Anda di halaman 1dari 28

SISTEM PENGENDALIAN

INTERNAL

- Sejarah Singkat di AS dan Indonesia

@Bambang Setiawan
Manajemen perusahaan diharuskan oleh hukum untuk
membentuk dan mempertahankan Sistem
Pengendalian Internal – SPI (Internal Control
System) yang memadai.
4 Tujuan Umum SPI

Sistem Pengendalian Internal (internal control system)


terdiri atas kebijakan, praktik, dan prosedur yang
digunakan oleh perusahaan untuk mencapai empat
tujuan umum:
1. Mengamankan aktiva perusahaan
2. Memastikan akurasi dan kehandalan berbagai
catatan dan Informasi akuntansi
3. Menyebarluaskan efisiensi dalam operasi
perusahaan
4. Mengukur ketaatan dengan berbagai kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen
Pernyataan dari SEC (Securities and
Exchange Commission)
Pernyataan dari komisi sekuritas dan perdagangan (Securities and
Exchange Commission) terkait Internal Control:

“Pembentukan dan pemeliharaan sistem pengendalian internal adalah


kewajiban pihak manajemen yang penting.
Aspek fundamental dari tanggung jawab pelayanan pihak manajemen
adalah untuk memberikan para pemegang saham jaminan yang
wajar bahwa bisnis telah cukup terkendali.
Selain itu pihak manajemen memiliki tanggungjawab untuk memberikan
informasi keuangan yang dapat diandalkan secara tepat waktu
kepada pemegang saham dan calon investor lainnya.
Sistem pengendalian internal yang memadai sangat dibutuhkan agar
pihak manajemen dapat melaksanakan berbagai kewajiban ini.”
Sejarah Singkat Pengendalian Internal
di Amerika Serikat
A. Undang-Undang SEC (Securities and Exchange
Commission) Tahun 1933 dan 1934
B. Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1976
C. Undang-Undang Praktik Korupsi Asing (Foreign
Corrupt Practices Act – FCPA) Tahun 1977
D. Komite Organisasi Pendukung (Committee of
Sponsoring Organization - COSO) Tahun 1992
E. Undang-Undang Sarbanes-Oxley Tahun 2002
(A). Undang-Undang SEC
• Penyebab: Setelah terjadinya kejatuhan pasar
saham pada tahun 1929, dan adanya penipuan
keuangan tingkat dunia oleh Ivar Kruegar.
• Badan Legislatif AS mengesahkan dua peraturan
untuk mengembalikan kepercayaan dalam pasar
modal, yaitu: Undang-Undang Securitas (Securities
Act) tahun 1933 dan 1934

Ivar Kreuger
https://en.wikipedia.org/wiki/Ivar_Kreuger
Undang-Undang SEC Tahun 1933
Memiliki dua tujuan utama, yaitu:
(1) mensyaratkan para investor untuk menerima
Informasi keuangan dan berbagai Informasi penting
lainnya yang berkaitan dengan surat berharga yang
ditawarkan ke publik untuk dijual,
(2) melarang pembohongan, penyalahsajian, dan
penipuan lainnya dalam penjualan surat berharga.
Undang-Undang SEC Tahun 1934
(1) Membentuk Securities Exchange Commision (SEC) dan
memberdayakannya dengan kewenangan luas atas
semua aspek industry surat berharga, yang meliputi
kewenangan dengan standar audit.
(2) Mengharuskan berbagai perusahaan yang
diperdagangkan secara publik juga diaudit oleh auditor
independen (yaitu akuntan publik).
(3) Mengharuskan semua perusahaan yang bertanggung
jawab ke SEC untuk mempertahan sistem pengendalian
internal yang dievaluasi sebagai bagian dari audit
eksternal tahunan.
***Catatan: Bagian ini jarang ditegakkan. Penegakan baru dilakukan mulai
tahun 2002 dengan disahkannya Undang-Undang Sarbanes-Oxley.
(B) Undang-Undang Hak Cipta Tahun
1976
• Undang-Undang ini mengalami beberapa kali revisi,
menambahkan perangkat lunak dan berbagai hak cipta
intelektual lainnya ke dalam undang-undang
perlindungan hak cipta yang telah ada.

• Undang-undang ini menjadi perhatian auditor TI karena


pihak manajemen secara personal dianggap
bertanggung jawab atas berbagai pelanggaran
(contohnya: pembajakan piranti lunak).
(C) Undang-Undang Praktik Korupsi
Asing (FCPA) Tahun 1977
• Penyebab: ditemukannya para eksekutif bisnis AS yang
menggunakan dana perusahaannya untuk menyuap
pejabat luar negeri, isu pengendalian internal yang dulu
tidak terlalu diperhatikan oleh para pemegang saham
segera menjadi sorotan publik.
• Pengesahan Undang-undang Praktik Korupsi Asing
(Foreign Corrupt Practices Act – FCPA) tahun 1977.
• FCPA menyatakan; Perusahaan yang terdaftar di SEC
melakukan hal berikut
1. Menyimpan catatan yang secara wajar dan logis
mencerminkan berbagai transaksi perusahaan dan posisi
keuangannya
2. Mempertahankan sistem pengendalian internal yang
memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan perusahaan
terpenuhi
FCPA Tahun 1977 (lanjutan)
• Undang-undang ini merupakan peraturan federal yang
mengatur dua hal, yakni mengenai aspek transparansi
akunting untuk perusahaan Amerika, serta perkara
penyuapan dan bentuk korupsi lainnya untuk investasi di
luar Amerika Serikat oleh perusahaan Amerika Serikat.
• Dengan kata lain, UU ini melarang perusahaan Amerika
Serikat untuk melakukan penyuapan terhadap pegawai
pemerintah tujuan investasi.
Tujuan FCPA untuk memastikan:
1. perilaku bisnis yang fair
2. akuntabilitas dan integritas di pemerintahan
3. distribusi sumber daya ekonomi berbasis efisiensi
dan kesetaraan

FCPA dapat memberikan sanksi pidana dan perdata


atas penyuapan yang dilakukan oleh perusahaan/warga
negara Amerika kepada pegawai/pejabat asing.
• Bagi perusahaan yang melanggar, FCPA dapat
mengenakan denda hingga 2 juta dolar atau 2 kali
nilai laba perusahaan.
• Sedangkan bagi perseorangan, FCPA dapat
mengenakan denda 100 ribu dolar dan hukuman
penjara sampai 5 tahun.
(D) Komite Organisasi Pendukung
• Penyebab: adanya serangkaian skandal S&L pada tahun
1980-an. Savings and loan crisis
https://en.wikipedia.org/wiki/Savings_and_loan_crisis
• Sebuah komite dibentuk pada tahun 1992 untuk menangani
berbagai penipuan terkait. Komite tersebut dinamai
berdasarkan nama ketuanya, yaitu Treadway. Selanjutnya
komite tersebut dikenal dengan COSO, singkatan dari
Committee of Sponsoring Organization (komite
pendukung organisasi).
• Dengan organisasi-organisasi pendukung, antara lain:
Financial Executive International (FEI), Institute of
Management Accountants (IMA), American Accounting
Association (AAA), American Institute of Certified Public
Accountant (AICPA), dan Institute of Internal Auditors (IIA).
(D) COSO ……… (lanjutan)
• Dengan berdasarkan ketetapan sebelumnya bahwa
pencegah penipuan yang terbaik adalah pengendalian
internal yang kuat, maka komite tersebut memutuskan
untuk berfokus pada model pengendalian internal yang
efektif dari prespektif pihak manajemen. Hasilnya adalah
Model COSO.
• AICPA mengadopsi model ini ke dalam standar auditnya
melalui adopsi ke SAS No. 78 – Pertimbangan
Pengendalian Internal dalam Audit Laporan Keuangan
(Consideration of Internal Control in a Financial
Statement Audit).
(E) Undang-Undang Sarbanes-Oxley
• Penyebab: beberapa penipuan keuangan berskala besar
(contohnya: Enron, WorldCom, Adelphia, dan
sebagainya) yang menimbulkan kerugian para
pemegang saham.
• Konggres AS memberikan tekanan untuk mengadakan
perlindungan terhadap masyarakat dari peristiwa
semacam itu. Hingga akhirnya disahkannya Undang-
undang Sarbanes-Oxley pada 30 Juli 2002.

Enron Scandal: The Fall of a Wall Street Darling


https://www.investopedia.com/updates/enron-scandal-summary/
The Rise and Fall of WorldCom
https://www.investopedia.com/terms/w/worldcom.asp
Adelphia Communications Corporation
https://en.wikipedia.org/wiki/Adelphia_Communications_Corporation
(E) SOX …………… (lanjutan)
• Secara umum, peraturan ini mendukung berbagai usaha
untuk meningkatkan kepercayaan public atas pasar
modal dengan mencari cara untuk memperbaiki tata
kelola perusahaan, pengendalian internal, dan kualitas
audit.
• Peraturan tersebut bertujuan untuk:
1) membantu pihak manajemen memfokuskan diri pada
pengendalian operasional keuangan,
2) audit internal menjadi sumber daya yang lebih penting bagi
pihak manajemen,
3) auditor TI memperluas pekerjaannya,
4) perbaikan besar dalam tatakelola perusahaan terutama dalam
Komite Audit,
5) pergeseran besar dalam penyedia jasa non audit yang telah
dialih kontrakkan ke auditor eksternal.
(E) SOX …………… (lanjutan)
• Perhatian terbesar para auditor, terutama auditor internal dan auditor
TI adalah pasal 404 dan pasal 302

• Pasal 404 – Pengendalian Internal Penilaian Manajemen


(Management Assessment of Internal Control). Perusahaan yang
terkena kewajiban peraturan ini diharuskan melakukan hal-hal
berikut:
1. Menyatakan tanggung jawab pihak manajemen atas
pembentukan dan pemeliharaan struktur dan prosedur
pengendalian internal yang memadai untuk pelaporan
keuangan
2. Mempertahankan dilakukannya penilaian mengenai efektifitas
struktur dan prosedur pengendalian internal penerbit laporan
untuk pelaporan keuangan pada akhir tahun fiskal.
(E) SOX …………… (lanjutan)
• Pasal 302 – Tanggung Jawab Perusahaan terhadap Laporan
Peristiwa (Corporate Responsibility for Incident Report)
mengharuskan para eksekutif keungan senior mengungkapkan
berbagai kelemahan dalam pengendalian internal dan penipuan,
baik yang bersifat material atau tidak, kepada para karyawan yang
memiliki peran penting dalam pengendalian internal (yang hampir
pasti terlibat ketika terjadi penipuan).
• Laporan yang diwajibkan ini memiliki dampak atas auditor internal
dan auditor TI karena merekalah yang kebanyakan akan melakukan
pekerjaan, mengevaluasi, menilai, dan melaporkan pengendalian
internal untuk laporan pihak manajemen yang disyaratkan SOX.

• ISACA telah menetapkan “Pedoman dan Standar Audit SI (IS


Auditing Standards and Guidelines), yang memberikan petunjuk
bagi para auditor TI untuk mendukung maksud dari SOX.
Sejarah Singkat Pengendalian Internal di
Indonesia
Di Indonesia, penerapan Internal Control pada awalnya
bertujuan untuk menjaga aset-aset organisasi.
Kemudian sistem ini juga digunakan dalam rangka
mengecek ketelitian dan kehandalan data akuntansi
serta mendorong dipatuhinya peraturan dan perundang-
undangan.
Sejarah … di Indonesia

• Sejarah Internal Control di Indonesia tidak dapat


dipisahkan dengan sejarah standar audit yang
digunakan pada perusahaan swasta di Indonesia.
Standar audit pertama kali dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 1983 dengan
nama Norma Pemeriksaan Akuntan.
• Kemudian per 1 Agustus 1994 IAI menerbitkan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
diperbaharui lagi dengan menerbitkan SPAP per 1
Januari 2001.
Sejarah … di Indonesia

• Ketentuan pelaksanaan Internal Control pada BUMN


terdapat dalam Keputusan Menteri Negara BUMN
Nomor Kep-117/MMBU/2002 tentang Penerapan
Praktik Good Corporate Governance pada BUMN.

Keputusan Menteri tersebut mewajibkan direksi BUMN


untuk menetapkan suatu sistem Internal Control yang
efektif untuk mengamankan investasi dan aset BUMN.
Sejarah … di Indonesia

• Peraturan perundang-undangan di Sektor


Perbankan juga telah mengatur tentang penerapan
Internal Control yang terdapat pada Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.

Peraturan ini mensyaratkan bank untuk memiliki satuan


kerja yang menjalankan fungsi pengendalian internal,
serta penerapan manajemen risiko, termasuk di
dalamnya sistem pengendalian internal.
Sejarah … di Indonesia

• Untuk sektor pemerintah sudah diterbitkan


beberapa peraturan tentang internal control.
• Pasal 58 ayat 1 UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa dalam
rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara, Presiden
selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan
menyelenggarakan sistem pengendalian internal di
lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.
Sejarah … di Indonesia

• Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008


tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP).
SPIP diadopsi dari COSO Internal Control Framework
dengan dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan
kebutuhan dan karakteristik pemerintahan di Indonesia.
SPIP ini bersifat integrated dan merupakan suatu
proses yang terus menerus dilakukan oleh Instansi
Pemerintah serta bersifat dinamis dan seiring dengan
perkembangan jaman.
Penerapan Internal Control di Indonesia

• Di Indonesia Internal Control diterapkan pada


kegiatan ekonomi melalui pelaksanaan GCG (Good
Corporate Governance).
• GCG ini pada dasarnya memberikan arahan kepada
pengurus perusahaan agar dalam mengejar
keuntungan dan mengembangkan usahanya,
perusahaan juga harus dikelola secara etis dan
bertanggung jawab, dan tidak semata-mata mengejar
keuntungan finansial belaka.
Penerapan Internal Control di Indonesia

• Elemen-elemen penting GCG adalah:


1. Sistem Pengendalian Internal
2. Sistem Audit
3. Manajemen Resiko
4. Pelaporan Perusahaan
TUGAS #2:
Membuat resume terkait skandal keuangan perusahaan
Enron, WorldCom, Adelphia.
Referensi dari https://en.wikipedia.org.

Enron scandal
https://en.wikipedia.org/wiki/Enron_scandal
WorldCom scandal
https://en.wikipedia.org/wiki/WorldCom_scandal
Adelphia Communications Corporation
https://en.wikipedia.org/wiki/Adelphia_Communications_Corporation

Anda mungkin juga menyukai