Topik 3 Sistem Pernapasan Tutor 5 2013
Topik 3 Sistem Pernapasan Tutor 5 2013
Dosen Tutor:
drg. Nani Murniati, M.Kes.
Anatomi & Histologi
Laring & Faring
Dhani Aristyawan (160110130070)
Laring
Terletak di bagian anterior leher, dengan dinding terdiri atas : cartilago hyalin, cartilago elastis,
jaringan pengikat, dan otot lurik
Laring menghubungkan bagian inferior faring dengan trachea
Berfungsi sebagai katup untuk melindungi saluran udara dan juga sebagai mekanisme fonasi yang
dirancang untuk pembentukan suara
Kerangka laring terdiri dari sembilan tulang rawan, yaitu :
Cartilago thyroidea
Cartilago cricoidea Tunggal
Cartilago epiglottica
Sepasang cartilago arytenoidea
Sepasang cartilago corniculata Berpasangan
Sepasang cartilago cuneiformis
Cartilago Thyroidea
Merupakan cartilago terbesar dari tulang-tulang rawan laring
Bagian lateral membrana thyrohyoidea yang menebal adalah
ligamentum thyrohyoideum laterale yang berfungsi membantu
menutup lubang laring sewaktu menelan
Cornu inferius cartilago thyroidea bersendi dengan permukaan
lateral cartilago cricoidea pada articulatio cricothyroidea
Pergerakan utama sendi ini adalah rotasi dan gerak luncur
cartilago thyroidea yang menghasilkan perubahan ukuran panjang
plica vocalis
Cartilago Cricoidea
Berbentuk seperti cincin stempel yang tangkainya menghadap
ke depan
Bagian posterior adalah lempengnya, dan bagian anterior
membentuk lengkungnya
Meskipun cartilago cricoidea lebih kecil daripada cartilago
thyroidea, tulang rawan ini lebih tebal dan lebih kuat
Cartilago Arytenoidea
Berbentuk seperti limas bersisi tiga
Masing-masing tulang rawan di sebelah atas memiliki apex,
di sebelah anterior sebuah processus muscularis yang
menonjol ke lateral dari alasnya
Articulatio crico-arytenoidea terletak antara basis cartilago
arytenoidea dan permukaan superior lempeng cartilago
cricoidea
Pergerakan sendi ini untuk meluncur saling mendekati atau
menjauhi, menjungkit ke depan dan belakang
Pergerakan ini berfungsi untuk saling mendekatkan,
menegangkan, dan mengendurkan plica vocalis
Cartilago Epiglottica
Cartilago epioglottica membuat epiglottis lentur
Terletak di belakang radix linguae serta os hyoideum, dan di
depan aditus laryngis, membentuk bagian superior dinding
anterior dan tepi superior aditus laryngis
Permukaan depan, bagian atas permukaan belakang epiglottis
dan plica vocalis dilapisi oleh epitel gepeng berlapis, sisanya
dilapisi oleh epitel silindris semu berlapis bersilia.
Beberapa gemma gustatoria (taste bud) tersebar pada
permukaan bawah epiglottis
Cartilago Corniculata dan Cartilago
Cuneiformis
Berupa bintil-bintil kecil di bagian posterior plica ary-
epiglottica yang melekat pada apex cartilaginis
arytenoidae
Bagian Dalam laring
Cavitas laryngis meluas dari aditus laryngis yang
merupakan sarana untuk berhubungan dengan
laryngofaring
Cavitas laryngis dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
Vestibulum laryngis, terletak superior terhadap
plica vestibularis
Ventriculus laryngis, terletak antara plica
vestibularis dan di atas plica vocalis
Cavitas infraglottica, yakni cavitas laryngis
inferior yang meluas dari plica vocalis ke tepi
inferior cartilago cricoidea
Plica
vocalis (tali suara sejati) merupakan lipatan
membrana mukosa yang mengendalikan
pembentukan bunyi
Di dalam plica vocalis terdapat :
Ligamentum vocale
Musculus vocalis
Glottis mencakup plica vocalis dan processus
vocalis, serta rima glottidis (celah antara plica
vocalis)
Perubahan tegangan dan panjang lipatan suara,
lebar rima glottididis, dan intensitas hembusan
ekspirasi menghasilkan perubahan tinggi atau
rendahnya suara
Plicavestibularis (tali-tali suara palsu) meluas
antara cartilago thyroidea dan cartilago
arytenoidea
Plicavestibularis hampir tidak berperan pada
pembentukan suara namun memiliki fungsi
protektif
Terdiridari dua lipatan membran mukosa yang
tebal dan meliputi ligamentum vestibulare
Ruang antara ligamentum vestibulare adalah
rima vestibuli
Otot-Otot laring
Otot-otot ekstrinsik menggerakkan laring sebagai
kesatuan. Kontraksinya terjadi pada saat proses
diglutatio (menelan).
Otot-otot instrinsik mengadakan gerak pada bagian
laring, mengubah panjang dan ketegangan plica
vocalis, serta luas dan bentuk rima glottidis,
menghubungkan masing-masing cartilago laring.
Kontraksinya berperan dalam proses bersuara
(fonasi).
HISTOLOGI
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring
dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat
tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai
katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai
alat penghasil suara pada fungsi fonasi.
Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas
ke faring dan memiliki permukaan lingual dan
laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi
oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan
laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat
bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar
campuran mukosa dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan
yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan
atas membentuk pita suara palsu (plika
vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan
kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita
suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng,
ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis
(otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu
terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-
beda.
FARING
Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai
persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (naso
pharing),dibelakang mulut (oro paring),dan dibelakang laring
(paring laryngeal/ laryngofaring)
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang
berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring
dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.
faring adalah bagian sistem cerna yang terletak antara cavitas
nasi dan cavitas oris, di belakang laring
Berfungsi untuk menyalurkan makanan ke oesophagus dan udara
ke laring
Otot-Otot faring
Dinding faring terutama dibentuk oleh dua lapis otot-otot faring, yaitu :
Nasofaring
alveolaris
Saccus Alveolaris dan Alveoli
64
Organ sistem respirasi
65
ORGAN SISTEM RESPIRASI
66
ORGAN SISTEM REPIRASI BAGIAN ATAS
67
Hidung
68
Terdiri dari eksternal dan internal.
Eksternal: menonjol dari wajah dan
disangga oleh tulang hidung dan kartilago.
Internal: rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan
dan kiri oleh pembagi vertikal yang
sempit, yang disebut septum
Masing-masing rongga hidung dibagi
menjadi 3 saluran oleh penonjolan turbinasi
atau konka dari dinding lateral.
Rongga hidung dilapisi dengan membran
mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung.
Lendir di sekresi secara terus-menerus oleh
sel-sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia.
70
3 fungsi Rongga Hidung
1. Pernafasan
udara yang diinspirasi melalui rongga hidung
menjalani 3 proses :
a. penyaringan (filtrasi)
b. penghangatan
c. pelembaban
2. Epithellium olfactory pada bagian medial
rongga hidung memiliki fungsi dalam
penerimaan sensasi bau.
3. Rongga hidung juga berhubungan dengan
pembentukkan suara fenotik dimana ia
berfungsi sebagai ruang resonansi. 71
Faring
72
Faring
merupakan saluran yang memiliki
panjang kurang lebih 13 cm yang
menghubungkan nasal dan rongga mulut
kepada larynx pada dasar tengkorak.
Terdiri dari :
1. Nasofaring
2. Orofaring
3. Laringofaring
Nasofaring
ada saluran penghubung
antara nasopharinx dengan
telinga bagian tengah, yaitu
Tuba Eustachius dan Tuba
Auditory
adaPhariyngeal tonsil
(adenoids), terletak pada
bagian posterior
nasopharinx, merupakan
bagian dari jaringan
Lymphatic pada permukaan
posterior lidah 74
Orofaring
Merupakan bagian
tengah faring antara
palatum lunak dan
tulang hyoid.
Fungsifaring adalah
untuk menyediakan
saluran pada traktus
respiratorius dan
digestif 75
Laringofaring
Merupakan posisi
terendah dari faring.
Pada bagian bawahnya,
sistem respirasi menjadi
terpisah dari sistem
digestil. Makanan masuk
ke bagian belakang,
oesephagus dan udara
masuk ke arah depan
masuk ke laring.
76
Laring
78
79
Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi
suara, yaitu :
a. Laring sebagai katup, menutup selama menelan
untuk mencegah aspirasi cairan atau benda padat
masuk ke dalam tracheobroncial
b. Laring sebagai katup selama batuk
80
Trakea
81
Trakea
merupakan suatu saluran rigid
yang memeiliki panjang 11-12 cm dengan
diametel sekitar 2,5 cm.
Terdapatpada bagian oesephagus yang
terentang mulai dari cartilago cricoid
masuk ke dalam rongga thorax.
Tersusundari 16 – 20 cincin tulang rawan
berbentuk huruf “C” yang terbuka pada
bagian belakangnya.
Didalamnya mengandung pseudostratified
ciliated columnar epithelium yang memiliki
sel goblet yang mensekresikan mukus.
Terdapat juga cilia yang memicu terjadinya
refleks batuk/bersin.
Trakeamengalami percabangan pada
carina membentuk bronchus kiri dan kanan.
83
FungsiTrakea adalah untuk
menyediakan tempat bagi udara yang
dibawa masuk dan udara yang
dikeluarkan, sebagai jalan masuk udara
ke paru – paru, mengusir debu – debu
halus yang lolos dari prnyaringan rongga
hidung.
Organ respirasi bagian bawah
Organ respirasi bagian bawah
Bronkus
Alveoli
Paru-paru
86
BRONKUS
87
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
Disebut
bronkus lobaris kanan (3 lobus)
dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10
bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi
lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki : arteri, limfatik dan saraf
89
1. Bronkus Primer(Utama) kanan berukuran
lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus
dibandingkan bronkus primer kiri karena
arkus aorta membelokkan trakea bawah ke
kanan. Objek asing yang masuk ke dalam
trakea kemungkina di tempatkan dalam
bronkus kanan.
2. Setiap bronkus primer bercabang
sembilan sampai dua belas kali untuk
membentuk bronki sekunder dan tertier
dengan diameter yang semakin kecil.
Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang
menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengadung
kelenjar submukosa yang memproduksi
lendir yang membentuk selimut tidak
terputus untuk melapisi bagian dalam
jalan napas.
Dinding bronkiolus mengandung otot polos
& dipersarafi oleh sistem saraf otonom,
peka terhadap hormon tertentu dan zat
kimia tertentu
91
a) Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi
bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
b) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori. Bronkiolus respiratori
dianggap sebagai saluran transisional antara
jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.
c) Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke
dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Dan
kemudian menjadi alveoli.
Alveoli
PertukaranO2dan
CO2 terjadi di
alveoli
Terdapat sekitar
300 juta yang jika
bersatu membentuk
satu lembar akan
seluas 70 m2
93
Respiratory Zone
94
Alveoli dan kapiler polmuner
Arteripolmuner
membawa O2
dari jantung ke
paru-paru.
Melalui
vena
polmuner darah
kembali ke jantung
95
Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel
yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel
yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid
yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah
makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan
96
Struktur membran respirasi
( dinding alveoli ) O2 dan CO2 berdifusi melalui
membran respirasi
97
PARU-PARU
98
Paru-paru adalah organ berbentuk pramid
seperti spons dan berisi udara, terletak
dalam rongga toraks.
ParuKanan memiliki 3 Lobus; paru kiri
memiliki 2 lobus. tempat masuk dan
keluarnya pembuluh darah bronki,
pulmonary, dan bronkial dari paru.
100
Setiapparu2
dilindungi oleh
selaput membran
yang disebut
PLEURA.
Pleuraviseral dan
parietal.
101
102
Pleura Viseral dan Parietal
Pleura viseral adalah yang menyelubingi
setiap paru-paru
Pleura parietal adalah yang melapisi
rongga toraks(kerangka iga, diafragma,
mediastinum).
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah
dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
103
104
FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
Fungsiutama sistem respirasi adalah memenuhi
kebutuhan oksigen jaringan tubuh dan membuang
karbondioksida sebagai sisa metabolisme serta
berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan
basa.
Respirasi menyangkut 2 proses yaitu:
a) Pernapasan luar (eksternal)
absorpsi 02 dan pembuangan CO2 dari tubuh
secara keseluruhan.
b) Pernapasan dalam (internal)
pertukaran gas antara sel – sel dengan medium
cairannya.
Sistem respirasi bekerja melalui 3 tahapan
1. Ventilasi
2. Difusi
3. Transportasi
ventilasi
Ventilasi
merupakan proses pertukaran
udara antara atmosfer dengan alveoli.
Prosesini terdiri dari inspirasi (masuknya
udara ke paru-paru) dan ekspirasi
(keluarnya udara dari paru-paru).
Ventilasi
terjadi karena adanya
perubahan tekanan intra pulmonal,
Ventilasi dipengaruhi oleh :
Kadar oksigen pada atmosfer
Kebersihan jalan nafas
Dayarecoil & complience (kembang
kempis) dari paru-paru
Pusat pernafasan
difusi
Inspirasi Ekspirasi
Penunjang :
Muskulus Muskulus Penunjang :
- M. Sternokleido-
Interkostalis Intercostalis - M. Oblique
mastoideus
Eksterna Interna abdominalis
- M.Serratus
(Internus dan
Anterior
eksternus)
- M. Skalenus
- M. rectus
abdominis
1. Muskulus interkostalis eksterna : mengangkat tulang rusuk
Inspirasi
Persen 21
x 760 mmHg= …. x 760 mmHg= 160mmHg PO2
100 100
Volume gas berbanding terbalik dengan tekanan gas
(Hukum Boyle)
GEJALA-GEJALA YANG TIMBUL
AKIBAT KETINGGIAN
TERTENTU
Putri Ratnasari (160110130081)
Kenapa ketinggian berpengaruh
terhadap sistem pernafasan?
Pada ketinggian
Penurunan tekanan barometer ketinggian
menyebabkan penurunan tekanan parsial oksigen
(PO2). Seiring dengan penurunan PO2, tubuh akan
mengkompesasinya dengan meningkatkan
ventilasi.
Bila tekanan barometer menurun, ventilasi
meningkat untuk meminimalkan penurunan
tekanan parsial oksigen alveolar (PaO2).
Peningkatan ventilasi ini merupakan akibat
perangsangan hipoksia dari badan karotid yang
derajatnya berbeda tiap individu.
Pada ketinggian 3000 m
Sesak nafas
Nafas memburu
Jantung berdebar-debar
Pada ketinggian 4000 m
Sakit kepala berat
Stress
Letih
Pada ketinggian 5000 m
Berkeringat
Pening
Diare
Pada ketinggian 6000 m
Euphoria
Perilaku berubah
Kehilangan kekuatan
Pada ketinggian 7000 m
Kehilangan kekuatan total
Gemetar
Sesak nafas secara konstan
Pada ketinggian 8000 – 9000 m
Koma
Kehilangan kesadaran
Proses Terjadinya
Refleks Batuk
Deandra Kamilanandi (160110130082)
Batuk
o Batuk merupakan upaya pertahanan paru
terhadap berbagai rangsangan dan merupakan
reaksi fisiologis tubuh untuk membersihkan
saluran napas
Mekanisme Refleks Batuk
Fase Inspirasi/Inpulsi
Fase Kompresi
Fase Ekspirasi/Ekspulsi
Fase Inspirasi
Inspirasi singkatglotis terbukaoesofagus dan
pita suara menutup
Volume udara yang diinspirasi bervariasi jumlahnya,
berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas
kapasitas residu fungsional (berkisar antara 50%
dari tidal Volume)
Fase Kompresi