Anda di halaman 1dari 28

PASAR FAKTOR PRODUKSI:

TENAGA KERJA DAN TANAH


Untuk memproduksi barang dan jasa
perusahaan membutuhkan beberpa faktor
produksi, yaitu:

 Tenaga kerja, dengan balas jasa berupa upah


atau gaji (wage/salary)
 Barang modal (mesin dan tanah), dengan balas
jasa berupa sewa (rent)
 Uang, dengan balas jasa berupa bunga
(interest)
1. Konsep dasar untuk
menganalisis faktor produksi

 Faktor produksi sebagai permintaan turunan (derived


demand)
 Hubungan antar faktor produksi (substitusi atau
komplemen)
 Hukum pertambahan hasil yang makin menurun (the
law of diminishing return)
 Efek substitusi dan efek output (substitution and
output effect)
a) Faktor Permintaan terhadap suatu barang dikatakan
produksi sebagai sebagai permintaan turunan (derived demand) bila
permintaan terhadap barang tersebut sangat
permintaan tergantung pada permintaan terhadap barang lain.
turunan (derived Demikianlah halnya terhadap tenaga kerja dan
demand) tanah. Permintaan terhadap tenaga kerja sangat
tergantung pada permintaan terhadap barang dan
jasa. Makin besar permintaan terhadap barang
dan jasa, makin besar permintaan terhadap
tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi. Permintaan terhadap tanah juga sangat
tergantung pada permintaan barang dan jasa,
misalnya pada gedung perkantoran. Makin besar
permintaan terhadap jasa gedung perkantoran dan
perdagangan, permintaan terhadap tanah makin
besar pula.
b) Faktor Hubungan antar faktor produksi
produksi dikatakan bersifat substitusi bila
substitusi dan penambahan penggunaan faktor
komplemen produksi yang satu mengurangi
(substitutable penggunaan faktor produksi yang lain.
and complement
Mesin merupakan substitusi tenaga
kerja bila penambahan penggunaan
input)
mesin mengurangi penggunaan tenaga
kerja (manusia). Sebaliknya mesin dan
tenaga kerja bersifat komplemen, bila
penambahan penggunaan mesin
menambah penggunaan tenaga kerja.
c) Hukum Sama halnya dengan konsumsi, penambahan
pertambahan penggunaan faktor produksi pada awalnya juga
memberikan tambahan hasil yang besar,
hasil yang makin namun makin lama dengan tingkat
menurun (Law of pertambahan yang makin menurun.
diminshing
return)
d) Efek Analisis efek output substitusi (substitution
effect) dalam pasar faktor produksi, analogis
substitusi dan dengan efek substitusi pada teori perilaku
efek output konsumen. Jika terjadi kenaikan harga sebuah
faktor produksi, maka penggunaan input
(substitution tersebut dikurangi. Untuk menjaga tingkat
and output output, perusahaan menggunakan lebih banyak
faktor produski lain yang harganya relatif lebih
effect) murah.
2. Faktor-faktor penentu permintaaan
terhadap faktor produksi

a. Harga faktor produksi

yaitu upah dan gaji untuk tenaga kerja atau sewa untuk barang
modal dan tanah. Jika faktor produksi bersifat normal,
makin murah harganya, makin besar jumlah yang diminta.
Dalam kasus khusus, turunnya harga faktor produksi justru menurunka
jumlah yang diminta (inferior). Atau pada saat harganya naik,
permintaannya justru meningkat (analogis barang Giffen).
b. Permintaan terhadap output

Makin besar skala produksi,


makin besar permintaan terhadap input.
Kecuali input tersebut telah bersifat inferior.
c. Permintaan
terhadap faktor
produsi lain
Makin besar skala produksi,
makin besar permintaan terhadap input.
Kecuali input tersebut telah bersifat inferior.

Pengaruh perubahan harga suatu faktorproduksi terhadap


permintaan faktor produksi lainnya sangat berkaitan d. Harga
dengan sifat hubungan antar faktor produksi. faktor
Permintaan terhadap suatu faktor produksi akan produksi
meningkat, bila harga faktor produksi substitusinya lain
makin mahal. Permintaan terhadap faktor produksi
akan menurun, jika harga faktor produksi
komplemennya makin mahal.
d. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi mempunyai dampak yang mendua


terhadap permintaan faktor produksi. Dalam arti kemajuan
teknologi dapat menambah atau mengurangi permintaan
terhadap faktor produksi. Jika kemajuan teknologi
meningkatkan produktivitas maka permintaan terhadap faktor
produksi meningkat. Kemajuan teknologi yang bersifat padat
modal meningkatkan produktivitas barang modal, sehingga
permintaan terhadapnya meningkat. Sebaliknya kemajuan
tersebut menurunkan permintaan terhadap tenaga kerja, bila
hubungan keduanya substitutif.
3. Penawaran faktor produksi
Penawaran tenaga kerja adalah total jumlah
keinginan kerja (jam kerja) yang diberikan oleh
Penawaran seluruh individu yang ingin bekerja (angkatan
tenaga kerja kerja) yang ada dalam pasar. Keputusan
seseorang incividu untuk bekerja berkaitan
dengan sejauh mana dia ingin mengalokasikan
waktu untuk bekerja dan tidak bekerja

Bersifat inelastis sempurna,


Penawaran karena jumlah tanah terbatas.
tanah Apalagi bila dikaitkan dengan
kriteria kesuburan dan lokasi
tanah. Karena itu kurva
penawaran tanah tegak lurus
sejajar sumbu harga.
DIAGRAM 12.1
KURVA PENAWARAN TENAGA KERJA
INDIVIDU DAN PASAR

Upah (W) Upah (w)

Backward ME
Bending
SL Labour supply

curve Sp = S1 + S2 + S3
W
S2 S3
S1

I Jam Kerja 0 Jam Kerja


DIAGRAM 12.2
KURVA PENAWARAN TENAGA KERJA KELUARGA MISKIN

upah

Jam Kerja Ayah

W1 A
Jam Kerja Ibu
Jam Kerja Anak
W2 B C
E
W3 Penawaran
D Tenaga Kerja

0 I1 I2 I3 Jam Kerja
4. Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Persaingan
Sempurna

a. Permintaan tenaga kerja dalam model satu faktor produksi variabel


Model permintaan tenaga kerja dalam satu faktor
produksi variabel mengansumsikan hanya tenaga kerja yang dapat
diubah-ubah jumlah penggunaannya. Keputusanpenggunaan tenaga
kerja oleh perusahaan ditentukan dengan membandingkan biaya
marjinal dan penerimaan marjinal dari penambahan satu tenaga kerja.
Biaya marjinal dari penambahan penggunaan satu tenaga kerja adalah
upah tenaga kerja (W) karena posisi perusahaan adalah penerima
harga. Penerimaan marjinal tenaga kerja (marginal revenue product
atau MRPL) adalah produksi marjinal dikalikan harga jual
output(MPxP). Diagram 12.3 menunjukkan bahwa kurva
MRPL(diagram 12.3.b) adalah kurva MP (diagram 12.3.a) dikali harga
jual (P).
DIAGRAM 12.3
KURVA MP DAN MRP KERJA

MP (Unit output) MRPL (Rupiah)

MP
MRL
Tenaga Kerja Tenaga Kerja
(a) (b)
Diagram 12.4
Permintaan Terhadap Tenaga Kerja
Sebagai Faktor Produksi Variabel

Pergeseran
upah upah kurva
Pergeseran permintaan
kurva
permintaan

W1 Pergerakan
sepanjang
W kurva
permintaan
SL
W2 Pergerakan
MRPL2 sepanjang
D2
kurva D1
permintaa
MRPL1 n

0 I 1 I2 I3 Tenaga Kerja 0 Tenaga Kerja


A. Permintaan tenaga kerja B. PERMINTAAN TENAGA
perusahaan KERJA INDUSTRI
B. Dalam model ini DIAGRAM 12.5
penambahan tenaga kerja dapat PERMINTAAN TERHADAP TENAGA
diimbangi dengan penambahan KERJA . JIKA TENAGA KERJA DAN
faktor produksi lainnya BARANG MODAL VARIABEL
(mesin). (MULTI VARIABEL INPUT MODEL)
upah upah

SL1
SL2 MRPL1

w1 .................................w A
1
w2 .. ..........................
w2 B
C

DL
DL1

MRPL2
0 L1 L2 Tenaga Kerja 0 I1 I2 I3 Tenaga Kerja
5. Pasar tenaga kerja berstruktur Monopoli
(Monopolistic Labour Market)

Tenaga kerja dapat memiliki daya monopoli


faktor produksi, misalnya dengan membentuk
serikat pekerja (labour union). Dengan adanya
monopoli, serikat pekerja dapat menentukan
beberapa tingkat upah sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
DIAGRAM 12.6
PASAR TENAGA KERJA BERSTRUKTUR MONOPOLI

upah

Wh
SL

Wp
Wm

MR
DL

Lm Lk Lp Tenaga Kerja
6. Monopsoni (monopsony )

Monopsoni (monopsony ) adalah suatu keadaan dimana dalam pasar paktor produksi ( tenaga kerja ) hanya ada
satu pembeli ( single buyer ).
Bila perusahaan bergerak dalam pasar paktor produksi persaingan sempurna, keseimbangan perusahaan tercapai
pada saat MRPL = DL = W setiap penambahan penggunaan satu tenaga kerja akan menambah biaya sebesar
upah (W) yang kita sebut pengeluaran marjinal ( marjinal expenditure atau ME ). Karena posisi perusahaan
adalah penerima harga, pengeluaran marjinal adalah sama dengan pengeluaran rata-rata ( aperage expenditure
atau AE ). Singkatannya, keseimbangan perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan sempurna tercapai
bila MRPL = W=ME=AE.
Tetapi jika perusahaan mempunyai daya monopsoni, untuk mencapai kondisi keseimbangan, upah yang di
tetapkan lebih kecil dari ME. Secara matematis hal ini dapat dibuktikan seperti di bawah ini
Jika pungsi penawaran tenaga kerja adalah W=F(X), dimana W adalah tingkat upah X adalah jumlah tenaga
kerja yang ditawarkan, maka pengeluaran total ( total expenditure atau TE) untuk mempekerjakan sejumlah
tenaga kerja :

TE= W.X ..............................................................................................................(12.1)


Untuk menambah satu tenaga kerja, maka biaya marjinalnya adalah ME =

Dari persamaan (12.2) terlihat bahwa ME > W, yang secara grafis ditunjukan oleh
diagram 12.7 berikut ini.
Diagram 12.7
Pasar tenaga kerja bersetruktur monopsoni
upah

ME

Wh SL =AE

Wp
Wm

SL = MRPL

Lm Lp Tenaga Kerja
Dari diagram 12.7 juga terlihat keseimbangan monopsonis tercapai bila ME =MRP L (Lm) lebih

sedikit dibanding (Lp).

f
7. Monopoli bilateral ( bilateral monopoly)

Kondisi monopoli bilateral (bilateral monopoly) terjadi bila pekerja memiliki daya
monopoli, misalnya melalui serikat pekerja., sementara perusahaan memiliki
daya monopsoni. Tingkat upah ditentukan melalui perundingan antar serikat
pekerja dan perusahaan diagram 12.8 menunjukan bahwa interval tingkat harga
adalah
Ws (tingkat harga yang ditentukan monopsonis)
Wm (tingkat harga yang di inginkan monopolis).
Wp yang sama dengan tingkat upah pada pasar persaingan sempurna
Diagram 12.8 monopoli bilateral
upah
ME

SL =AE
Wm
Wp

Ws
DL = MRPL

MR
Ls L m LP Tenaga Kerja
8
.
P
asr
T
a
n
a
h

(l
a
n
d

m
a
rket)

David richardo ( ekonom inggris abad 19) adalah ekonom


pertama yang membahas mekanisme penentuan harga
sewa tanah untuk pertanian. dia mengatakan bahwa
pertama kali digunakan adalah tanah yang paling subur.
Tetapi tanah subur relatif terbatas (fixed supplied) maka
jika kebutuhan pangan makin besar, maka permintaan
tanah makin besar pula.
Apa yang di ungkapkan oleh richardo dapat digambarkan
dalam model penentuan sewa tanah berikut ini
Diagram 12.9
Penapsiran teori richardo tentang sewa tanah
Dalam analisis teori keseimbangan produsen

Rp Rp
Laba super Laba super
normal normal MC MC
MC AC
B AC AC
P P
B A
B
A P
C C
A C

0 0 0
Q Kuantitas Kuantitas
Q Q Kuantitas

(c)
(a) (b)
Tanah subur menimbulkan Tanah kesuburan sedang Tanah tidak subur menimbulkan
biaya produksi rendah biaya produksi tinggi

a. Model sawah tanah Richardo ( Richardian Model)

1) Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah dibagi menjadi tiga kelas. Subur,sedang dan tidak subur
2) Jumlah tanah yang subur lebih sedikit dari tanah yang sedang, dan jumlah tanah yang paling banyak
adalah tanah yang tidak subur
DIAGRAM 12.10
PENAPSIRAN TEORI SEWA TANAH RICHARDO
DALAM ANALISIS PASAR FAKTOR PRODUKSI

Harga Harga Harga


s1 s2
s3
R1

R3
MRP1 MRP3
0 0 0
Tanah Tanah Tanah

(a) (b) (c)


Tanah subur Tanah kesuburan sedang Tanah tidak subur
A. Kontekstualisasi model richardo
apa yang disampaikan Richardo lebih dari seratus tahun yang lalu
memberikan peralatan analisis kepada generasi kita untuk memahami
gejala membubungnya tingkat harga jual atau sewa tanah di era modern ini.
Apa yang di ungkapkan richardo mengajarkan bahwa karena penawaran
tanah inelastis sempurna, maka penentuan harga jual atau sewa semata
mata di tentukan oleh sisi permintaan (demand determined prices).
Sama halnya dengan paktor produksi lainnya, permintaan tanah ditentukan
oleh produktifitasnya (MRPL). Diagram 12.11 menunjukan bila produktifita
s tanah meningkat (MRP1 MRP2 ), harga sewa meningkat dari R1 ke R2.
Diagram 12.11
Perubahan harga sewa tanah
karena perubahan permintaan (MRP)

Harga

S1 tanah

R2

R1

MRP2

MRP1
0
Tanah

Dalam era modern, produktivitas tanah diukur dari seberapa besar output yang
Dihasilkan. Misalnya untuk usaha sewa rumah
Mengapa permintaan lebih besar? Sebab bagi para penghuni rumah yang berada pada
jalur transportasi jalur utama.

Anda mungkin juga menyukai