Anda di halaman 1dari 53

ADMINISTRASI

PEMERINTAHAN DAERAH
Prasetyo Isbandono
ADMINISTRASI PEMDA
SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH DI
INDONESIA
(Dalam Koridor UU23/2014)
Mengapa masyarakat kecewa?
Monopoli 1%

Tidak ada alasan 3%

Sarana prasarana 5%

Pembanding 9%

Produk Buruk 14%

Pelayanan
Buruk 68%

Sumber : Ombudsman RI.


I. TATARAN FILOSOFIS
1. Kenapa Perlu Ada Pemerintah?

a. Untuk menciptakan “Law and Order”


(ketentraman dan ketertiban)
b. Untuk menciptakan “welfare”
(Kesejahteraan)

2. Kenapa Perlu Ada Pemerintah Daerah ?

a. Wilayah negara terlalu luas


b. Menciptakan kesejahteraan secara demokratis

4
BAGAIMANA MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN OLEH
PEMERINTAH

DEKONSENTRASI
(PEMERINTAH WILAYAH/FIELD ADMINISTRATION)
FUNCTIONAL FIELD
ADMINISTRATION;
KANDEP/KANWIL

INTEGRATED FIELD
ADMINISTRATION;
KEPALA WILAYAH
PEMERINTAH PUSAT

POWER SHARING

1. OTONOMI TERBATAS
(ULTRA VIRES)
2. OTONOMI LUAS (GENERAL
COMPETENCE)

DESENTRALISASI
(PEMERINTAH DAERAH)
DIMENSI DAN DERAJAT DESENTRALISASI
Desentralisasi penting utk :
 Stabilitas politik;
 Pemberian pelayanan yg efektif;
 Pengurangan kemiskinan;
 Keadilan. (Vista-Baylon dlm Campo & Sundaram, 2001 : 155).
INTISARI DESENTRALISASI :

1) Adanya transfer kewenangan dan tanggung jawab;


2) Mengenai fungsi-fungsi publik;
3) Dari Pemerintah Pusat;
4) Kepada suatu entitas, yang dapat berbentuk :
- Organisasi pemerintah subnasional;
- Badan pemerintah semi-otonom;
- Organisasi dan atau Pejabat pemerintah pusat di
luar ibukota Negara;
- Organisasi nonpemerintah.
Pemahaman tentang desentralisasi dapat ditarik dari empat
sumber grand theory yakni :
 teori pendelegasian kewenangan dilihat dari ilmu
administrasi publik;
 teori pembagian kekuasaan atau pemisahan kekuasaan
dilihat dari ilmu negara/ilmu pemerintahan. Berdasarkan
teori pembagian kekuasaan/pemisahan kekuasaan
Menurut pandangan Montesqieu dengan trias politicanya
maupun catur prajanya Van Vollen Hoven , kemudian
dilakukan pembagian kekuasaan secara internal di dalam
tubuh negara, dengan dua model yakni di negara unitaris dan
di negara federalis.
- teori eklektik yang menggabungkan antara teori pembagian
kekuasaan dan teori pendelegasian kewenangan.
POLA PENYERAHAN KEWENANGAN PEMERINTAHAN
DI NEGARA FEDERALIS DAN UNITARIS

NEGARA FEDERAL NEGARA UNITARIS

PEM PEM
FEDERAL PUSAT

DAERA
NEGARA NEGARA DAERAH
H
BAGIAN BAGIAN OTONO
OTONO
/PROV M
/PROV M
 Di negara federalis, kekuasaan pemerintahan NEGARA
BAGIAN/PROVINSI sangat luas mencakup kekuasaan eksekutif,
legislatif dan yudikatif.
 Di bawah pemerintah nasional terdapat entitas yang lebih kecil
berbentuk negara bagian (spt USA) atau provinsi (spt Canada).

 Di negara unitaris, kekuasaan pemerintahan yang ditransfer ke


daerah/local government hanyalah kekuasaan eksekutif.
 Dilihat dari isi transfer kewenangan pemerintahannya, negara
unitaris dapat dikelompokkan menjadi tiga klaster yakni:
a) negara unitaris yang sentralistik (spt China);
b) negara unitaris yang terdesentralisasi (spt Peranis, Jepang);
c) negara unitaris yang ultra-desentralistik (spt Indonesia,
Philipina, Pakistan, Eithopia).
Pengertian Desentralisasi

1. Menurut Rondinelli & Cheema (1983 : 18):


 dari sudut pandang kebijakan dan administrasi :
“Desentralisasi adalah transfer perencanaan, pengambilan
keputusan, atau otoritas administrative dari pemerintah
pusat kepada organisasinya di lapangan, unit -unit
administrative lokal, organisasi semi otonom dan
organisasi parastatal, pemerintahan lokal, atau organisasi
nonpemerintah”.
2. Litvack & Seddon (1999 :2) mengemukakan bahwa
desentralisasi adalah : “ transfer of authority and
responsibility for public function from central to sub-
ordinate or quasi-independent government organization or
the private sector “.
3. UU Nomor 22 Tahun 1999, pasal 1 huruf (e) menyebutkan
bahwa desentralisasi adalah : “ penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom
dalam kerangka NKRI”. Daerah Otonom, selanjutnya
disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yg
mempunyai batas daerah tertentu yang
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan NKRI
(pasal 1 huruf I UU 22/1999).
Dalam konteks UU Nomor 22 Tahun 1999, desentralisasi
diberikan kepada DAERAH OTONOM, bukan hanya kepada
PEMERINTAH DAERAH saja.

 Diperlukan desentralisasi internal dari Pemerintah Daerah


kepada unit-unit yang ada di dalam tubuh pemerintah daerah itu
sendiri dan atau kepada badan-badan semi otonom spt BUMD,
Badan otorita serta kepada Organisasi nonpemerintah seperti
sekolah, LSM, lembaga kesenian dlsb  menghadirkan otonomi.

HAKIKAT OTONOMI DAERAH ADALAH :


“MENYELESAIKAN MASALAH SETEMPAT
DENGAN CARA SETEMPAT OLEH ORANG
SETEMPAT”.
Pertimbangan Perlunya Kebijakan Desentralisasi

Rondinelli & Cheema (1983 : 14-16) mengemukakan berbagai


variasi argumentasi perlunya pendesentralisasian perencanaan
pembangunan dan administrasi di negara berkembang yaitu :

1) Menjadi sarana utk mengatasi berbagai keterbatasan


pengendalian terpusat perencanaan nasional dengan cara
delegasikan kewenangan yg lbh besar utk perencanaan
pembangunan dan manajemen kepada pejabat-pejabat yang
bekerja di lapangan, dekat dengan masalah.

2) Memotong berbagai prosedur yang menghambat, ciri dari


perencanaan dan manajemen terpusat.

3) Dengan mendesentralisasikan fungsi-fungsi dan tugas pejabat


pemerintah pada aras lokal, pemahaman dan kepekaan kpd
masalah dan kebutuhan lokal akan dapat ditingkatkan.
4. Memungkinkan penetrasi politik dan administrasi dengan lebih
baik mengenai kebijakan pemerintah pusat pada wilayah
yang dapat dikendalikan dari pusat.

5. Memungkinkan perwakilan yang lebih besar dari berbagai


variasi politik, agama, etnik, dan kelompok suku di dalam
pembuatan kebijakan pembangunan, sehingga
memungkinkan keadilan yg lebih besar di dalam alokasi
sumberdaya dan investasi pemerintah.

6) Membuka kesempatan pengembangan kapabilitas administrasi


yang lebih besar bagi institusi pemerintahan lokal dan swasta
di propinsi dan kabupaten/kota.

7) Efisiensi pemerintah pusat dapat ditingkatkan karena pekerjaan-


pekerjaan rutin dpt ditangani secara efektif oleh staf lapangan
atau pejabat lokal.
8) Memberikan sebuah struktur bagi berbagai kementerian dan
lembaga pemerintah pusat utk melakukan aktivitas
pembangunan serta koordinasi dengan pemimpin lokal dan
organisasi nonpemerintah di berbagai daerah.

9) Sebuah struktur pemerintahan yg terdesentralisasi diperlukan


utk melembagakan partisipasi warganegara dalam perencanaan
pembangunan dan manajemen.

10) Dengan menciptakan berbagai alat-alat alternative


pengambilan keputusan, desentralisasi barangkali dapat
mempengaruhi atau mengendalikan kegiatan pembangunan
yg dilakukan oleh elit local, yg biasanya tidak simpatik pada
kebijakan pembangunan secara
terpusat.
11) Desentralisasi dapat membuat administrasi menjadi lebih
luwes, innovative dan kreatif.

12) Desentralisasi perencanaan pembangunan & fungsi manajemen


memungkinkan pemimpin lokal untuk menentukan pelayanan
dan fasilitas secara lebih efektif dg komunitas.

13) Desentralisasi dapat meningkatkan stabilitas politik dan


persatuan nasional dengan memberi kesempatan kepada
kelompok-kelompok yang berbeda untuk mengambil
keputusan pembangunan.

14) Desentralisasi dapat meningkatkan jumlah pemberian


pelayanan barang dan jasa publik, dan dengan biaya yang lebih
rendah.
DILEMA YANG DIHADAPI

 Desentralisasi di Indonesia menimbulkan otonomi bagi kesatuan masyarakat


hukum subnasional di tingkat Propinsi, Kabupaten maupun Kota.

 Otonomi daerah berisi 4 (empat) hak dasar yakni :


a. hak untuk memilih pemimpinnya sendiri secara bebas;
b. hak untuk memiliki dan mengelola sumber keuangan dan kekayaannya
sendiri secara bebas;
c. hak untuk membuat aturan hukumnya sendiri secarabebas;
d. hak untuk mempunyai pegawainya sendiri secara bebas.

Kebebasan tsb tidak bersifat mutlak melainkan dibatasi


oleh:
* peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya,
* kepentingan nasional;
* kepentingan umum.
* kepatutan.
 Dalam pemilihan kepala daerah tidak pernah dimasukkan syarat
pro lingkungan, pro pembangunan berkelanjutan bagi bakal calon
KDH/Wakil KDH, melainkan lebih dituntut kemampuannya untuk
menaikkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Padahal Kepala Daerah memegang peranan kunci di dalam
pembangunan berkelanjutan.

 Di dalam membuat aturan, Daerah Otonom seringkali lebih


bersifat ego-kedaerahan, mengabaikan kepentingan daerah lain
maupun kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan sebagian
para penyelenggara negara/daerah menunjukkan gejala penurunan.

 Di dalam mengelola sumber keuangan dan kekayaan daerah, yang


nampak dalam pikiran pembuat kebijakan, legislator maupun para
perencana adalah angka-angka yang terus meningkat, tanpa
mempertimbangkan daya dukung masyarakat dan daya dukung
alam. Alam yang lebih banyak diam kemudian paling mudah
dieksploitasi untuk memenuhi keinginan manusia yang tidak ada
batasnya. Manusia sudah melupakan fungsi, karena lebih mengejar
gengsi. ( Bandingkan dengan kearifan lokal Suku Baduy).
 Pada sisi lain, sumber daya alam yang dijadikan sumber keuangan
jumlah dan jenisnya sangat terbatas, dan tidak bertambah banyak.
Sumber daya alam tsb ada yang dapat diperbaharui, ada yang tidak.

 Dilema yang muncul adalah :


* pertumbuhan ekonomi vs pelestarian lingkungan;
* kepentingan daerah vs kepentingan daerah lain maupun
kepentingan nasional;
* pemenuhan fungsi vs pemenuhan gengsi;
* pemenuhan kebutuhan vs pemenuhan keinginan;
* kepentingan individu vs kepentingan umum;
* pandangan pragmatis vs pandangan idealis;
* kepentingan sesaat vs kepentingan jangka panjang;
* pertimbangan politis vs pertimbangan lingkungan.
 Keberhasilan pembangunan daerah yang berkelanjutan dalam rangka
desentralisasi, ditentukan oleh :
a. pembuat kebijakan;
b. legislator;
c. perencana;
d. pelaksana teknis;
e. pemerhati lingkungan;
f. pengawas lingkungan;
g. pelaku ekonomi.
Dampak Desentralisasi

1. Dampak Positif

a. Dengan luasnya kewenangan bagi Daerah untuk mengatur dan mengurus


kepentingan masyarakat setempat, Daerah dapat lebih leluasa untuk
meraih kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan.

b. Dengan adanya perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah yang


relatif lebih maju dibandingkan masa lalu, Daerah memiliki sumber
dana yang relatif memadai untuk membuat masyarakat sejahtera.
Masalahnya lebih terletak pada cara untuk mengalokasikan dana yang
ada (manajemen pengeluaran). Selama ini Pemerintah Daerah lebih
banyak menaruh perhatian pada manajemen penerimaan.
c. Muncul pusat-pusat pertumbuhan baru;
d. Muncul kebanggaan kedaerahan;
e. Terpenuhinya sebagian kebutuhan dasar masyarakat seperti pendidikan,
kesehatan, penciptaan lapangan pekerjaan, fasilitas umum dlsb.
f. Terbangunnya secara bertahap sumberdaya manusia Daerah yang
berkualitas.
2. Dampak Negatif

a. Pengurasan sumber daya alam dan sumber potensi masyarakat


untuk mengejar pertumbuhan dan kemajuan;
b. Konflik kepentingan antar daerah;
c. Pembangunan berorientasi kepentingan jangka pendek dan
berskala lokal;
d. Dominasi pertimbangan politik;
e. Kesenjangan antardaerah dan antarmasyarakat;
f. Kerusakan lingkungan yang berdampak pada timbulnya bencana
alam dan munculnya varian penyakit baru.
g. Hilangnya flora dan fauna khas, yang dapat menjadi sumberdaya
alam terbarukan.
h. Erosi wawasan kebangsaaan.
i. Muncul penyakit moral yang baru yakni PEMBOROSAN.
Jalan keluarnya :

a. Membangun tanpa merusak;


b. Membangun berbasis pada sumberdaya alam yang dimiliki;
c. Membangun dengan bersahabat dengan alam, serta berupaya
sedikit mungkin memanipulasi alam;
d. Membangun dengan menggunakan tiga modal (intelektual,
sosial, kapital) secara sinergis dan harmonis.
Derajat desentralisasi :
 Dekosentrasi;
 Delegasi;
 Devolusi. (Vista-Baylon dlm Campo & Sundaram, 2001 : 155).

Desentralisasi geografis :
Membagi wilayah negara kedalam wilayah yg lebih kecil dan
menjadikannya menjadi batas yurisdiksi kewenangannya.
Kriteria yg digunakan dpt berupa jumlah penduduk, bahasa dan
tradisi, skala ekonomi.
Desentralisasi fungsional :
Distribusi kewenangan dan tanggung jawab negara ke dalam
entitas pemerintahan yang berbeda fungsinya, misalnya distrik
pelayanan, daerah otonom dlsb. Dlm praktek, desentralisasi
geografis dan desentralisasi fungsional dipadukan jadi satu.
Desentralisasi politik dan administratif :

Derajat desentralisasi administratif mempunyai kaitan erat


dgn struktur politik negara. Desentralisasi politik
memindahkan kekuasaan pengambilan keputusan pada
pemerintahan yg lebih rendah, mendorong warganegara dan
perwakilan yg dipilih utk berpartisipasi dlm proses
pembuatan keputusan. Di dlm struktur desentralisasi yg
penuh, pemerintah tingkat bawah menyusun dan
menjalankan kebijakan secara bebas tanpa campur tangan
dari pemerintah yang lebih tinggi.
Desentralisasi administratif melibatkan disain peran
organisasional, identifikasi tugas-tugas administratif khusus
yg diperlukan utk menjalankan peran tsb. Peran administratif
misalnya inovasi kebijakan, perencanaan, manajemen
keuangan, manajemen operasional dlsb.

Secara alamiah, perbedaan antara desentralisasi politik dan


administratif menjadi kabur di dalam praktek.
Desentralisasi Fiskal :

Mencakup transfer tanggungjawab pengeluaran dan pendapatan dari


pemerintah pusat kpd pem. Sub nasional.
Bentuk desentralisasi fiskal a.l :
a. pembiayaan sendiri atau menutupi biaya melalui
pengenaan retribusi (user charges);
b. Pembiayaan bersama atau produksi bersama dgn sektor
swasta;
c. Perluasan pajak lokal dan pendapatan bukan pajak;
d. Transfer antarpemerintah;
e. Pinjaman lokal. (Vista-Baylon dlm Campo & Sundaram, 2001 : 157).
DERAJAT DESENTRALISASI
 dpt diukur melalui perluasan otonomi dari entitas
subnasional dari pemerintah pusat.

* Dekonsentrasi
Adalah pengalihan beban administratif dari kantor-
kantor pemerintah pusat yang berlokasi di ibukota
negara kpd staf lapangan bawahan yg berada di
propinsi atau distrik. tidak mencakup transfer
kewenangan membuat keputus an dan otonomi dr
pemerintah pusat.
Dekonsentrasi dpt mrpkn langkah awal utk
desentralisasi.
* Delegasi :
Derajat yg lebih intensif dari dekonsentrasi adalah delegasi.
Organisasi yg dpt menerima delegasi adalah :
a. secara teknis dan administratif mampu utk menjalankan
fungsi-fungsi spesifik;
b. mungkin dibebaskan dari aturan pemerintah pusat
mengenai pengaturan personilnya;
c. dimungkinkan utk mengenakan pungutan secara
langsung terhadap pelayanan yg diberikan;
d. memiliki kewenangan yg luas utk merencanakan dan
melaksanakan keputusan tanpa supervisi langsung dr
departemen di tingkat pusat; (Vista-Baylon dlm Campo & Sundaram, 2001
: 158).

 Contoh : KAPET (Kawasan Pembangunan Terpadu), Otorita


Batam dlsb.
 Devolusi :
Menggambarkan adanya tingkatan tertinggi kebebasan di
dalam mengambil keputusan dan melibatkan pelepasan
berbagai fungsi kpd pemerintah subnasional.
Utk kepentingan devolusi perlu dibentuk pemerintahan
subnasional yg otonom dg ciri-ciri :

a. memiliki status korporasi;


b. merekrut sendiri stafnya;
c. memiliki batas-batas geografis yang secara
jelas dan legal diakui;
d. mengembangkan pendapatan utk membiayai fungsi-
fungsi yg dijalankannya;
e. dapat melakukan hubungan timbal balik dengan unit lain
di dalam sistem pemerintahan, dimana unit itu mrpkn
bagian didalamnya. (Vista-Baylon dlm Campo & Sundaram, 2001 : 158 - 159).
TUJUAN OTONOMI DAERAH

 menciptakan kesejahteraan.
bagaimana menjadikan Pemda sebagai instrumen
untuk menciptakan kesejahteraan

 mendukung proses demokrasi di tingkat lokal


bagaimana menjadikan Pemda sebagai instrumen
pendidikan politik di tingkat lokal untuk
mendukung proses demokratisasi menuju civil
society
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

DAERAH

Pasal 9
PUSAT

Pembentukan Daerah Otonom

KEBIJAKAN
DESENTRALISASI

Penyerahan Urusan
Pemerintahan
Pasal 21
ELEMEN DASAR PEMERINTAH DAERAH

1. KEWENANGAN (URUSAN PEMERINTAHAN)


2. KELEMBAGAAN (SOTK)
3. PERSONIL
4. KEUANGAN DAERAH
5. PERWAKILAN (KEPALA DAERAH + DPRD)
6. PELAYANAN PUBLIK
7. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN (BINWAS)
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
SEBAGAI DAERAH OTONOM

PEMERINTAH PUSAT

TERGANTUNG & SUBORDINASI

DAERAH OTONOM DAERAH OTONOM


PROVINSI KAB / KOTA
PERAN GUBERNUR
SEBAGAI
GUBERNUR WAKIL PEMERINTAH
(WAKIL PEMERINTAH)

Pembinaan,
Pengawasan,
Supervisi,
Monev Fasilitasi

Kab/Kota PELAYANAN
melaksanakan Otda OPTIMAL
KEBIJAKAN DESENTRALISASI
DARI WAKTU KE WAKTU
UU 32/2004

UU 22 / 1999
desentralisasi dominan
UU 5 / 1974
dekonsentrasi dominan
UU 18 / 1965
desentralisasi dominan
PENPRES 6 / 1959
dekonsentrasi dominan
UU 1 / 1957
desentralisasi dominan
UU 22 / 1948
desentralisasi dominan
UU 1 / 1945
dekonsentrasi dominan
DESENTRALISATIE WET 1903
dekonsentrasi dominan
SEJARAH PANJANG UU OTDA DI
INDONESIA
1. UU 1/1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KOMITE
NASIONAL DAERAH
2. UU 22/1948 TENTANG POKOK2 PEMERINTAHAN DAERAH
3. UU NIT 44/1950
4. UU 1/1957 TENTANG POKOK2 PEMERINTAHAN DAERAH
5. UU 6/1959 TENTANG PENYERAHAN URUSAN PEMERINTAHAN
UMUM KEPADA DAERAH OTONOM
6. UU 18/1965 TENTANG DESENTRALISASI
7. UU 5/1974 POKOK2 PEMERINTAHAN DAERAH
8. UU 5/1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA
9. UU 22/1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
10. UU 32/2007 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

37
PENATAAN KEWENANGAN
 FILOSOFI OTONOMI DAERAH:

 EKSISTENSI PEMDA ADALAH UNTUK MENCIPTAKAN


KESEJAHTERAAN SECARA DEMOKRATIS
 SETIAP KEWENANGAN YANG DISERAHKAN KE DAERAH
HARUS MAMPU MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN DAN
DEMOKRASI
 KESEJAHTERAAN DICAPAI MELALUI PELAYANAN PUBLIK
 PELAYANAN PUBLIK ADA YANG BERSIFAT PELAYANAN DASAR
(BASIC SERVICES) DAN ADA YANG BERSIFAT PENGEMBANGAN
SEKTOR UNGGULAN (CORE COMPETENCE)
 CORE COMPETENCE MERUPAKAN SINTHESIS DARI PDRB,
EMPLOYMENT DAN PEMANFAATAN LAHAN
PENATAAN KEWENANGAN………
 PELAYANAN PUBLIK MENGHASILKAN OUTPUTS; PUBLIC
GOODS DAN PUBLIC REGULATIONS
 PUBLIC GOODS; JALAN, JEMBATAN, SEKOLAH, RUMAH
SAKIT, PASAR, TERMINAL, IRIGASI DLL
 PUBLIC REGULATIONS; AKTE PERKAWINAN, AKTE
KELAHIRAN, KTP, KK, IMB, HO, SERTIFIKAT TANAH DLL
 PERTANYAAN:

APAKAH PEMDA SUDAH MENGHASILKAN PUBLIC GOODS


DAN PUBLIC REGULATIONS YANG SESUAI DENGAN
KEBUTUHAN RAKYAT YAITU; PELAYANAN DASAR DAN
PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN ??????
PENATAAN KEWENANGAN……..
 KEWENANGAN:

1. KEWENANGAN ABSOLUT (DISTINCTIVE); HANYA


DIMILIKI PUSAT; HANKAM, LUAR NEGERI, AGAMA,
MONETER, PERADILAN DAN POLITIK LUAR NEGERI
2. KEWENANGAN BERSAMA (CONCURRENT);
DIKERJAKAN BERSAMA ANTARA PUSAT, PROVINSI
DAN KABUPATEN/KOTA
3. KEWENANGAN CONCURRENT ADA YANG BERSIFAT
WAJIB (OBLIGATORY) DAN ADA YANG BERSIFAT
OPTIONAL (CORE COMPETENCE)
4. KEWENANGAN WAJIB DIIKUTI OLEH SPM
PENATAAN KEWENANGAN…….
KRITERIA PEMBAGIAN KEWENANGAN:

1. EKSTERNALITAS; SIAPA KENA DAMPAK DIA YANG


BERWENANG MENGURUS
2. AKUNTABILITAS; YANG BERWENANG MENGURUS ADALAH
UNIT PEMERINTAHAN YANG PALING DEKAT DENGAN
DAMPAK TERSEBUT
3. EFISIENSI; BAHWA OTONOMI HARUS MENCIPTAKAN
EFISIENSI DENGAN MEMPERHATIKAN ECONOMIES OF SCALE.
UNTUK ITU PERLU MEMPERTIMBANGKAN CATCHMENT AREA
PELAYANAN

ADANYA INTER-RELASI DAN INTER-DEPENDENSI ANTAR


TINGKATAN PEMERINTAHAN DALAM MELAKSANAKAN
KEWENANGAN MASING-MASING
ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN

URUSAN PEMERINTAHAN

CONCURRENT
ABSOLUT (Urusan bersama
(Mutlak urusan Pusat) Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

- Pertahanan PILIHAN/OPTIONAL WAJIB/OBLIGATORY


- Keamanan (Sektor Unggulan) (Pelayanan Dasar)

- Moneter Contoh: pertanian, Contoh: kesehatan,


industri, perdagangan, pendidikan, lingkungan
- Yustisi pariwisata, kelautan dsb hidup, pekerjaan umum,
dan perhubungan
- Politik Luar Negeri
- Agama
SPM
(Standar Pelayanan Minimal)
DISTRIBUSI URUSAN PEMERINTAHAN
ANTAR TINGKAT PEMERINTAHAN

Kriteria Distribusi Urusan Pmerintahan Antar Tingkat Pemerintahan :


1. Externalitas (Spill-over)
Siapa kena dampak, mereka yang berwenang mengurus
2. Akuntabilitas
Yang berwenang mengurus adalah tingkatan pemerintahan yang
paling dekat dengan dampak tersebut (sesuai prinsip demokrasi)
3. Efisiensi

 Otonomi Daerah harus mampu menciptakan pelayanan publik yang


efisien dan mencegah High Cost Economy
 Efisiensi dicapai melalui skala ekonomis (economic of scale)
pelayanan publik
 Skala ekonomis dapat dicapai melalui cakupan pelayanan
(catchment area) yang optimal
43
BAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG DILAKSANAKAN
OLEH MASING-MASING TINGKATAN PEMERINTAHAN
BERDASARKAN 3 KRITERIA

1. Pusat: Berwenang membuat norma-norma, standar,


prosedur, Monev, supervisi, fasilitasi dan urusan-
urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional
dan Internasional.
2. Provinsi: Berwenang mengatur dan mengurus
urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas
Provinsi (lintas Kab/Kota) dalam norma, standard,
prosedur yang dibuat Pusat
3. Kab/Kota: Berwenang mengatur dan mengurus
urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas
lokal (dalam satu Kab/Kota) dalam norma, standard,
prosedur yang dibuat Pusat

44
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

URUSAN PEMERINTAHAN YANG DIOTONOMIKAN

WAJIB
PILIHAN
berkaitan dengan tidak berkaitan
pelayanan dasar dengan pelayanan
dasar
1. lingkungan hidup;
2.
3.
pangan;
administrasi kependudukan dan
1. kelautan dan
pencatatan sipil; perikanan;
4. Pengendalian penduduk dan
1. Pendidikan; keluarga berencana;
2. pariwisata;
2. kesehatan; 5. Perhubungan; dan 3. pertanian;
3. Pekerjaan umum; 6. tenaga kerja;
7. pertanahan; 4. kehutanan;
4. sosial;
5. Perumahan Rakyat;
8.
9.
Komunikasi dan informatika;
Koperasi, usaha kecil, dan
5. energi dan
6. ketentraman dan menengah; sumberdaya
ketertiban umum serta 10. Penanaman modal;
11. Kepemudaan dan olah raga;
mineral;
perlindungan
masyarakat;
12. Pemberdayaan masyarakat desa; 6. perdagangan
13. Pemberdayaan perempuan
perlindungan anak; ;
14.
15.
Statistik;
Persandian;
7. perindustria
16. Kebudayaan; n; dan
17. Perpustakaan; dan
18. Kearsiapan.
8. transmigrasi.
45 22
Pasal
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

URUSAN PEMERINTAHAN

URUSAN PEMERINTAHAN UMUM


ABSOLUT (KEWENANGAN PEMERINTAH) KONKUREN
1. menjaga kesatuan dan persatuan
bangsa;menjaga ideologi negara;
2. memelihara harmonisasi kehidupan
masyarakat berkaitan dengan
hubungan antar suku, agama, ras, dan
antar golongan;mengkoordinasikan
hubungan antar instansi pemerintahan
yang ada di wilayahnya;
3. memfasilitasi terwujudnya nilai-nilai
demokrasi untuk mempercepat
terbentuknya masyarakat madani; dll

dilimpahkan kepada
GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA
WILAYAH KERJA ADMINISTRASI
PENATAAN KELEMBAGAAN

 KELEMBAGAAN ADALAH UNTUK MENGAKOMODASIKAN


KEWENANGAN YANG DILAKSANAKAN OLEH DAERAH
 KELEMBAGAAN UNTUK MENYEDIAKAN PELAYANAN DASAR
DAN PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN
 RIGHT SIZING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN REINVENTING
GOVERNMENT; PRIVATISASI (BOO, BOT, BTO, BOL DLL)
 SUSUN STRATEGI KELEMBAGAAN MASA TRANSISI AKIBAT
TEKANAN BIROKRASI YANG TERLALU BANYAK
 KEJELASAN TUPOKSI CAMAT, KEPALA DESA, DAN HUBUNGAN
KERJANYA
 KESEIMBANGAN ANTARA STRATEGIC APEX, MIDDLE LINE,
OPERATING CORE, SUPPORT STAFF DAN TECHNO STRUCTURE;
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

URUSAN PEMERINTAHAN

PEMETAAN

KEMENTERIAN/LPNK
Melakukan pemetaan prioritas urusan Dasar untuk memfasilitasi
wajib dan urusan pilihan dari provinsi daerah dalam pelaksanaan
dan kab/kota yang dikoordinasikan urusan wajib dan urusan
pilihan secara nasional
dengan Menteri Dalam Negeri.

Sinergi Pembangunan
Pusat dan Daerah
WAJIB PILIHAN mencapai tujuan nasional
PENATAAN PERSONIL

 TENTUKAN STANDARD KOMPETENSI UNTUK SETIAP JABATAN


 LAKUKAN REKRUTMEN, PROMOSI, MUTASI BERBASIS
STANDARD KOMPETENSI
 PENGEMBANGAN PEGAWAI & TRAINING BERBASIS NEED
ASSESSMENT UNTUK MEMENUHI STANDARD KOMPETENSI
YANG DITETAPKAN
 TENTUKAN MINIMAL PERFORMANCE YANG HARUS DICAPAI
PEGAWAI
 ADANYA KEJELASAN ANTARA POSISI PEJABAT KARIR
DENGAN PEJABAT POLITIK
 MANAJEMEN KEPEGAWAIAN PERPADUAN ANTARA
SEPARATED DAN INTEGRATED SYSTEM
 PNS MASIH DIANGGAP SEBAGAI ALAT PEREKAT BANGSA
APARATUR DAERAH

POLA ORG. PERANGKAT DAERAH PEGAWAI NEGERI SIPIL

1. prioritas urusan pemerintahan


Pengembangan karir:
yang bersifat wajib dan pilihan
1. kompetensi manajerial
yang dilaksanakan oleh
2. kompetensi teknis
pemerintahan daerah;
3. kompetensi kepamongprajaan
2. prinsip efisiensi, efektifitas,
daya tanggap terhadap
kebutuhan publik dan
Untuk kepentingan nasional pemerintah
kemudahan interaksi dengan
menetapkan jabatan strategis baik
warga; dan struktural (Sekda) maupun fungsional
3. jumlah penduduk, luas (Guru, Akuntan, Dokter Spesialis, &
wilayah, dan kemampuan Paramedis) yang dikelola secara nasional.
keuangan daerah.
PENATAAN KEUANGAN DAERAH
 PENERAPAN PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTIONS
 PENATAAN COST CENTRES DAN REVENUES CENTRES
 PENATAAN COST CENTRES DENGAN MENENTUKAN
PELAYANAN DASAR DAN PENGEMBANGAN SEKTOR
UNGGULAN APA YANG DILAKUKAN DAERAH
 DENGAN SPM DAPAT DITENTUKAN SSA DARI SETIAP
PELAYANAN DASAR YANG DILAKSANAKAN
 AKAN TERDETEKSI BIAYA SETIAP PELAYANAN
 DENGAN CARA YANG SAMA DAPAT DIHITUNG BIAYA
SELURUH PELAYANAN YANG MERUPAKAN “FISCAL
NEED DARI DAERAH”
 SELANJUTNYA MENATA REVENUE CENTRES
PENATAAN KEUANGAN DAERAH…….
PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAERAH:
 PERBANDINGAN ANTARA FISCAL CAPACITY DENGAN
FISCAL NEED AKAN TERDETEKSI FISCAL GAP (DEFISIT
FISCAL)
 FISCAL GAP SEBAGAI DASAR UNTUK MELAKUKAN
PERIMBANGAN KEUANGAN MELALUI SUBSIDI
 SUBSIDI (GRANT) BERPERAN SEBAGAI EQUALIZER
UNTUK MENCIPTAKAN EQUALIZATION EFFECTS
 DEFISIT SPECIFIC/KHUSUS AKAN MEMERLUKAN
SUBSIDI KHUSUS (SPECIFIC GRANT) ATAU DAK
 DEFISIT UMUM MEMERLUKAN SUBSIDI UMUM (BLOCK
GRANT) ATAU DAU
PEMANFAATAN APBD

1. APBN 70% Pusat 70% overhead cost


(biaya aparat)
30% APBD
Daerah Kab/Kota
30% public service
Solusi : Prov/Kab/Kota
2. Gaji Guru dalam DAD dan dikeluarkan dari
DAU
3. Ratio Aparatur harus ditetapkan :
Ratio Guru-Murid
Ratio Tenaga Medis – Penduduk
Ratio Tenaga Administrasi – Penduduk dan Faktor Geografis

Anda mungkin juga menyukai