Anda di halaman 1dari 16

Monitoring Intraoperatif

Pembimbing : dr. Putu Sudarsana, Sp.An

Disusun oleh :
Ailen – 112019009
Meilanessa Karina Dhebata – 112021150
Netalia – 112021301
Januar Ronan Ramadhan - 112021108

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG
PERIODE 4 APRIL 2022 – 6 AGUSTUS 2022
TUJUAN :
Tujuan monitoring untuk membantu anastesis mendapatkan informasi fungsi organ vital selama
peri-anesteia, supaya dapat bekerja dengan aman.

Standart pemantauan anestei intra operatif:


Standar 1: selama anestesi pasien harus diawasi oleh personel anestesi yang berkualitas
➜standar 2: selama anestesia jalan nafas, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan suhu pasien harus
dievaluasi baik secara berkala atau terus menerus
MONITORING

 Pemantauan jalan nafas

 Mempertahankan jalan nafas. Jalan napas selama anesthesia baik


dengan teknik sungkup maupun intubasi trakea dipantau secara
ketat dan berkala. Pada jalan napas spontan, pemantauan dilakukan
melalui gejala/ tanda: terdengar suara napas patologis, Pada napas
terkendali: tekanan positif inspirasi meningkat
 Oksigenasi
 Kadar zat asam didalam udara / gas inspirasi didalam darah. Terutama pada
anesthesia umum inhalasi. Dengan cara:
1. memeriksa kadar oksigen inspirasi (pulse oxymetri)
2. oksigenasi darah, diperiksa secara klinis dengan melihat warna darah luka operasi
dan permukaan mukosa, secara kualitatif dengan alat pulse oxymetri dan
pemeriksaan analisis gas darah
 Ventilasi
 Memantau keadekuatan ventilasi. Dengan cara: mengawasi gerak dada,
memantau end tidal Co2 terutama pada operasi lama, jika ventilasi dengan
dengan alat bantu napas mekanik >> gunakan system alarm yang memberi tanda
bila nilai ambang tekanan terlampaui.
 Sirkulasi
 Memastikan fungsi sirkulasi adekuat, dengan cara menghitung
denyut nadi, mengukur tekanan darah secara non invasive
(tensimeter), mengukur tekanan darah secara invasive, EKG dan
disertai oksimeter denyut, menilai produksi urin, mengukur tekanan
vena sentral dengan kanulasi vena sentral
 Suhu Tubuh
 Mempertahankan suhu tubuh
Monitoring Standar
 Rekam medis sebelum melakukan tindakan anastesia sangat penting diketahui, apakah
pasien dalam keadaan segar bugar atau sedang menderita penyakit sistemik.
 Monitoring dasar pada pasien dapat dilakukan monitoring tanpa alat atau dengan alat
sederhana seperti stetoskop dan tensimeter secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
 Monitoring standar atau minimal yaitu dengan stetoskop perikordial/ esofageal, manset
tekanan darah, ekg, oksimetri dan termometer.
 Semua peralatan harus diperiksa apakah bekerja cukup baik atau tidak sebelum digunakan.
 Monitoring Kardiovaskular (non-invasive dan invasive)
 Monitoring Respirasi
 Monitoring Suhu Badan
 Monitoring Ginjal
 Monitoring Blokade Neuromuskular
 Monitoring Sistem saraf
Monitoring Kardiovaskular
 Non-invasiif  Invasive
1. Nadi:
Biasanya dikerjakan untuk bedah khusus atau pasien
 Dapat dilakukan dengan palpasi arteri radialis, brakialis,
keadaan umum kurang baik
femoralis atau karotis. Dapat juga dengan auskultasi dengan
menempelkan stetoskop di dada atau dengan kateter khusus
melalui esofagus. Tetapi kedua cara ini terbatas karena tidak 1. Dengan kanulasi a.radialis, a.femoralis, a.karotis
dapat melakukan secara terus menerus mengetahui tekanan darah pasien
 Monitoring terhadap nadi secara kontinyu dapat dilakukan
menggunakan alat seperti EKG atau oksimeter yang disertai 2. Dengan kanulasi vena sentral, v.jugularis, v.subklavia,
alaram v.femoralis mengetahui tekanan vena sentral
2. tekanan darah (dapat diukur secara manual atau otomatis 3. Dengan kanulasi a.pulmonalis dapat menganalisa
dengan manset) curah jantung

3. Banyakanya perdarahan (monitoring perdarahan dapat


4. Pada bayi baru lahir menggunakan arteri atau vena
dilakukan dengan menimbang kain kasa ketika sebelum terkena
umbilikalis untuk memonitor ventilasi dengan kadar
darah dan sesudahnya, lalu mengukur darah di botol pengkur
pH, PO2, PCO2.
darah ditambah 10-20% untuk yang tidak dapat diukur.
Monitoring Respirasi

Tanpa Alat
Dengan cara inspeksi melalui gerakan dada perut baik saat bernafas spontan atau nafas kendali dan gerakan kantong cadang apakah sinkron. Untuk oksigenasi
warna mukosa bibir, kuku pada ujung jari dan darah pada luka bedah apakah pucat.

Stetoskop
Dengan stetoskop precordial atau esofageal dapat didengar suara pernafasan

Pulse Oxymetri
Dengan saturasi oksigen dapat mengetahui frekuensi nadi dan adanya disritmia

Kapnometri
Mengetahui secara kontinu kadar CO2 dalam udara inspirasi atau ekspirasi
Monitoring Suhu Tubuh

 Dilakukan pada bedah lama atau bayi dan  Letak:


anak kecil. Pengukuran suhu sangat penting
 Aksila
pada anak terutama bayi, karena bayi mudah
sekali kehilangan panas secara radiasi,  Oral-sublingual: pada pasien sadar
evaporasi, dan konduksi. sebelum anestesi
 Rektal : seperti thermometer aksila tapi
lebih panjang
 Nasofaring, esofageal: berbentuk kateter
 Lain-lain : jarang digunakan, misalnya
kulit, buli-buli, liang telinga
Monitoring produksi urin

 Untuk mengetahui sirkulasi ginjal (produksi urin)


 Normal < 0,5-1,0 ml/kgBB/jam
 Pada operasi yang cukup lama sangan bermanfaat untuk menghindari retensi urin atau
distenti buli-buli.
 Harus hati-hati karena traumatis dan juga dapat mengundang infeksi sampai menyebabkan
pielonefritis.
 Bila produksi urine > 1 ml/kgBB/jam dan reduksi urine + 2, dicurigai adanya
hiperglikemia.
Monitoring Blokade Neuromuskular

Stimulasi saraf untuk mengetahui apakah relaksasi otot sudah cukup baik atau sebaliknya
setelah selesai anestesi apakah tonus otot sudah kembali normal dengan kriteria:
- Parameter non respirasi: kemampuan membuka mata, menjulurkan lidah, kekuatan pegang
tangan, mengangkat kepala sekurangnya 5 detik, dan kememampuan batuk secara efektif
- Parameter respirasi: volume tidal yang adekuat, kepasitas vital sekurang-kurangnya 15-20
ml/kgBB, kekuatan inspirasi pada tekanan negative 20-25 cmH2O.
Monitoring Sistem saraf

 Pada pasien sehat sadar oksigenasi pada otaknya adekuat kalau orientasi
terhadap personal, waktu dan tempat baik.
 Pada pasien tidak sadar monitoring terhadap SSP, dikerjakan dengan
cara memeriksa reflek pupil terhadap cahaya, respon terhadap trauma
pembedahan, respon respon otot apakah ralaksasi cukup baik atau tidak.
Monitoring Khusus
 Monitoring tambahan biasanya digunakan pada bedah mayor atau bedah khusus seperti
jantung, bedah otak posisi telungkup atau duduk.
 Ketiga alat yang digunakan ialah oksimeter denyut, infra red CO2, dan analisa zat
anestetik. Akan tetapi ketiga alat ini ada yang memasukan kedalam monitoring standar.
TERIMA KASIH
Daftar pustaka

 Latief S, Suryadi K, Dachlan M. Petunjuk praktis anestesiologi. Edisi ke-2. Bagian


anestesiologi dan terapi intensif fakultas kedokteran universitas Indonesia. Jakarta; 2007.

Anda mungkin juga menyukai