satu processus spinosus mediana yang berproyeksi ke posterior dari
arcus vertebralis pada taut lamina
• - dua processus transversa yang berproyeksi ke posterolateral dari taut
pediculus dan lamina
• - empat processus articularis berasal dari taut pediculus dan lamina.
Vertebra Lumbalis
•Vertebra lumbalis bentuknya adalah yang terbesar, corpusnya

sangat besar dibandingkan dengan corpus vertebra yang lainnya


dan berbentuk seperti ginjal melintang, processus spinosusnya
lebar dan berbentuk seperti kapak kecil, processus tranversusnya
panjang dan langsing, ruas ke lima membentuk sendi dengan
sakrum pada sendi lumbo sakral.
• Sepanjang bagian depan columna vertebralis didapati
ligamentum longitudinale anterior yang mengikat semua vertebra.
Ligamentum ini dimulai dari os occipitale dan berakhir pada os
sacrum. Di bagian belakang corpus, di dalam canalis vertebralis,
didapati juga ligamentum longitudinale posterior di dinding depan
canalis vertebralis.
• Ligamentum ini mempunyai hubungan yang erat dengan setiap

discus intervertebralis, serabut collagennya menyatu dengan


serabut collagen yang membentuk annulus fibrosus.
•Diantara setiap processus spinosus terdapat ligamentum

interspinalia, dan diantara setiap processus transversus didapati


ligamentum intertransversaria. Lamina setiap vertebra
dihubungkan satu sama lain oleh ligamentum flavum yang
menyerupai membran.
Vakularisasi
•Vertebra disuplai oleh cabang ekuatorial dan periosteal arteria segmentalis

dan cervicalis utama dan cabang spinalisnya. Arteri induk pada cabang
periosteal, ekuatorial, dan spinal terjadi pada semua tingkat columna
vertebralis, dalam hubungannya, dan meliputi arteri-arteri berikut:
• - arteria cervicalis ascendens dan vertebralis di leher
• - arteria segmentalis utama pada tubuh
• - arteria intertoracalis posterior di regio thoraks
• - arteria lumbalis dan arteria subcostalis di abdomen
• - arteria iliolumbalis dan arteria sacralis lateralis dan medialis di pelvis.
Definisi lumbal kanal stenosis
penyempitan kanalis spinalis, kanal serabut saraf atau
foramen intervertebral dengan penyebab apapun dimana
menyebabkan elemen saraf menjadi tertekan
Epidemiologi
• Prevalensinya 5 dari 1000 orang diatas usia 50
tahun di Amerika. Merupakan penyakit terbanyak
yang menyebabkan bedah pada spina pada usia
lebih dari 60 tahun. Lebih dari 125.000 prosedur
laminektomi dikerjakan untuk kasus lumbar spinal
stenosis. Pria lebih tinggi insidennya daripada
wanita. Patofisiologinya tidak berkaitan dengan
ras,jenis kelamin, tipe tubuh, pekerjaan dan
paling banyak mengenai lumbar ke-4 k-5 dan
lumbar ke-3 ke-4.
Klasifikasi
• Berdasarkan etiologi lumbar spinal canal stenosis dapat
dibagi menjadi stenosis primer dan sekunder.
• Stenosis primer dibagi menjadi: defek kongenital dan
perkembangan.
• Defek kongenital dibagi menjadi:
• (1) Disrapismus spinalis;
• (2) Segmentasi vertebra yang mengalami kegagalan;
• (3) Stenosis intermiten (d’Anquin syndrome).
Klasifikasi
• Perkembangan dibagi menjadi:
• kegagalan pertumbuhan tulang dan idiopatik.
• Kegagalan pertumbuhan tulang dibagi menjadi:
(1)Akondroplasia;
• (2) Morculo disease;
• (3) Osteopetrosis;
• (4) Eksostosis herediter multipel.
• Idiopatik yaitu hipertrofi tulang pada arkus vertebralis.
Klasifikasi
• stenosis sekunder menurut sifatnya dibagi menjadi
• (1) Degeneratif yaitu degeneratif spondilolistesis;
• (2) Iatrogenik yaitu post-laminektomi, post-artrodesis,
post-disektomi;
• (3) Akibat kumpulan penyakit yaitu akromegali, paget
diseases, fluorosis, ankylosing spondylitis;
• (4) Post-fraktur;
• (5)Penyakit tulang sisitemik;
• (6) Tumor baik primer maupun sekunder.
Klasifikasi
• Berdasarkan anatomi lumbar spinal canal stenosis dapat
dibagi menjadi:
• 1. sentral stenosis
• 2. lateral stenosis
• 3. foraminal stenosis
• 4.ekstraforaminal stenosis.
Etiologi
• The causes of spinal stenosis are:
• (1) congenital vertebral dysplasia (e.g. in achondroplasia
or hypochondroplasia);
• (2) chronic disc protrusion and peri-discal fibrosis or
ossification;
• (3) displacement and hypertrophy, or osteoarthritis, of the
apophyseal (facet) joints;
• (4) hypertrophy, folding, or ossification of the ligamentum
flavum;
• (5) bone thickening due to Paget’s disease;
• (6) spondylolisthesis.
Patogenesis
• Degenerasi diskus Degenerasi diskus merupakan tahap awal
yang paling sering terjadi pada proses degenerasi spinal,
walaupun artritis pada sendi facet juga bisa mencetuskan
suatu keadaan patologis pada diskus. Pada usia 50 tahun
terjadi degenerasi diskus yang paling sering terjadi pada L4-
L5, dan L5-S1. Perubahan biokimia dan biomekanik membuat
diskus memendek. Penonjolan annulus, herniasi diskus, dan
pembentukan dini osteofit bisa diamati. Sequela dari
perubahan ini meningkatkan stres biomekanik yang
ditransmisikan ke posterior yaitu ke sendi facet. Perubahan
akibat arthritis terutama instabilitas pada sendi facet. Sebagai
akibat dari degenerasi diskus, penyempitan ruang foraminal
chepalocaudal, akar saraf bisa terjebak, kemudian
menghasilkan central stenosis maupun lateral stenosis.
Patogenesis
• Instabilitas Segmental
• pergerakan segmental yang abnormal misalnya gerakan
translasi atau angulasi menyebabkan degenerasi diskus
• Degenerasi diskus akan diikuti oleh kolapsnya ruang diskus,
karena pembentukan osteofit di sepanjang anteromedial
aspek dari prosesus articularis superior dan inferior akan
mengakibatkan arah sendi facet menjadi lebih sagital.
• Pada kaskade degenerative kanalis sentralis dan
neuroforamen menjadi kurang terakomodasi pada gerakan
rotasi karena perubahan pada diskus dan sendi facet sama
halnya dengan penekanan saraf pada gerakan berputar,
kondisi ini bisa menimbulkan inflamasi pada elemen saraf
cauda equina kemudian mengahasilkan nyeri.
• Hiperekstensi segmental
• Gerakan ekstensi normal dibatasi oleh serat anterior
annulus dan otot-otot abdomen. Perubahan degeneratif
pada annulus dan kelemahan otot abdominal
menghasilkan hiperekstensi lumbar yang menetap. Sendi
facet posterior merenggang secara kronis kemudian
mengalami subluksasi ke arah posterior sehingga
menghasilkan nyeri pinggang.
GEJALA KLINIS
• nyeri punggung
• Nyeri pada ekstremitas bawah berupa rasa terbakar hilang timbul
• Kesemutan
• Berat pada tungkai
• Kelemahan yang menjalar ke ekstremitas bawah, memburuk
dengan berdiri lama, beraktivitas, atau ekstensi lumbar, gejala
tersebut membatasi pasien untuk berjalan
• Nyeri pada ektemitas bawah biasanya berkurang pada saat
duduk, berbaring, dan posisi fleksi lumbar
• stopped forward, mula- mula pasien bisa berjalan, namun lama
kelamaan timbul nyeri dan kelemahan, setelah istirahat (duduk)
pasien bisa berjalan kembali dengan kekuatan normal, namun
lama kelamaan timbul kelemahan lagi.
• Otot-otot yang dipengaruhi antara lain: gluteus medius,
hamstring (semimembraneus, semitendinous, bisep
femoris), gastrocnemius, dan soleus. Sensorisnya bisa
berkurang pada tes pinprick dan sentuhan ringan
mengikuti pola dermatom, juga menunjukkan ketrlibatan
akar saraf, termasuk saddle anesthesia (kadang
melibatkan gland penis dan klitoris).
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
• 1. hip osteoarthritis
• 2. peripheral vascular disease
• 3. throchanteric bursitis
• 4. degenerative disc/facet joint pain
• 5. ankylosing spondylitis
• 6. spinal compression fracture
• 7. metastatic disease of the spine
• 8. vertebral osteomyelitis or discitis
• 9. primary spinal, intradural/intramedullary tumor
• 10. epidural abses
• 11. diabetic neuropaty
• 12. radiculopathy et causa herniasi diskus
Foto rontgen lumbosacral
• posisi AP lateral dan obliq
• spondilolistesis degeneratif dan skoliosis degeneratif.
CT-Scan
• abnormalitas facet, abnormalitas diskus lateralis
MRI
• bisa mengakses jumlah segmen yang terkena, serta
mengevaluasi bila ada tumor, infeksi bila dicurigai
TATA LAKSANA
• Terapi konservatif
• apabila gejalanya ringan dan durasinya pendek selain itu
kondisi umum pasien tidak mendukung dilakukan terapi
operatif (misalnya pasien dengan hipertensi atau diabetes
melitus).
• penggunaan lumbar corset-type brace dalam jangka
pendek, analgesik sederhana (misal acetaminofen),
NSAIDs
• . Latihan juga sangat penting antara lain bersepeda,
treadmill, hidroterapi misalnya berenang dapat memicu
pengeluaran endorphin dan meningkatkan suplai darah ke
elemen saraf
• Terapi operatif
• Indikasi operasi adalah gejala neurologis yang bertambah
berat, defisit neurologis yang progresif, ketidakamampuan
melakukan aktivitas sehari-hari dan menyebabkan
penurunan kualitas hidup, serta terapi konservatif yang
gagal.
• Tindakannya adalah laminektomi dekompresi. Tindakan
operasi bertujuan untuk dekompresi akar saraf
Kesimpulan
• Lumbar spinal stenosis merupakan penyakit degeneratif
yang sering ditemukan pada orang lanjut usia. Gejala
yang sering ditimbulkan adalah nyeri pinggang bawah.
Penanganannya tergantung berat ringannya gejala, dapat
koservatif maupun operatif. Dalam penanganan
menggunakan terapi operatif, komplikasi, hasil terapinya
bergantung pada kondisi penderita dan pemulihannya
yang lama juga harus dipertimbangkan mengingat pasien
yang umumnya usia tua.
• 
• 
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai