2022/2023 PS. MLIE Politeknik APP Jakarta Beraneka ragam definisi mengenai kualitas dikarenakan perbedaan perspektif atau pandangan yang digunakan, • Crosby, mendefinisikan sebagai sama dengan persyaratannya. • Deming menyatakan kualitas merupakan suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan kebergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar. • Jurang , mengartikannya cocok untuk digunakan (fitness for uses), dan definisi memiliki 2 aspek utama : 1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan, meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual dan mampu bersaing, meningkatkan pangsa pasar. 2. Bebas dari kekurangan, perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan produksi, mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi biaya garansi, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi waktu pengiriman produk ke pasar, meningkatkan hasil dan kapasitas, dan memperbaiki kinerja penyampaian produk atau jasa. Perspektif terhadap kualitas David Garvin, mengidentifikasi adanya 5 dimensi alternatif perspektif kualitas, yaitu 1. Transcendenfal Approach Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan, biasanya diterapkan dalam seni musik, tari, drama dan seni rupa. 2. Product-based Approach Kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. 3. User-based Approach Didasarkan kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya perceived quality) 4. Manufacturing-based Approach Kualitas sebagai sama dengan persyaratannya (conformance to requirements), jadi kualitas ditentukan standar-standar yang ditetapkan perusahaan 5. Value-based Approach Memandang kualitas dari segi nilai dan harga, dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif, produk atau jasa yang paling bernilai adalah produk/jasa yang paling tepat dibeli (best buy) Sejarah singkat mengenai kualitas Kualitas sebagai suatu konsep sudah lama dikenal, tetapi kemunculannya sebagai fungsi manajemen sebagai pendekatan modern, Garvin membagi kualitas dalam 4 era, yaitu : 1. Inspeksi, pendekatan ini mulai diterapkan pada permulaan abad 19, pengembangan kualitas mencakup beberapa model yang seragam dari suatu produk untuk mengukur kinerja sesungguhnya. Sejak awal abad 20, kegiatan inspeksi dikaitkan dengan formal dengan pengendalian kualitas sebagai fungsi manajemen yang berbeda. 2. Pengendalian Kualitas Statistikal, mengembangkan teknik statistik untuk melakukan sampling sejumlah item di setiap kelompok produksi, dipergunakan untuk menghindari inspeksi yang membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang lebih besar. 3. Jaminan Kualitas, dalam era ini terdapat 4 konsep baru, yaitu biaya kualitas, pengendalian kualitas terpadu (total quality control), reliability engineering dan zero defect. 4. Manajemen Kualitas Strategi, pengalaman perusahaan perusahan Jepang, pengalaman perusahaan perusahaan Amerika dan Eropa dan Obsesi kualitas menyeluruh. Tahun 1987 dipandang sebagai awal dari era kualitas ke-5., yang mendasari adalah konsep kualitas absolut dari zero defect, yang juga sering disebut kualitas menyeluruh (total quality) dengan menerapkan konsep total quality control yang didorong oleh Total Quality Management (TQM) Sumber Kualitas, Paling tidak ada 5 sumber kualitas yang biasa dijumpai, yaitu :
1. Program, kebijakan dan sikap yang melibatkan komitmen dari
manajemen puncak. 2. Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail. 3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum dilepas ke pasar. 4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara dengan baik 5. Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama. Definisi dan Pandangan Terhadap Biaya Kualitas • Biaya Kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin terjadi karena kualitas yang buruk, jadi biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. • Biaya kualitas dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu : 1. Biaya pencegahan (prevention cost) 2. Biaya deteksi/ penilaian (detection/ appraisal cost) 3. Biaya kegagalan internal (Internal failure cost) 4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost) Biaya pencegahan. Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan, biaya ini berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, pemeliharaan sistem kualitas. Ada beberapa macam biaya, yaitu : 1. Teknik dan perencanaan kualitas 2. Tinjauan produk baru 3. Rancangan proses atau produk 4. Pengendalian proses 5. Pelatihan 6. Audit kualitas. Biaya Deteksi Penilaian Biaya yang tejadi untuk menentukan apakah produk/jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan atau kerusakan sepnjang proses proses perusahaan,misalnya mencegah pengiriman barang-baran yang tidak sesuai dengan persyaratan kepada para pelanggan, yang termasuk a.l : 1. Pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dibeli 2. Pemeriksaan dan pengujian produk 3. Pemeriksaan kualitas produk 4. Evaluasi persediaan Biaya Kegagalan Internal Biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa dikirimkan ke pihak luar (pelanggan), pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan pabrik. Biaya kegagalan internal terdiri atas beberapa jenis biaya, yaitu : 1. Sisa bahan (scrap) 2. Pengerjaan ulang 3. Biaya untuk memperoleh material (bahan baku) 4. Factory contact engineering Biaya Kegagalan Eksternal Adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan, dan penurunan pangsa pasar. Biaya kegagalan eksternal terdiri atas beberapa macam biaya diantaranya adalah : 1. Biaya penanganan keluhan selama garansi 2. Biaya penangan keluhan diluar masa garansi 3. Pelayanan (servis) produk 4. Product liability 5. Biaya penarikan kembali produk. Pandangan Terhadap Biaya Kualitas Ada tiga kategori pandangan yang berkembang mengenai biaya kualitas. 1. Kualitas yang makin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi pula 2. Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan 3. Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi bila produk atau jasa yang dihasilkan secara benar sejak awal. Mutu dan Persaingan • Dalam era teknologi maju, tidak ada satupun perusahaan yang tidak terkena dampak globalisasi, bukan hanya perusahaan besar dan multinasional, tetapi perusahaan kecil juga menghadapi persaingan global. • Perhatian suatu perusahaan tidak terbatas pada produk atau jasa yang dihasilkan saja, tetapi juga aspek proses, sumber daya manusia, dan lingkungan. • Saat ini perhatian terhadap aspek lingkungan hidup semakin besar, melalui eco-labeling, green marketing, dan gerakan cinta lingkungan. • Kompleksitas persaingan suatu industri menyebabkan setiap perusahaan harus selalu berusaha meningkatkan kualitasnya agar kepuasan pelanggan dapat terwujud. • Deming lebih fokus pada kemampuan pasar, sehingga lebih menekankan pada aspek beaya produksi yang rendah dengan kualitas barang yang bermutu dengan harapan dapat diminati dan terjangkau oleh oleh pasar. Hal inilah yang terjadi di Jepang saat ini. Barang-barang produksi Jepang bersifat kompetitif dan dijual lebih murah untuk merebut pasar, sementara mutu barang produksi Jepang sangat tinggi terutama dalam bidang otomotif dan elektronika. Itu sebabnya Deming dikenal di Jepang sebagai bapak total total quality management. • Deming menganjurkan penggunaan SPC (yang dikembangkan pertama kali oleh Shewhart) agar perusahaan dapat membedakan penyebab sistematik dan penyebab khusus dalam menangani kualitas. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan industri. • Kontribusi utama yang membuatnya terkenal adalah Deming Cycle, Deming Fourteen Points, dan Seven Deadly Diseases. Siklus Deming (Deming Cycle) • Siklus Deming ini dikembangkan untuk menghubungkan antara produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan, dan memfokuskan sumber daya semua departemen (riset, desain, produksi, pemasaran) dalam suatu usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. • Tahap-tahap dalam Siklus Deming terdiri dari: • Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (Plan). • Menghasilkan produk (do) • Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (Check). • Memasarkan produk tersebut (act). • Menganalisis bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal kualitas, biaya, dan criteria lainnya (analyze). Komponen-komponen penunjang daya saing • Dalam konteks suatu negara, indikator status daya saing sering digunakan adalah : 1. Standar hidup; berupa Gross Nasional Product (GNP) 2. Investasi, yaitu persentase GNP yang ditanamkan dalam sektor pendidikan, peralatan, fasilitas dan riset pengembangan. 3. Produktivitas pemanufakturan, yaitu jumlah output yang dihasilkan oleh setiap karyawan sektor manufaktur. 4. Perdagangan, yaitu pertumbuhan ekspor dan surplus perdagangan. Komponen Dasar dalam mendukung peningkatan daya saing, meliputi : 1. Kebijakan Industri Untuk menciptakan keunggulan kompetitif berkelanjutan diperlukan kerjasama yang harmonis antara pemerintah dan sektor swasta, hubungan tersebut dituangkan dalam bentuk kebijakan industri yang bertujuan untuk menyediakan insentif yang dapat mendorong bisnis yang mengarah pada peningkatan daya saing. 2. Teknologi Teknologi merupakan penjelmaan secara fisik dari pengetahuan, oleh karena itu, didalam lingkungan kompetitif dimana pengetahuan menduduki peranan vital, teknologi yang dirancang dengan baik guna memperluas kemampuan manusia dapat meningkatkan daya saing organisasi. 3. Sumber Daya Manusia Perlu memilih dan mengorganisasi sumber daya manusia sebagai upaya pengembangan ekonomi, strategi dalam mengelola sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing dipasar global. Strategi tersebut antara lain: 1. Kerjasama di antara perusahaan, tenaga kerja dan pemerintah; 2. Pendidikan dan pelatihan yang sesuai dan berkualitas; 3. Keterlibatan dan empowerment karyawan; 4. Kepemimpinan pada setiap level; 5. Kerjasama tim. Budaya Kualitas Sebagai Penunjang Daya Saing Budaya mengandung berbagai aspek pokok (Bounds, et.al., 1994), seperti : • Budaya merupakan konstruksi sosial unsur-unsur budaya seperti nilai-nilai, keyakinan dan pemahaman, yang dianut oleh semua anggota kelompok. • Budaya memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam memahami suatu kejadian • Budaya berisi kebiasaan atau tradisi; • Dalam suatu budaya, pola nilai-nilai, keyakinan, harapan, pemahaman, dan perilaku timbul dan berkembang sepanjang waktu • Budaya mengarahkan perilaku : kebiasaan atau tradisi merupakan perekat yang mempersatukan suatu organisasi dan menjamin bahwa para anggotanya berperilaku sesuai dengan norma. • Budaya masing-masing organisasi bersifat unik. • Budaya organisasi adalah perwujudan sehari-hari dari nilai-nilai dan tradisi yang mendasari organisasi tersebut, hal ini terlihat pada bagaimana karyawan berperilaku, harapan karyawan terhadap organisasi dan sebaliknya, serta apa yang dianggap wajar dalam hal bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaannya. • Sedangkan budaya kualitas adalah sistem nilai organisasi yang manghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus menerus (Goetsch dan Davis, 1994). Sumber Referensi • Tjiptono, Fandy, Diana, Anastasia, Total Quality Management, Penerbit Andi Yogyakarta, 2003