Anda di halaman 1dari 18

IDEALISME

Kelompok 2
Lahirnya Aliran Idealisme
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh Plato (427-347
SM). Aliran idealism ini berkembang di kota Athena karena adanya peperangan yang membuat
perdagangan dan perniagaan tumbuh subur sehingga orang-orang asing singgah di kota tersebut dan
menimbulkan gagasan baru.

Gagasan baru tersebut dapat mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan & nilai-nilai
tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar (para Shopis). . Puncak jaman
idealisme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode idealisme.

Idealisme ditumbuh kembangkan dalam dunia pemikiran modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene
Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804) dan George W. F.
Hegel (1770-1831).
Pengertian Idealisme
Idealisme berasal dari kata “idea” yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa dan “isme” yang berarti
paham/ pemikiran.

Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh).Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu
angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea.
Alasan terpenting dari aliran ini ialah manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari
materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi
hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaannya saja.
Tokoh-tokoh Filsafat Idealisme
◦ Plato (477 -347 Sb.M)
◦ Pascal (1623-1662)
◦ Immanuel Kant (1724 -1804)
◦ J. G. Fichte (1762-1914 M.)
◦ G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)
◦ F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)
Plato (477 -347 Sb.M)
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam
mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia
dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah
mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti,
sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur,
mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-
hari.
Pascal (1623-1662)
Immanuel Kant (1724 -1804)
Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana
paham ini menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh
tidak dianggap sebagai miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu
adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis
transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu itu
datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah
pengalaman.
J. G. Fichte (1762-1914 M.)
Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan).
Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek
benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek tersebut,
manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah
proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek
itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.
G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)
Pusat filsafat Hegel ialah konsep Geist (roh; spirit) suatu istilah yang
diilhami oleh agamanya. Istilah ini agak sulit dipahami. Roh dalam
pandangan Hegel adalah sesuatu yang real, kongkret, kekuatan yang
objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai “World of Spirit
(Dunia roh) yang menempatkan ke dalam objek-objek khusus. Di
dalam kesadaran diri, roh itu merupakan esensi manusia dan juga
esensi sejarah manusia.
Tipe-tipe Filsafat Idealisme
1. Idealisme Subjektif
2. Idealisme Objektif
3. Idealisme Personal
4. Idealisme Rasional
5. Idealisme Etis
6. Idealisme Estetis
7. Idealisme Religius
Idealisme Subjektif
Idealism jenis ini kadang-kadang dinamakan mentalisme atau fenomenalisme. Seorang idealis subjektif
akan mengatakan bahwa akal dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada, tetapi
hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya. Idealisme ini diawali oleh Berkeley yang lebih suka
menamai filsafatnya dengan nama immaterialisme. .Menurut Hegel, arti, makna, atau nous bukanlah
sesuatu yang dimiliki tiap-tiap manusia, melainkan manusia menjadi alat nous yang meliputi seluruh alam
semesta. Perbuatan seseorang bukan berdasarkan kecakapannya sebagai individu, melainkan merupakan
perbuatan nous yang mempergunakannya sebagai alat. Filosof yang meniti karir berfilsafatnya dimulai dari
seminar, yaitu suatu pendidikan tinggi keagamaan. Dalam karya-karya pertamanya, Hegel berusaha untuk
mendampingkan filsafat dengan kristianitas.
Idealisme Objektif
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia
persepsi, dunia penglihatan, suara dan benda-benda individual. Dunia yang konkret ini adalah temporal
dan rusak dan bukan dunia sesungguhnya, melainkan sebagai bayangan atau penampakan saja. Kedua,
terdapat alam di atas alam benda, yaitu alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.
Idealisme Personal
Personalisme muncul sebagai proses terhadap materialism mekanik dan idealism monistik.Bagi seorang
personalis,realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan
tetapi seseorang,suatu jiwa atau seorang pemikir.
Idealisme Rasional
Menurut idealisme rasional, hakikat manusia adalah kesanggupan untuk berpikir. Aristoteles (380-322
SM) menggolongkan jiwa vegatatif, animal, dan human ke dalam jiwa manusia. Jiwa manusia
menunjukkan cirri-ciri yang khas. Kesanggupan manusia untuk berpikir disebut nous (budi).
Idealisme Etis
Menurut idealism etis, hakikat manusia adalah kemauannya. Manusia primer dipandang sebagai mahkhluk
social. Kant (1724-1804) pernah mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat diperalat,
kecuali manusia sebagai makhluk berbudi merupakan tujuan terhadap dirinya sendiri. Dengan perkataan
lain, manusia bukan diperalat, melainkan memperalat. Menurut Kant, hukum kesusilaan tidak datang dari
luar diri manusia, tetapi datang dari budinya sendiri.
Idealisme Estetis
Memandang perasaan sebagai hakikat manusia.menurut Goethe (1749-1832), kenyatan merupakan karya
kesenian, demikian pula kehidupan manusia. Berdasarkan pembawaannya yang wajar, manusia harus
menjadi keperibadian yang selaras dengan seluruh kosmos.
Idealisme Religius
Idealisme religious memandang kepercayaan sebagai hakikat manusia. Memurut Plato (427-347 SM),
manusia dengan erosnya, senantiasa menuju pada idea-idea bersifat rohani. Sebenarnya, kehidupan di
dunia adalah maya. Kehidupan yang sejati hanya ditemukan di dalam idea, yaitu Tuhan merupan idea
tertinggi. Agustinus (354-430) memandang Tuhan sebagai ruh yang menciptakan idea-idea itu.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
◦ Penarapan nilai idealisme dalam keseharian bisa dilakukan dengan adanya pembentukan pada progress
ketika ingin mencontek hasil ujian teman di sekolah. Melalui keyakinan tinggi bahwa jawaban kita
menjadi jawaban terbaik atas hasil belajar, dengan menghindari contekan merupakan bagian idealisme.

◦ penerapan nilai idealisme yang inividu ini misalnya saja saat melakukan kegiatan tepat waktu dan
konsisten menjalan rutinitas yang baik, seperti mengaji, belajar, dan lain sebaginya. Penarapan
kedisiplinan tersebut akan membuat seseorang memiliki karakter, yang mana serangkaian pembentukan
karakter inilah menjadi dorongan untuk bersikap idealisme.

◦ yang bisa disebutkan dalam prilaku idealisme mahasiswa misalnya saja saat melakukan protes kepada
kebijakan, seperti demontrasi. Saat terjadi demontrasi oleh mahasiswa disinilah letak idealisme
diterpakan, dengan tidak terpengaruh lingkungan, bayaran, ataupun peranan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai