Anda di halaman 1dari 184

TOPIK 3 (Sistem Pernapasan)

Senin, 23 September 2013

Dosen Tutor:
drg. Nani Murniati, M.Kes.
Anatomi & Histologi
Laring & Faring
Dhani Aristyawan (160110130070)
Laring
 Terletak di bagian anterior leher, dengan dinding terdiri atas : cartilago hyalin, cartilago elastis,
jaringan pengikat, dan otot lurik
 Laring menghubungkan bagian inferior faring dengan trachea
 Berfungsi sebagai katup untuk melindungi saluran udara dan juga sebagai mekanisme fonasi yang
dirancang untuk pembentukan suara
 Kerangka laring terdiri dari sembilan tulang rawan, yaitu :

 Cartilago thyroidea
 Cartilago cricoidea Tunggal
 Cartilago epiglottica
 Sepasang cartilago arytenoidea
 Sepasang cartilago corniculata Berpasangan
 Sepasang cartilago cuneiformis
Cartilago Thyroidea
 Merupakan cartilago terbesar dari tulang-tulang rawan laring
 Bagian lateral membrana thyrohyoidea yang menebal adalah
ligamentum thyrohyoideum laterale yang berfungsi membantu
menutup lubang laring sewaktu menelan
 Cornu inferius cartilago thyroidea bersendi dengan permukaan
lateral cartilago cricoidea pada articulatio cricothyroidea
 Pergerakan utama sendi ini adalah rotasi dan gerak luncur
cartilago thyroidea yang menghasilkan perubahan ukuran panjang
plica vocalis
Cartilago Cricoidea
 Berbentuk seperti cincin stempel yang tangkainya menghadap
ke depan
 Bagian posterior adalah lempengnya, dan bagian anterior
membentuk lengkungnya
 Meskipun cartilago cricoidea lebih kecil daripada cartilago
thyroidea, tulang rawan ini lebih tebal dan lebih kuat
Cartilago Arytenoidea
 Berbentuk seperti limas bersisi tiga
 Masing-masing tulang rawan di sebelah atas memiliki apex,
di sebelah anterior sebuah processus muscularis yang
menonjol ke lateral dari alasnya
 Articulatio crico-arytenoidea terletak antara basis cartilago
arytenoidea dan permukaan superior lempeng cartilago
cricoidea
 Pergerakan sendi ini untuk meluncur saling mendekati atau
menjauhi, menjungkit ke depan dan belakang
 Pergerakan ini berfungsi untuk saling mendekatkan,
menegangkan, dan mengendurkan plica vocalis
Cartilago Epiglottica
 Cartilago epioglottica membuat epiglottis lentur
 Terletak di belakang radix linguae serta os hyoideum, dan di
depan aditus laryngis, membentuk bagian superior dinding
anterior dan tepi superior aditus laryngis
 Permukaan depan, bagian atas permukaan belakang epiglottis
dan plica vocalis dilapisi oleh epitel gepeng berlapis, sisanya
dilapisi oleh epitel silindris semu berlapis bersilia.
 Beberapa gemma gustatoria (taste bud) tersebar pada
permukaan bawah epiglottis
Cartilago Corniculata dan Cartilago
Cuneiformis
 Berupa bintil-bintil kecil di bagian posterior plica ary-
epiglottica yang melekat pada apex cartilaginis
arytenoidae
Bagian Dalam laring
 Cavitas laryngis meluas dari aditus laryngis yang
merupakan sarana untuk berhubungan dengan
laryngofaring
 Cavitas laryngis dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
 Vestibulum laryngis, terletak superior terhadap
plica vestibularis
 Ventriculus laryngis, terletak antara plica
vestibularis dan di atas plica vocalis
 Cavitas infraglottica, yakni cavitas laryngis
inferior yang meluas dari plica vocalis ke tepi
inferior cartilago cricoidea
 Plica
vocalis (tali suara sejati) merupakan lipatan
membrana mukosa yang mengendalikan
pembentukan bunyi
 Di dalam plica vocalis terdapat :
 Ligamentum vocale
 Musculus vocalis
 Glottis mencakup plica vocalis dan processus
vocalis, serta rima glottidis (celah antara plica
vocalis)
 Perubahan tegangan dan panjang lipatan suara,
lebar rima glottididis, dan intensitas hembusan
ekspirasi menghasilkan perubahan tinggi atau
rendahnya suara
 Plicavestibularis (tali-tali suara palsu) meluas
antara cartilago thyroidea dan cartilago
arytenoidea
 Plicavestibularis hampir tidak berperan pada
pembentukan suara namun memiliki fungsi
protektif
 Terdiridari dua lipatan membran mukosa yang
tebal dan meliputi ligamentum vestibulare
 Ruang antara ligamentum vestibulare adalah
rima vestibuli
Otot-Otot laring
 Otot-otot ekstrinsik menggerakkan laring sebagai
kesatuan. Kontraksinya terjadi pada saat proses
diglutatio (menelan).
 Otot-otot instrinsik mengadakan gerak pada bagian
laring, mengubah panjang dan ketegangan plica
vocalis, serta luas dan bentuk rima glottidis,
menghubungkan masing-masing cartilago laring.
Kontraksinya berperan dalam proses bersuara
(fonasi).
HISTOLOGI
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring
dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat
tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai
katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai
alat penghasil suara pada fungsi fonasi.
Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas
ke faring dan memiliki permukaan lingual dan
laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi
oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan
laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat
bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar
campuran mukosa dan serosa.
 Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan
yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan
atas membentuk pita suara palsu (plika
vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan
kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita
suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng,
ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis
(otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu
terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-
beda.
FARING
 Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai
persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (naso
pharing),dibelakang mulut (oro paring),dan dibelakang laring
(paring laryngeal/ laryngofaring)
 Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang
berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring
dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.
 faring adalah bagian sistem cerna yang terletak antara cavitas
nasi dan cavitas oris, di belakang laring
 Berfungsi untuk menyalurkan makanan ke oesophagus dan udara
ke laring
Otot-Otot faring
 Dinding faring terutama dibentuk oleh dua lapis otot-otot faring, yaitu :

 Lapis otot sirkular


Terdiri dari tiga otot konstriktor yang berfungsi
mendorong makanan ke dalam oesophagus
 Lapis otot internal
Terdiri dari musculus palatopharyngeus, musculus
stylopharingeus, dan musculus salpingpharyngeus.
Otot-otot ini mengangkat faring dan laring sewaktu
menelan dan berbicara
Bagian Dalam faring
 faring dapat dibedakan menjadi 3 bagian :

 Nasofaring

Memiliki fungsi respiratorik. Terletak di atas palatum


molle.
 Orofaring

Memiliki fungsi yang berhubungan dengan pencernaan


makanan. Orofaring meluas dari palatum molle ke tepi
atas epiglottis
 Laryngofaring

Terletak posterior dari laring, dari tepi atas epiglottis


sampai tepi bawah cartilago cricoidea, lalu menyempit
dan beralih ke dalam oesophagus
ANATOMI PARU-PARU
Muhammad Arfianto Nur (160130110069)
PARU-PARU
 Paru-paru normal bersifat ringan, lunak,
menyerupai spon, kenyal, dan dapat mengisut
sampai sekitar sepertiga besarnya
 Paru-parukanan dan kiri terpisah oleh jantung
dan pembuluh darah besar dalam mediastinum
medius
 Warna : Muda – Coklat
Dewasa – Agak Hitam
 Berat : Bagian Kanan - ± 600 gms
Bagian Kiri - ±550 gms
HISTOLOGI PARU-PARU
Topografi Paru-Paru
Putri Bella Kharisma (160110130071)
PLEURA
 Merupakan selaput serosa yang melapisi paru-paru.
 Dibagi menjadi :
1. Pleura parietalis : melapisi dinding
thorax,mediastinum dan diapraghma
2. Pleura visceralis : melapisi paru-paru
termasuk permukaan
fissuranya.
 Terdapat Cavitas pleuralis yaitu ruang yang
terdapat cairan pleura untuk melumaskan
permukaan pleura.
PARU-PARU
 Terdapat
fissura horizontalis dan fissura obliqua
yang membagi paru-paru menjadi lobus-lobus.
 Pada permukaan paru-paru terdiri dari fascies
costalis,fascies mediastinalis dan fascies
diafragmatica.
 Tepiparu-paru terdiri dari margo anterior,margo
inferior dan margo superior.
Struktur Histogenesis, Histofisiologis,
dan Regenerasi Paru-Paru
Muthia Belladina Silmi (160110130074)
Yuriesty Azalia (160110130072)
Aulia Bayu Fitri (160110130073)
Perkembangan pulmo terdiri dari 3 fase:

Fase glandular (12-16 minggu)


Fase kanalikuler (bulan ke-4-7)
Fase alveolar (6,5 bulan sampai lahir)
Fase glandular (12-16 minggu)

 Tonjolan yang akan menjadi trachea  bercabang menjadi 2


sebagai calon bronchus  Tonjolan ini dengan cepat tumbuh
memanjang dan mencapai kelompok sel-sel mesenkhim 
menyerupai kelenjar.
 Pars conductoria tractus respiratorius telah dilengkapi selama
kehidupan intrauterin bersama pula dengan sistem pembuluh
darah.
Fase kanalikuler (bulan ke-4-7)

 Terjadi pertumbuhan cepat sel-sel mesenkim di sekitar


percabangan bronchus.
 Sel-sel tersebut dan serabut jaringan pengikat sangat
menonjol disamping anyaman kapiler darah.
 Pada tingkat ini belum tumbuh alveolus. Kelenjar-kelenjar
timbul sebagai tonjolan dinding bronchus.
Fase alveolar (6,5 bulan sampai lahir)

 Paru-paru kehilangan bentuk kelenjarnya karena pada


fase ini banyak sekali pembuluh darah.
 Ujung-ujung bronchus yang mengembang akan tumbuh
bercabang-cabang hingga terbentuk alveoli.
 Epitel alveoli menipis sehingga terjadi hubungan yang
erat dengan kapiler darah.
 Sesudah lahir masih terjadi perkembangan pars
respiratoria untuk penyempurnaan yang meliputi
bronchiolus respiratorius sampai alveoli.
Struktur Pulmo
Unit fungsional dalam paru-paru disebut lobulus primerius yang meliputi
semua struktur:
o bronchiolus terminalis,
o bronchiolus respiratorius,
o ductus alveolaris,
o atrium,
o saccus alveolaris,
o alveoli,
o bersama-sama dengan pembuluh darah, limfe, serabut
syaraf, jaringan pengikat.
Bronchiolus Terminalis
Bronchiolus Respiratorius

 mula-mula dibatasi oleh epitel silindris


selapis bercilia tanpa sel piala  epitel
kuboid selapis tanpa cilia
 Dindingnya tidak terdapat kartilago dan
kelenjar
 Bronkhiolus
respiratorius langsung
berhubungan dengan duktus alveolaris dan
alveoli
Ductus Alveolaris

 Merupakan 2 -11 saluran cabang


dari Bronchiolus Respiratorius
 Tampaksebagai pipa kecil panjang
bercabang
 dengan dinding yang terputus-putus
karena penonjolan sepanjang
dindingnya sebagai saccus
alveolaris
Atrium

Ruangan yang berada diantara

ductus alveolaris dan saccus

alveolaris
Saccus Alveolaris dan Alveoli

 Gelembung berbentuk polyhedral yang berdinding tipis


 Dindingnya penuh dengan anyaman kapiler darah yang saling beranastomose.
 Pada pemisah(septa) antara 2 alveoli kadang ditemukan lubang porus alveolaris
 Fungsi lubang tersebut belum jelas, namun diduga untuk mengalirkan udara apabila
terjadi sumbatan pada salah satu bronchus.
Pembuluh Darah

 Sebagianbesar menerima darah dari arteri pulmonalis


yang bertipe elastis.
 Arteri
memberi percabangan menuju ke ductus
alveolaris dan memberi anyaman kapiler di sekeliling
alveolus
 Venulamenampung darah dari anyaman kapiler pleura
dan dinding penyekat alveolus
 Arteri
dan vena pulmonalis berfungsi untuk pertukaran
gas dalam alveolus
Pembuluh Limfe

 Terdapat 2 kelompok besar:


 Dalam pleura
 Dalam jaringan paru-paru
Terdapat hubungan antara 2 kelompok tersebut dan
keduanya mengalirkan limfa ke arah nodus limfatikus
yang terdapat di hilus
 Pembuluh limfe ada yang mengikuti jaringan pengikat
septa interlobularis dan ada pula yang mengikuti
percabangan bronchus untuk mencapai hilus
Regenerasi Paru-paru

 Paru-paru mudah sekali terserang penyakit infeksi sehingga


menimbulkan kerusakan jaringannya.
 Dalam proses penyembuhan bagian-bagian yang rusak akan
digantikan oleh jaringan pengikat. Jaringan paru-paru
sendiri tidak mengalami regenerasi.
 Karena ketidakmampuan jaringannya untuk beregenerasi
maka paru-paru dilengkapi dengan pertahanan yang cukup
kuat.
 Mulai dari rongga hidung, partikel yang lebih besar dari 10
µm akan tertahan dan partikel berukuran 2 sampai 10 µm
akan terperangkap oleh epitel bersilia yang berlapiskan
mukus.

 Partikel yang lebih kecil dibersihkan oleh makrofag


alveolus. Selain mekanisme nonspesifik ini, terjadi proses
imunologis rumit dalam jaringan limfoid bronkus. Komponen
penting dari sistem imun disebut BALT (bronchus-associated
lymphatic tissue).
ORGAN SISTEM PERNAFASAN dan
FUNGSINYA
Vania Izmi Setyabudi (160110130075)
Mahshita Dyah Chaerani (160110130076)

64
Organ sistem respirasi

65
ORGAN SISTEM RESPIRASI

• Organ sistem repirasi bagian atas : Alveoli


Hidung
Faring
Laring
Trakhea

• Organ sistem respirasi bagian bawah :


Paru-paru
Bronkus

66
ORGAN SISTEM REPIRASI BAGIAN ATAS

67
Hidung

68
 Terdiri dari eksternal dan internal.
 Eksternal: menonjol dari wajah dan
disangga oleh tulang hidung dan kartilago.
 Internal: rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan
dan kiri oleh pembagi vertikal yang
sempit, yang disebut septum
 Masing-masing rongga hidung dibagi
menjadi 3 saluran oleh penonjolan turbinasi
atau konka dari dinding lateral.
 Rongga hidung dilapisi dengan membran
mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung.
 Lendir di sekresi secara terus-menerus oleh
sel-sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia.
70
3 fungsi Rongga Hidung

1. Pernafasan
udara yang diinspirasi melalui rongga hidung
menjalani 3 proses :
a. penyaringan (filtrasi)
b. penghangatan
c. pelembaban
2. Epithellium olfactory pada bagian medial
rongga hidung memiliki fungsi dalam
penerimaan sensasi bau.
3. Rongga hidung juga berhubungan dengan
pembentukkan suara fenotik dimana ia
berfungsi sebagai ruang resonansi. 71
Faring

72
 Faring
merupakan saluran yang memiliki
panjang kurang lebih 13 cm yang
menghubungkan nasal dan rongga mulut
kepada larynx pada dasar tengkorak.
 Terdiri dari :
1. Nasofaring
2. Orofaring
3. Laringofaring
Nasofaring
 ada saluran penghubung
antara nasopharinx dengan
telinga bagian tengah, yaitu
Tuba Eustachius dan Tuba
Auditory

 adaPhariyngeal tonsil
(adenoids), terletak pada
bagian posterior
nasopharinx, merupakan
bagian dari jaringan
Lymphatic pada permukaan
posterior lidah 74
Orofaring

 Merupakan bagian
tengah faring antara
palatum lunak dan
tulang hyoid.

 Fungsifaring adalah
untuk menyediakan
saluran pada traktus
respiratorius dan
digestif 75
Laringofaring

 Merupakan posisi
terendah dari faring.
Pada bagian bawahnya,
sistem respirasi menjadi
terpisah dari sistem
digestil. Makanan masuk
ke bagian belakang,
oesephagus dan udara
masuk ke arah depan
masuk ke laring.

76
Laring

 Laring tersusun atas 9


Cartilago
 Terbesar adalah Cartilago
thyroid, bagian depannya
mengalami penonjolan
membentuk “adam’s
apple”, dan di dalam
cartilago ini ada pita suara.
 Laring menghubungkan
Laringopharynx dengan
trachea.
77
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan
terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan
napas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk.

78
79
Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi
suara, yaitu :
a. Laring sebagai katup, menutup selama menelan
untuk mencegah aspirasi cairan atau benda padat
masuk ke dalam tracheobroncial
b. Laring sebagai katup selama batuk

80
Trakea

81
 Trakea
merupakan suatu saluran rigid
yang memeiliki panjang 11-12 cm dengan
diametel sekitar 2,5 cm.
 Terdapatpada bagian oesephagus yang
terentang mulai dari cartilago cricoid
masuk ke dalam rongga thorax.
 Tersusundari 16 – 20 cincin tulang rawan
berbentuk huruf “C” yang terbuka pada
bagian belakangnya.
 Didalamnya mengandung pseudostratified
ciliated columnar epithelium yang memiliki
sel goblet yang mensekresikan mukus.
 Terdapat juga cilia yang memicu terjadinya
refleks batuk/bersin.
 Trakeamengalami percabangan pada
carina membentuk bronchus kiri dan kanan.
83
 FungsiTrakea adalah untuk
menyediakan tempat bagi udara yang
dibawa masuk dan udara yang
dikeluarkan, sebagai jalan masuk udara
ke paru – paru, mengusir debu – debu
halus yang lolos dari prnyaringan rongga
hidung.
Organ respirasi bagian bawah
Organ respirasi bagian bawah
 Bronkus
 Alveoli
 Paru-paru

86
BRONKUS

87
 Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
 Disebut
bronkus lobaris kanan (3 lobus)
dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
 Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10
bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
 Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi
lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki : arteri, limfatik dan saraf
89
1. Bronkus Primer(Utama) kanan berukuran
lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus
dibandingkan bronkus primer kiri karena
arkus aorta membelokkan trakea bawah ke
kanan. Objek asing yang masuk ke dalam
trakea kemungkina di tempatkan dalam
bronkus kanan.
2. Setiap bronkus primer bercabang
sembilan sampai dua belas kali untuk
membentuk bronki sekunder dan tertier
dengan diameter yang semakin kecil.
 Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang
menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengadung
kelenjar submukosa yang memproduksi
lendir yang membentuk selimut tidak
terputus untuk melapisi bagian dalam
jalan napas.
Dinding bronkiolus mengandung otot polos
& dipersarafi oleh sistem saraf otonom,
peka terhadap hormon tertentu dan zat
kimia tertentu
91
a) Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi
bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
b) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori. Bronkiolus respiratori
dianggap sebagai saluran transisional antara
jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.
c) Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke
dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Dan
kemudian menjadi alveoli.
Alveoli
 PertukaranO2dan
CO2 terjadi di
alveoli
 Terdapat sekitar
300 juta yang jika
bersatu membentuk
satu lembar akan
seluas 70 m2

93
Respiratory Zone

94
Alveoli dan kapiler polmuner
 Arteripolmuner
membawa O2
dari jantung ke
paru-paru.
 Melalui
vena
polmuner darah
kembali ke jantung

95
Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel
yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel
yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid
yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah
makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan

96
Struktur membran respirasi
( dinding alveoli )  O2 dan CO2 berdifusi melalui
membran respirasi

97
PARU-PARU

98
 Paru-paru adalah organ berbentuk pramid
seperti spons dan berisi udara, terletak
dalam rongga toraks.
 ParuKanan memiliki 3 Lobus; paru kiri
memiliki 2 lobus. tempat masuk dan
keluarnya pembuluh darah bronki,
pulmonary, dan bronkial dari paru.
100
 Setiapparu2
dilindungi oleh
selaput membran
yang disebut
PLEURA.
 Pleuraviseral dan
parietal.

101
102
Pleura Viseral dan Parietal
 Pleura viseral adalah yang menyelubingi
setiap paru-paru
 Pleura parietal adalah yang melapisi
rongga toraks(kerangka iga, diafragma,
mediastinum).
 Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah
dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
103
104
FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
 Fungsiutama sistem respirasi adalah memenuhi
kebutuhan oksigen jaringan tubuh dan membuang
karbondioksida sebagai sisa metabolisme serta
berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan
basa.
Respirasi menyangkut 2 proses yaitu:
a) Pernapasan luar (eksternal)
absorpsi 02 dan pembuangan CO2 dari tubuh
secara keseluruhan.
b) Pernapasan dalam (internal)
pertukaran gas antara sel – sel dengan medium
cairannya.
Sistem respirasi bekerja melalui 3 tahapan

1. Ventilasi
2. Difusi
3. Transportasi
ventilasi

 Ventilasi
merupakan proses pertukaran
udara antara atmosfer dengan alveoli.
 Prosesini terdiri dari inspirasi (masuknya
udara ke paru-paru) dan ekspirasi
(keluarnya udara dari paru-paru).
 Ventilasi
terjadi karena adanya
perubahan tekanan intra pulmonal,
Ventilasi dipengaruhi oleh :
Kadar oksigen pada atmosfer
Kebersihan jalan nafas
Dayarecoil & complience (kembang
kempis) dari paru-paru
Pusat pernafasan
difusi

 Difusidalam respirasi merupakan proses


pertukaran gas antara alveoli dengan
darah pada kapiler paru. Proses difusi
terjadi karena perbedaan tekanan, gas
berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah.
transportasi

 Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses


transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan
melalui darah dan pengangkutan karbondioksida
sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru.
 Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas
pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan
terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2)
intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler
karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel.
Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida
(PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2
selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa
metabolisme.
REGULASI

 Kebutuhan oksigen tubuh bersifat


dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya adalah
aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka
kebutuhan oksigen akan meningkat
sehingga kerja sistem respirasi juga
meningkat.
 Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh :
1. Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola
respirasi.
2. Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat
kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan
konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus
aorta dan arteri karotis.
3. Gerakan : perubahan gerakan diterima
oleh proprioseptor.
4. Refleks Heuring Breur : menjaga
pengembangan dan pengempisan paru
agar optimal.
5. Faktor lain : tekanan darah, emosi,
suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan
iritasi saluran nafas
MACAM-MACAM OTOT INSPIRASI DAN
EKSPIRASI SERTA PROSES KERJANYA
Fitria Rahmah (160110130077)
Bebby Putri (160110130078)
Ririn Fitri (160110130079)
Otot-otot
Pernapasan

Inspirasi Ekspirasi

Penunjang :
Muskulus Muskulus Penunjang :
- M. Sternokleido-
Interkostalis Intercostalis - M. Oblique
mastoideus
Eksterna Interna abdominalis
- M.Serratus
(Internus dan
Anterior
eksternus)
- M. Skalenus
- M. rectus
abdominis
1. Muskulus interkostalis eksterna : mengangkat tulang rusuk

2. Muskulus interkostalis interna : menurunkan tulang rusuk

3. Muskulus rektus abdominis : menarik turun rongga dada

4. Muskulus sternokleidomastoideus : mengangkat sternum

5. Muskulus serratus anterior : mengangkat sebagian besar


iga

6. Muskulus skalenus : mengangkat dua iga pertama


Pernapasan Dada
 Inspirasi

1. Berkontraksinya muskulus interkotalis (otot


antartulang rusuk)
2. Tulang rusuk terangkat
3. Rongga dada membesar dan paru-paru
mengembang
4. Tekanan udara rongga paru-paru menjadi
lebih rendah dari tekanan udara luar
5. Udara luar masuk ke dalam paru-paru.
 Ekspirasi

1. Muskulus interkostalis berelaksasi


2. Tulang rusuk turun kembali
3. Rongga dada menyempit dan paru-paru
mengecil
4. Tekanan udara dalam rongga paru-paru
menjadi lebih tinggi dari tekanan udara luar
5. Udara keluar dari paru-paru
Pernapasan Perut

 Inspirasi

1. Berkontraksinya otot diafragma


2. Diafragma yang semula melengkung berubah
menjadi datar
3. Rongga dada dan paru-paru mengembang
4. Tekanan udara yang rendah dalam paru- paru
menyebabkan udara dari luar masuk ke dalam
paru-paru
 Ekspirasi

1. Otot diafragma berelaksasi


2. Diafragma kembali melengkung
3. Rongga dada dan paru-paru mengecil
4. Tekanan udara dalam paru-paru naik,
sehingga udara keluar dari paru-paru.
Tekanan Parsial dalam
Atmosfir
Eggie Rizky Gunawan (160110130080)
 Udara diakibatkan oleh Perbedaan Tekanan
 Udara atmosfir pada tekanan 760mmHg di
hari yang hangat:
 Nitrogen (N2) = 79%
 Oksigen (O2) = 21%
 Karbon Dioksida (CO2) = 0,04%
 Tekananparsial  Tekanan yang diberikan
oleh komponen-komponen gas dalam
campuran gas
 Dalam campuran gas, setiap gas memakai
tekanannya sendiri sesuai dengan
presentasenya dalam campuran, terlepas
dari keberadaan gas lain (Hukum Dalton)
 Menghitung Tekanan • Contoh pada O2:
Parsial

Persen 21
x 760 mmHg= …. x 760 mmHg= 160mmHg PO2
100 100
Volume gas berbanding terbalik dengan tekanan gas
(Hukum Boyle)
GEJALA-GEJALA YANG TIMBUL
AKIBAT KETINGGIAN
TERTENTU
Putri Ratnasari (160110130081)
Kenapa ketinggian berpengaruh
terhadap sistem pernafasan?
 Pada ketinggian
Penurunan tekanan barometer ketinggian
menyebabkan penurunan tekanan parsial oksigen
(PO2). Seiring dengan penurunan PO2, tubuh akan
mengkompesasinya dengan meningkatkan
ventilasi.
Bila tekanan barometer menurun, ventilasi
meningkat untuk meminimalkan penurunan
tekanan parsial oksigen alveolar (PaO2).
Peningkatan ventilasi ini merupakan akibat
perangsangan hipoksia dari badan karotid yang
derajatnya berbeda tiap individu.
Pada ketinggian 3000 m
 Sesak nafas
 Nafas memburu
 Jantung berdebar-debar
Pada ketinggian 4000 m
 Sakit kepala berat
 Stress
 Letih
Pada ketinggian 5000 m
 Berkeringat
 Pening
 Diare
Pada ketinggian 6000 m
 Euphoria
 Perilaku berubah
 Kehilangan kekuatan
Pada ketinggian 7000 m
 Kehilangan kekuatan total
 Gemetar
 Sesak nafas secara konstan
Pada ketinggian 8000 – 9000 m
 Koma
 Kehilangan kesadaran
Proses Terjadinya
Refleks Batuk
Deandra Kamilanandi (160110130082)
Batuk
o Batuk merupakan upaya pertahanan paru
terhadap berbagai rangsangan dan merupakan
reaksi fisiologis tubuh untuk membersihkan
saluran napas
Mekanisme Refleks Batuk

Fase Inspirasi/Inpulsi
Fase Kompresi
Fase Ekspirasi/Ekspulsi
Fase Inspirasi
 Inspirasi singkatglotis terbukaoesofagus dan
pita suara menutup
 Volume udara yang diinspirasi bervariasi jumlahnya,
berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas
kapasitas residu fungsional (berkisar antara 50%
dari tidal Volume)
Fase Kompresi

 Glotis tertutup selama 0,2 detik


 Otot perut berkontraksi  diafragma naik dan
menekan paru-paru  kontraksi intercosta
internus  tekanan paru-paru meningkat hingga
100mHg
Fase Ekspirasi

 Glotis akan terbuka lagi  fase ekspirasi


 Udarabertekanan keluar menggetarkan pita suara
 suara batuk
Refleks bersin
Sofyan Suri (160110130066)
REFLEKS BERSIN
 Refleks bersin sangat mirip dengan refleks batuk
hanya saja berlangsung pada saluran hidung
 Rangsangan awal yang menimbulkan refleks
bersin adalah iritasi dalam saluran hidung
 Impulsaferen berjalan dalam nervus kelima
menuju medula
 Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan
refleks batuk, tetapi uvula ditekan sehingga
sejumlah besar udara dengan cepat melalui
hidung, dengan demikian membantu
membersihkan saluran hidung sari benda asing
Menjelaskan volume cadangan
ekspirasi, volume cadangan
inspirasi, kapasitas vital,
kapasitas paru total, volume
residu berserta
penggabungannya
Lailatul Rahmi (160110130066)
MACAM-MACAM VOLUME UDARA PERNAPASAN

 Volume Cadangan Ekspirasi/Suplementer (Ekspiratory


Reserve Volume)
merupakan udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru-
paru secara maksimal setelah melakukan ekspirasi biasa.
Besarnya udara suplementer adalah ±1500 ml.
 Volume Cadangan
Inspirasi/Komplementer (Inspiratory
Reserve Volume)
merupakan udara yang masih dapat
dimasukkan ke dalam paru-paru secara
maksimal, setelah melakukan inspirasi
normal.
Besarnya udara komplementer adalah
±1500 ml.
 Kapasitas Vital Paru-paru
merupakan kemampuan paru-paru
mengeluarkan udara secara maksimal
setelah melakukan inspirasi secara
maksimal.
Kapasitas paru-paru dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
* KVP = UP + UK +
US
*KVP=Kapasitas Vital Paru-paru
*UP=Udara Pernapasan Biasa
*UK=Volume Cadangan Inspirasi
*US=Volume Cadangan Ekspirasi
 Kapasitas Total Paru-paru
merupakan udara yang dapat tertampung
secara maksimal di paru-paru secara
keseluruhan.
Kapasitas total paru-paru dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
*
VTP = KVP +
UR
*VTP=Volume Total Paru-paru
*KVP=Kapasitas Vital Paru-paru
*UR=Udara Residu
Kelainan-Kelainan
Pada Sistem Pernafasan
Sintia Saputra (160110130068)
Hiperkapnia

 Hiperkapnia → penurunan kadar CO2 dalam cairan


tubuh
 Sering di sertai dengan hipoksia
 CO2 berlebih menyebabkan asidosis (kadar asam
berlebih )
 Penyebab utama hiperkapnia

 penyakit obstruktif saluran napas


 obat-obat yang menekan fungsi pernapasan
 kelemahan atau paralisis otot pernapasan
 trauma dada atau pembedahan abdominal yang
mengakibatkan pernapasan menjadi dangkal
 dan kehilangan jaringan paru.
 Tanda dan gejala Hiperkapnia
 Sakit kepala
 Sering mendesah dan menguap
 Tangan dan kaki terasa baal
Atelektasis

Atelektasis →pengerutan sebagian atau seluruh


paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara ( Bronkus maupun
Bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
jika saluran pernafasan tersumbat →
udara di dalam  alveoli akan
terserap ke dalam aliran darah →alveoli akan men
gkerut dan memadat→Jaringan paru-paru
yang mengkerut biasanya
terisi dengan sel darah,serum, lendir
dan kemudian akan mengalami infeksi
SINDROMA LOBUS MEDIALIS
 Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis
jangka panjang, dimana lobus media (tengah) dari
paru-paru kanan mengkerut. Penyebabnya
biasanya adalah penekanan bronkus oleh suatu
tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.
ATELEKTASIS PERCEPATAN
 Atlektasispercepatan biasanya terjadi pada pilot
pesawat tempur. Penerbangan dengan kecepatan
tinggi akan menutup saluran pernafasan yang
kecil, menyebabkan alveoli (kantong udara kecil
di paru-paru) menciut.
MIKROATELEKTASIS TERSEBAR ATAU TERLOKALISASI
 Padakeadaan ini, sistem surfaktan paru-paru
terganggu. Surfaktan adalah zat yang melapisi
alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan
permukaan, sehingga mencegah pengkerutan.
Penyebab :
 penyumbatan sebuah bronkus.
gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang
terhisap ke dalam bronkus.
Faktor resiko terjadinya atelektasis:
 Pembiusan (anestesia)/pembedahan
 Tirah baring jangka panjang tanpaperubahan
posisi
 Pernafasan dangkal
 Penyakit paru-paru.
Gejalanya bisa berupa:
 gangguan pernafasan
 nyeri dada
 batuk.
Asmabronkiale

 peradangan pada saluran pernafasan. Ini berarti


bahwa selaput lendir bronkus menjadi meradang
dan bengkak.
Gejala :
 Sesak nafas
 Batuk kering
 suara berderak-derak ketika menghembuskan
napas
  PENYEBAB
a.       Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma
alergi)
-         Reaksi antigen-antibodi
-         Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-
bulu binatang)
b.       Faktor Intrinsik (asma non imunologi /
asma non alergi)
-         Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia,
mycoplasmal
-         Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
-         Iritan : kimia
-         Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
-         Emosional : takut, cemas dan tegang
-         Aktivitas yang berlebihan juga dapat
menjadi faktor pencetus.
Pneumonia
 sebuah penyakit pada paru-paru di
mana pulmonary alveolus(alveoli) yang
bertanggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan
terisi oleh cairan. 
Gejala :
 Batuk
 Sakit dada
 Demam
Jenis radang paru-paru dari lokasi infeksi dapat
dibagi menjadi:
1. Infeksi ambulant pneumonia atau di luar rumah
sakit Penyebab: Streptococcus pneumonia ( 30-
60 % )
2. Infeksi nosokomial pneumonia atau pasien
memperolehnya dari masa dia tinggal di rumah
sakit Penyebab: > 60 % Gram negativ misalnya
Pseudomonas dan sisanya gram positiv seperti
staphylokokken
jenis radang paru-paru dari anatominya:
1. Bronchopneumonia Penyebabnya kebanyakan
bakteri. Dibandingkan dengan lobarpneumonia,
bronchopneumonia mempunyai lokalisasi
penyebarannya yang berbeda sesuai dengan
susunan bronkus dan bronkiolus.
2. Lobarpneumonia →Penyebabnya yang khas
adalah bakteri streptococcus pneumonia .
Lokalisasi penyebaran → satu lobar dari paru
paru
Dispnea

 Perasaanyang bersifat subjektif berupa kesulitan


(merasa tidak enak, merasa tidak nyaman) disaat
bernafas. Sinonim lain yang dipergunakan pada
dyspnea adalah “shortness of breath” merupakan
keluhan yang sering dikemukakan oleh pasien. 
Penyebab dispnea secara umum:
- Sistem kardiovaskular: gagal jantung
- Sistem pernapasan: PPOK, Penyakit parenkim
paru, Hipertensi pulmonal, kifoskoliosis berat,
faktor mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi
pleura)
- Psikologis (kecemasan)
- Hematologi (anemia kronik)
Penyebab dispnea akut: gagal jantung kiri,
bronkospasme, emboli paru, kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai