Anda di halaman 1dari 36

Komplikasi Infeksi

Pada Pasien CAPD

Divisi Ginjal dan Hipertensi


Departemen Ilmu Penyakit Dalam
R.S.U.P dr. Hasan Sadikin/Universitas Padjdjaran
Bandung
PENDAHULUAN

 Infeksi pada pasien dengan CAPD merupakan salah satu


komplikasi yang cukup serius dan perlu mendapat
perhatian yang lebih dari semua pihak untuk
mencegahnya
 Mortalitas pada pasien CAPD yang berhubungan dengan
infeksi  18% disebabkan oleh peritonitis
 Keadaan diatas merupakan sebab utama pasien CAPD
beralih ke hemodialisa
INFEKSI PADA PASIEN CAPD :

PERITONEAL DIALYSIS
INFECTION

EXIT-SITE
AND/OR PERITONITIS
TUNNEL INFECTION

• Sering meyebabkan ‘ peritoneal membrane failure’


• Merupakan penyebab kegagalan tekhnis
• Penyebab terbesar pasien beralih ke HD
‘Exit-site’ normal :
• cairan jernih di kateter
• kulit tampak normal dan
tanpa ada krusta disekitar
kateter

Infeksi ‘Exit-site’ :
• tampak adanya cairan purulen
di kateter
• dengan atau tanpa kulit yang
kemerahan pada kulit disekitar
kateter

Infeksi Tunnel :
• Eritema
• Edema atau nyeri tekan di
sepanjang ‘tunnel’
• Seringkali tidak tampak  USG
Infeksi ‘Exit-site’ akut :
• Nyeri
• Bengkak
• Tampak merah dengan diameter
eritema >13 mm
• Jaringan granulasi yang
berlebihan
• Mudah berdarah bila dipegang
• Disekitar ‘exit-site’ dan/atau
sinus yang terbentuk
• Drainase
– Purulent dan/atau hemoragis
– mengeluarkan eksudat yang
menyebabkan ‘balutan’ senantiasa
basah
• Krusta atau keropeng disekitar
exit-site/sinus

T Situmorang, PD College 2007


Infeksi ‘Exit-site’ kronis
 Evolusi dari infeksi akut yang tidak
sembuh selama > 4 minggu
 Tidak ada nyeri, bengkak dan kulit
kemerahan
 Jaringan granulasi disekitar’ exit-site’
dan/atau sinus
 Kadang-kadang ‘exit-site’ atau sinus
tampak normal
 Drainase:
 Purulen atau hemoragis, spontan
atau setelah ditekan daerah
sinus
 Balutan senantiasa basah
dengan cairan eksudat
 krusta atau keropeng sekitar ‘exit-
site’ atau sinus
 Cuff eksternal bisa terinfeksi

T Situmorang, PD College 2007


TERAPI UNTUK INFEKSI ‘EXIT-SITE’ DAN ‘TUNNEL’

• Organisme yang sering menyebabakan infeksi ‘exit-


site’ : Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa

• Organisme ini sering akhirnya menyebabkan


peritonitis  harus di terapi dengan agresif

• Rekomendasi terapi dengan antibiotik oral, kecuali


pada methicillin-resistant S.aureus (MRSA)

Perit Dial Int 2010;30:393-423


ANTIBIOTIK ORAL YANG DIGUNAKAN PADA INFEKSI
’EXIT-SITE’ DAN ‘TUNNEL’
ANTIBIOTIK DOSIS
Amoxicillin 250-500 mg b.i.d
Amoxicillin clavulanate 875 mg/125 mg BD
Cephalexin 500 mg b.i.d to t.i.d
Ciprofloxacin 250 mg b.i.d
Clarithromycin 500 mg loading dose, then 250 mg b.i.d or
q.d
clindamycin 300 – 450 mg t.i.d
Cloxacillin / Flucloxacillin 500 mg q.i.d
Erythromycin 500 mg q.i.d
Fluconazole 200 mg loading dose, then 50-100 mg
daily
Levofloxacin 300 mg daily

b.i.d = 2 kali/hari; q.d = setiap hari; t.i.d = 3 kali/hari


q.i.d = 4 kali/hari
Perit Dial Int 2017; 37 : 141-154
ANTIBIOTIK ORAL YANG DIGUNAKAN PADA INFEKSI
’EXIT-SITE’ DAN ‘TUNNEL’

ANTIBIOTIK DOSIS
Linezolid 400-600 mg b.i.d
Metronidazole 400 mg t.i.d
Moxifloxacin 400 mg daily
Rifampicin 450 mg q.d for < 50 kg
600 mg q.d. for >50 kg
Trimethoprim/sulfamethoxazole 80/400 mg daily to 160/800 mg

b.i.d = 2 kali/hari; q.d = setiap hari; t.i.d = 3 kali/hari


q.i.d = 4 kali/hari

Perit Dial Int 2017; 37 : 141-154


Infeksi ‘Exit-site’ atau ‘Tunnel’
indikator penilaian penting

• Cairan purulen yang keluar dari exit-site, baik secara


spontan atau dipijat pada ‘tunnel, cuff’ atau ‘sinus’
• Eritema persisten mungkin sebagai prekursor
drainase yang purulen
• Nyeri pada ‘exit site’ atau sepanjang daerah diatas
‘tunnel’
• Status karier Staphylococcus aureus /profilaksis
hendaknya di follow-up secara ketat
• Patuh terhadap tindakan profilaksis
• Keadaan yang berperan / pencetus infeksi
T Situmorang, PD College 2007
Infeksi ‘Exit-site’ atau ‘Tunnel’
tindakan yang perlu dilakukan

• Pemeriksaan kultur dan pewarnaan gram dari eksudat


purulen dan atau /drainase
• Inisiasi terapi empirik bila ada indikasi klinis
• Monitor, klasifikasi dan mencatat keadaan ‘exit site’, sinus dan
‘tunnel’
• Jika curiga ada infeksi ‘tunnel’, USG subkutaneous mungkin
membantu
• Frekuensi ganti balutan meningkat dan pikirkan modikasi
dalam perawatan ‘exit-site’
• Jadwalkan kunjungan ke klinik CAPD untuk evaluasi terhadap
rencana terapi

T Situmorang, PD College 2007


Infeksi ‘Exit-site’ atau ‘Tunnel’
edukasi untuk pasien

• Perbaiki perawatan ‘exit-site’ :


– Bersihkan 1-2 x/ hari
– Cegah bahan toksis masuk sinus
– Rubah bahan pencuci jika perlu
• Lunakkan krusta dan keropeng dengan saline atau air sabun
• Jangan pernah mengangkat krusta atau keropeng secara
paksa
• Setiap kali membersihkan krusta atau keropeng harus ganti
dengan balutan steril, sampai infeksi membaik
• Lindungi ‘exit-site’ dari kuman dan trauma
• Review antibiotik/antacid/makanan yang dapat berinteraksi

T Situmorang, PD College 2007


PERITONITIS
• Peritonitis adalah infeksi rongga peritoneum akibat masuknya
mikro-organisme melalui kateter, celah kateter ataupun invasi
dari dinding usus

• Manifestasi klinis peritonitis dapat berupa :


• Cairan ‘effluent’ yang keruh
• Nyeri perut
• demam

• Diagnosis peritonitis minimal 2 dari kriteria dibawah :


• Cairan ‘effluent’ yang keruh
• Hitung sel dialisat >100 µl
• Sel PMN >50%
• Atau kultur dialisat positif
Perit Dial Int 2010;30:393-423; Konsensus Dialisis 2012
Syarat bahan pemeriksaan
kultur cairan ‘effluent’

• Cairan dialisat dengan ‘dwell time’ minimal 2 jam


(effluent)
• Kultur dilakukan paling lambat 1 jam setelah drainase
• Kultur cairan ‘effluent’ menggunakan botol untuk
kultur darah

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Dialysis Solution Cloudy Effluent Clear Effluent
Diagnosis Banding dari ‘Effluent’ yang keruh

• ‘Infectious peritonitis’ dengan kultur positif


• ‘Infectious peritonitis’ dengan kultur steril
• ‘Chemical peritonitis’
• ‘Eosinophilia of the effluent’
• Hemoperitoneum
• Keganasan (jarang)
• ‘Chylous effluent’ (jarang)
• Spesimen diambil dari abdomen yang kering

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Penyebab Peritonitis
1. Contamination, most likely skin or environmental organisms
Contamination at the time of connection
Contamination from tubing
Hole in exchange tubing or catheter
Loss of cap on end of tubing or failure to close clamp with leaking
Product defects

2. Catheter related, most often staphylococcal spesies or Pseudomonas aeruginosa


Biofilm on internal portion of the catheter (relapsing, repeat peritonitis)
Exit – site and tunnel infection
3. Bowel – source enteric organisms including gram – negative rods, Candida, and anaerobes
Diverticulitis
Cholecystitis
Ischemic bowel
Colitis
Perforated stomach or intestine
Colonoscopy, especially with polypectomy
Constipation with transmural migration of organisms into peritoneum

4. Bacteremia, often Streptococcus or Staphylococcus


Transient from dental procedures
Infection of intravascular device
5. Gynecologic source, often Streptococcus, Candida, some gram – negative rods
Peritoneal vaginal leak
Vaginal delivery
Hysteroscopy
Perit Dial Int 2011;31(6):614-630
Risiko yang dapat diperbaiki pada Peritonitis

Hipoalbuminemia
insufisiensi Vitamin D
Depresi
‘Connection methodology’
‘Technique errors’
Hipokalemia
Pemakaian antibiotik yang lama
Prosedur medis
Konstipasi
Kolonisasi ‘Exit-site’ dan infeksi
Paparan dengan binatang peliharaan

Perit Dial Int 2011;31(6):614-630


Tujuan Pengobatan Peritonitis :
• Resolusi inflamasi dengan cepat
• Mempertahankan fungsi membran peritoneum
PENGOBATAN PERITONITIS

• Pemberian antibiotik pertama kali hendaknya bersifat empirik,


menggunakan antibiotik berspektrum luas terhadap bakteri gram
positif dan gram negatif, tergantung pola kuman setempat

• Untuk bakteri Gram positif diberikan sefalosporin generasi


pertama atau vankomisin
• Untuk bakteri Gram negatif diberikan sefalosporin generasi
ketiga atau aminoglikosida

• Pada peritonitis dengan kondisi tertentu diperlukan kombinasi PD


dan HD

Perit Dial Int 2010;30:393-423; Konsensus Dialisis 2012


Rekomendasi Pemberian Antibiotik untuk
Kasus Peritonitis Pasien CAPD

 Antibiotik Empirik :
 Sebaiknya meliputi AB yang bekerja terhadap kuman gram
negatif dan positif
 Sebaiknya sesuai dengan peta kuman setempat
 Untuk gram positif : vankomisin/sefalosporin generasi I
 Untuk gram negatif : sefosporin generasi III atau
aminoglikosida
 Intraperitoneal (IP) > intravena (iv)
 IP : intermiten ≈ kontinyu

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Rekomendasi Dosis Antibiotik Intraperitoneal untuk Pasien CAPD
Intermiten Kontinyu
(setiap kali pergantian, (mg/L; semua pergantian)
satu kali sehari)
Aminoglikosida
Amikasin 2 mg/kg LD 25, MD 12
Gentamisin, netilmisin, LD 8, MD 4
ortobramycin 0.6 mg/kg
Sefalosporin
Cefazolin, cephalotin, atau 15 mg/kg LD 500, MD 125
Cefoperazone No data LD 500 mg/L, MD 62.5–125 mg/L
Cefepime 1000 mg LD 500, MD 125
Ceftazidime 1000 – 1500 mg LD 500, MD 125
Ceftizoxime 1000 mg LD 250, MD 125
Penisilin
Amoksisilin ND LD 250 – 500, MD 50
Ampisilin, oxacillin, atau ND MD 125
nafcillin ND LD 500, MD 250
Azlocillin ND LD 50.000 unit, MD
Penisillin G ND 25.000 unit
ND = no data; NA = not applicable; IP = intraperitoneal; LD = loading dose;
ND MD
= no=data; NA = notdose
maintenance applicable; IP = intraperitoneal; LD = loading dose;
dalam mg/L
MD = maintenance dose dalam mg/L
Perit Dial Int 2016;Konsensus
Perit Dial Int 2010;30:393-423; 30 : 481-508
Dialisis 2012
Rekomendasi Dosis Antibiotik Intraperitoneal untuk Pasien CAPD
Intermiten Kontinyu
(setiap kali pergantian, (mg/L; semua
satu kali sehari) pergantian)
Lain-lain
Ciprofloxacin ND MD 50/L
Clindamicin ND MD 600 mg/bag
Aztreonam 2 gm /hr LD 1000,MD 250
Daptomycin (115) ND LD 100, MD 20
Ofloxacin ND LD 200 mg, MD 25 mg
Teicoplanin 15 mg/kg setiap 5 hr LD 400, MD 20

Vankomisin 15 – 30 mg/kg setiap LD 1000, MD 25


5-7 hari
Meropenem 1 gm / hr ND
Anti jamur
Amfoterisin NA 1.5
200 mg IP setiap
Flukonazole 24 – 48 jam ND
Kombinasi
Ampisilin/sulbactam 2 g setiap 12 jam LD 1000, MD 100
Imipenem/cilastin 500 mg selang 1 LD 250, MD 50
kantong
Quinupristin/dalfopristin 25 mg/L selang 1 ND
kantong

Perit Dial IntPerit Dial Int 2016; Konsensus


2010;30:393-423; 30 : 481-508
Dialisis 2012
Algoritme tata laksana akibat kuman coagulase negative staph.

Organisme Gram Positif lainnya, termasuk Coagulase-Negative Staphylococcus,


berdasarkan hasil kultur

Lanjutkan pemberian antibiotik untuk Gram positif berdasarkan sensitivitas


Hentikan pemberian antibiotik untuk Gram negatif

Evaluasi perbaikan klinis, ulangi pemeriksaan hitung sel cairan limbah dialisat
dan kultur pada hari ke 3 - 5

Perbaikan klinis (gejala membaik; Tidak ada perbaikan klinis (gejala


kantung jernih) : menetap; limbah dialisat tetap keruh) :
• Lanjutkan antibiotik; • Kultur ulang dan evaluasi‡
• Evaluasi ulang adakah infeksi di
exit-site atau tunnel yang tersamar, Tidak ada perbaikan klinis dalam 5 hari
abses intra-abdominal, kolonisasi dengan pemberian antibiotik yang
kateter, dan lain-lain. adekuat; cabut kateter

Lama terapi : Peritonitis dengan infeksi pada exit-site


atau tunnel :
14 hari • pertimbangkan cabut kateter
•Lama terapi : 14 – 21 hari

Perit Dial Int 2010;30:393-423; Konsensus Dialisis 2012


Algoritme tatalaksana peritonitis akibat Enterococcus atau Streptococcus
Hasil kultur : Enterococcus / Streptococcus

Hentikan antibiotik yang telah diberikan *


Mulai Ampicillin kontinyu 125 mg/kantong; pertimbangkan
Menambahkan aminoglikosida untuk Enterococcus 

Jika resisten terhadap ampisilin, mulai vankomisin;


Jika vancomycin-resistant enterococcus, pertimbangkan quinupristin/
dalfopristin, daptomycin, atau linezolid

Evaluasi perbaikan klinis, ulang pemeriksaan hitung sel cairan limbah dialisat
dan kultus pada hari ke 3 - 5

Perbaikan klinis (gejala membaik; Tidak ada perbaikan klinis (gejala


Kantung jernih) : menetap; limbah dialisat tetap keruh) :
• Lanjutkan antibiotik; • Kultur ulang dan evaluasi*
• Evaluasi ulang adakah infeksi di
exit-site atau tunnel yang tersamar, Tidak ada perbaikan klinis dalam 5 hari
abses intra-abdominal, kolonisasi dengan pemberian antibiotik yang
kateter, dan lain-lain. adekuat; cabut kateter

Lama terapi : Peritonitis dengan infeksi pada exit-site


14 hari (Streptococcus) atau tunnel :
21 hari (Enterococcus) Pertimbangkan cabut kateter ‡
Lama terapi : 21 hari
Perit Dial Int 2010;30:393-423; Konsensus Dialisis 2012Perit Dial Int 2010;30:393-423; Konsensus Dialisis 2012
Algoritme tatalaksana peritonitis akibat Staphylococcus aureus
Hasil kultur : Staphylococcus aureus

Lanjutkan pemberian antibiotik untuk Gram positif berdasarkan hasil sensitivitas *


Hentikan antibiotik untuk Gram Negatif, evaluasi kembali exit-site

Jika methicillin-resistant, mulai dengan vankomisin atau teicoplanin †


Tambahkan rifampicin 600 mg/hari p.o (dosis tunggal atau terbagi) selama 5-7 hari
(450 mg/hari jika BB < 50 kg)

Evaluasi perbaikan klinis, ulangi pemeriksaan hitung sel cairan limbah dialisat
dan kultur pada hari ke 3 - 5

Perbaikan klinis (gejala membaik; Tidak ada perbaikan klinis (gejala


kantung jernih) : menetap; limbah dialisat tetap keruh) :
• Lanjutkan antibiotik; • Kultur ulang dan evaluasi‡
• Evaluasi ulang adakah infeksi di
exit-site atau tunnel yang tersamar, Tidak ada perbaikan klinis dalam 5 hari
abses intra-abdominal, kolonisasi dengan pemberian antibiotik yang
kateter, dan lain-lain. adekuat; cabut kateter

Peritonitis dengan infeksi pada exit-site


atau tunnel menandakan infeksi yang
Lama terapi : refrakter§ dan pencabutan skateter baru
minimal 21 hari dipertimbangkan dengan serius.
Berikan periode istirahat minimal 3
minggu sebelum mulai PD kembali.

Perit
PeritDial
DialInt
Int2010;30:393-423;
2010;30:393-423;Konsensus
KonsensusDialisis
Dialisis2012
2012
Algoritme tatalaksana peritonitis dengan kultur negatif
Hasil kultur negatif pada hari ke-1 dan 2

Lanjutkan pemberian antibiotik awal

Hari ke-3 : kultur tetap negatif


Penilaian klinis
Ulangi pemeriksaan hitung sel darah putih cairan PD dan hitung jenis

Infeksi membaik Infeksi tidak membaik;


Pasien mengalami Pakailah teknik kultur khusus untuk
perbaikan secara klinis mikroorganisme yang jarang (misalnya
virus, mikoplasma, mikobakterium,
Lanjutkan terapi awal Legionella). Pertimbangkan
sampai 14 hari kemungkinan jamur

Hasil kultur positif Hasil kultur tetap negatif

Sesuaikan terapi berdasarkan


Perbaikan klinis Tidak ada perbaikan
pola sensitivitas
Lanjutkan antibiotik klinis setelah 5 hari :
Lama terapi tergantung pada
Lama terapi 14 hari Cabut kateter*
organisme yang ditemukan

Lanjutkan antibiotik
minimal sampai 14 hari
setelah kateter dicabut
Perit
PeritDial
DialInt
Int2010;30:393-423;
2010;30:393-423;Konsensus
KonsensusDialisis
Dialisis2012
2012
Algoritme tatalaksana peritonitis akibat Pseudomonas
Hasil kultur : Pseudomonas

Tanpa infeksi kateter (exite-site/tunnel) Disertai infeksi kateter (exit-site/tunnel)


Saat atau sebelum peritonitis terjadi)

Berikan 2 antibiotik berbeda dengan cara


kerja berbeda dimana organisme masih sensitif, Cabut kateter*
misalnya kuinolon oral, ceftazidime, cefepime,
tobramycin, piperacilin
Lanjutkan antibiotik oral dan/atau
Evaluasi adanya perbaikan klinis, ulang pemeriksaan sistemik selama minimal 2 minggu
hitung sel cairan limbah dialisat dan kultur pada hari
ke- 3 - 5

Perbaikan klinis (gejala membaik; Tidak ada perbaikan klinis (gejala


kantung jernih) : menetap; cairan dialisat tetap keruh) :
• Lanjutkan antibiotik; • Kultur ulang dan evaluasi *
• Lama terapi : minimal 21 hari

Tidak ada perbaikan klinis dalam 5 hari


dengan antibiotik yang adekuat
• Cabut kateter

Perit Dial Int 2010;30:393-423; Konsensus Dialisis 2012


Algoritme tatalaksana peritonitis akibat organisme Gram negatif tunggal lainnya

Hasil kultur : Organisme Gram Negatif Tunggal*

Lainnya Stenotropomas
E. coli, Proteus, Klebsiella, dan lain-lain

Terapi dengan 2 obat dengan cara kerja


Sesuaikan antibiotik dengan pola Berbeda berdasarkan pola sensitivitas
Sensitivitas. Sefalosporin (ceftazidim (sebaiknya trimethropim/
Atau cefepim) dapat diberikan sulfamethoxazole oral)

Evaluasi adanya perbaikan klinis, ulang Evaluasi adanya perbaikan klinis, ulang
Pemeriksaan hitung sel cairan limbah Pemeriksaan hitung sel cairan limbah
Dialisat dan kultur pada hari ke- 3-5 Dialisat dan kultur pada hari ke- 3-5

Perbaikan klinis (gejala Tidak ada perbaikan klinis dalam Perbaikan klinis (gejala
membaik; kantung jernih) : 5 hari dengan antibiotik yang membaik; kantung jernih) :
• Lanjutkan antibiotik; adekuat (gejala menetap; cairan • Lanjutkan antibiotik;
• Lama terapi : 14 - 21 hari dialisat tetap keruh) : • Lama terapi : 14 - 28 hari
Cabut kateter

Perit Dial Int 2010;30:393-423; Konsensus Dialisis 2012


Algoritme tatalaksana peritonitis polimikrobial
Peritonitis Polimikrobial : Hari 1 - 3

Organisme Gram negative multipel atau Organisme Gram positif multipel


campuran antar Gram negatif/Gram postif : - Kontaminasi akibat sentuhan
- Pikirkan masalah saluran cerna - Pikirkan infeksi kateter

Ganti terapidengan metronidazole bersama- Lanjutkan terapi sesuai pola sensitivitas


sama dengan ampisilin, ceftazidim, atau
aminoglikosida

Tanpa infeksi exit-site Disertai infeksi exit-site


Lanjutkan segera evaluasi bedah atau tunnel; atau tunnel;
lanjutkan antibiotik cabut kateter*

Jika ditentukan proses patologi/abses intra-


abdomen pada laparatomi
Cabut kateter Lama terapi minimal 21 hari
Tergantung dari respon klinis

Lanjutkan antibiotik : 14 hari

Perit
Perit Dial
Dial Int
Int 2010;30:393-423;
2010;30:393-423; Konsensus
Konsensus Dialisis
Dialisis 2012
2012
TERMINOLOGI PERITONITIS

• Rekuren :
• Bila terjadi episode peritonitis dalam 4 minggu setelah
terapi tetapi dengan organisme berbeda

• Relaps :
• Bila terdi episode peritonitis dalam 4 minggu setelah terapi
tetapi dengan organisme yang sama atau 1 episode steril

• Berulang :
• Episode peritonitis yang terjadi setelah lebih dari 4 minggu
terapi dengan organisme yang sama

• Refrakter :
Cairan dialisat gagal menjadi jernih setelah 5 hari terapi
antibiotik yang adekuat

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Indikasi pencabutan kateter CAPD

• Refractory peritonitis
• Relapsing peritonitis
• Refractory infeksi ‘exit-site’ dan ‘tunnel’
• Peritonitis infeksi jamur
• Indikasi lainnya :
– Peritonitis berulang
– Peritonitis bakterialis
– Multiple enteric organism

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Terapi Empirik pada Peritonitis
tindakan yang perlu dilakukan
• Setelah kantong ‘effluent’ dilepas. Kirim bahan ke
laboratorium untuk pemeriksaan hitung sel, diff count, gram
dan kultur.
• ‘Dwell time’ setidaknya paling sedikit satu atau dua jam
• Bila effluent tampak keruh dengan nyeri dan / atau demam :
– Lakukan 2 - 3 penggantian secara cepat untuk mengurangi rasa tidak
nyaman
– Mulai terapi antibiotik empirik dalam waktu satu jam, sambil
menunggu hasil pemeriksaan
• Heparin (500 U/L - 1000 U/L) ditambahkan ke cairan dialisat
untuk mencegah obstruksi kateter oleh adanya fibrin
• Terapi rasa nyeri secepatnya
• Nilai apakah perlu perawatan rumah sakit

T Situmorang, PD College 2007


Terapi Empirik pada Peritonitis
edukasi pada pasien

• Segera melapor bila ada ‘effluent’ keruh, nyeri abdomen


dan/atau demam ke unit/klinik CAPD
• Simpan ‘effluent’ yang keruh dan bawa ke klinik CAPD
• Bila ada nyeri, mulai mengganti dengan cepat 2 – 3 kali
• Tambahkan ‘intra-peritoneal’ antibiotik selama terapi
peritonitis diperlukan
• Tambahkan heparin 500-1000 U/L ke tiap kantong dialisat
sampai cairan ‘effluent’ jernih
• Laporkan bila kekeruhan menetap pada unit/klinik CAPD
• Jadwalkan pelatihan ulang untuk mengatasi masalah tehnik
sebagai salah satu penyebabnya

T Situmorang, PD College 2007


Pencegahan Peritonitis Berulang

• Frekuensi kekambuhan peritonitis harus di evaluasi


• Tiap episode peritonitis harus dilakukan evaluasi dengan
‘root-cause analysis’ untuk menentukan penyebab dan
dasar intervensi terhadap faktor risiko peritonitis berulang
agar dapat mencegah kejadian peritonitis berikutnya.
– Infeksi gram (+) tunggal : kontaminasi dari tangan atau infeksi
kateter
– Infeksi S.aureus : kontaminasi dari tangan atau infeksi kateter
– Infeksi Gram (-) : kontaminasi dari tangan, infeksi ‘exit-site’,
migrasi transmural (konstipasi atau colitis)
– Penggunaan antibiotik sebelumnya oleh pasien : peritonitis
dengan kultur negatif
• Pelatihan ulang harus dilakukan oleh perawat PD senior
Perit Dial Int 2010;30:393-423
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai