Anda di halaman 1dari 22

HERNIA NUCLEUS

PULPOSUS
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
M.Riski ferdiansyah 21031088
Carmenita sinaga 21031090
Nessa Sesti liandry 21031091
Azni nirma saputri 21031092
Abel Paulina Manik 21031093
Mitha Amalia Rahman 21031099
Resy Fahira Elvid 21031100
Herna oktavidewi 21031101
A. DEFINISI

Hernia nukleus pulposus merupakan suatu keadaan patologis dimana terjadi protusi
dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus ke dalam lumen kanalis vertebralis
(Nasikhatussoraya, 2016). Keadaan ini menyebabkan radikulopati segmental dengan
parestesia dan kelemahan di tempat distribusi akar saraf yang terkena (Rubin, 2016).
B. ETIOLOGI

Penyebab Herniasi nukleus pulposus antaralain karena trauma atau regangan (strain) yang berat dan degenerasi sendi
intervertebralis

Faktor resiko yang meningkatkan seseorang mengalami Herniasi nukleus pulposus:


1. Usia

2. Trauma

3. Pekerjaan
4. Gender
C. PATOFISIOLOGI

Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial,


karenaadanya gaya traumatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan
timbul sobekan Radial apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu
waktu dan trauma berikutnya saja.
D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Herniasi
nukleus pulposus terbagi atas Herniasi nukleus pulposus sentral dan Herniasi nukleus pulposus lateral.
Gejala yang sering muncul adalah :
1. Nyeri pinggang bawah (lumbal atau servikal) yang intermiten (dalam beberapa minggusampai beberapa tahun). Nyeri menjalar
sesuai dengan distribusi saraf skiatik
2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan terusmenjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke
tungkai bawah
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan gerakan pinggang saat batukatau mengejan, berdiri, atau duduk untuk
jangka waktu yang lama dan nyeri berkurangklien beristirahat berbaring
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal, kebas, atau sensasiterbakar pada lengan dan tangan. Bahkan kekuatan
otot menurun sesuai dengandistribusi persarafan yang terlibat
5. Nyeri bertambah bila daerah (garis antara dua Krista iliaka) ditekan (ArifMuttaqin, 2008)
E. PENATALAKSAAN MEDIS

A. Non Farmakologis
1. Tirah baring

Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikapyang baik adalah sikap dalam posisi
setengah duduk, tungkai dalam sikap fleksi padasendi panggul dan lutut tertentu.
2. Kompres hangat/dingin

Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan. Untukmengurangi spasme otot dan
inflamasi.
B. Farmakologis

1. Simptomatik
a. Analgesik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
c. Opioid oral
d. kortikosteroid
e. Anelgetik ajuvan
f. Suntikan pada titik
g. Kortikosteroid (prednison, prednisolon)
h. Anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan
i. Antidepresan trisiklik (amitriptilin)
j. Obat penenang minor (diazepam, klordiasepoksid)

C. Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermi ( pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam ) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Rontgen foto lumbosakral


2. Cairan serebrospinal
3. EMG
4. Iskografi
5. Elektroneuromiografi (ENMG)
6. Temografi scan
7. MRI
8. Mielografi
9. Pemeriksaan laboratorium
G. PENCEGAHAN

A. Pencegahan Primer
1. Lakukan aktivitas yang cukup yang tidak terlalu berat.
2. Selalu duduk dalam posisi yang tepat
3. Jangan terlalu lama duduk.
4. Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk.
5. Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik
6. Lakukan olah raga teratur.
7. Berjalan rileks dengan sikap tubuh tegak.
8. Bila mengendarai mobil, jok mobil jangan terlalu digeser ke belakang hingga posisi tungkai hampir lurus.
9. Gunakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.
10. Jangan mengangkat dengan membungkuk.
11. Jaga nutrisi dan diet yang tepat
12. Berhenti merokok.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan
pada orang yang telah sakit.
3. Pencegahan Tersier
1. Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita NPB menghindari pekerjaan atau aktivitas berat.
2. Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan, atau stress yang dapat memicuatau memperberat kembali
terjadinya NPB.
3. Bagi penderita NPB yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan diet untukmenurunkan berat badan
4. Untuk mengurangi dissabilitas dan perbaikan fungsional direkomendasikan dengan program back exercise.
5. Membiasakan diri dengan postur tubuh dan sikap tubuh yang benar.
6. Menggunakan perabotan yang dibuat berdasarkan prinsip ergonomik
H. TERAPI DIET

Tujuan dari modifikasi diet pasca operasi adalah untuk meminimalkan kembung, mual,
muntah, disfagia, dan muntah-muntah. Meminimalkan, atau bahkan menghindari, efek
samping ini memiliki dua tujuan. . Pertama, menghindari efek samping ini akan menghindari
ketidaknyamanan pasien. Kedua, efek samping ini dapat memberikan tekanan pada
perbaikan hernia hiatus dan fundoplikasi.
I. KEARIFAN LOKAL BUDAYA MELAYU

Pada praktiknya, etnis melayu Sambas masih sangat memegang teguh budaya yang telahlama dianut. Seperti, Pantang
Larang, Petuah-Petuah Melayu, tradisi ngamping, tradisi makan kue pasona. dan menaikut sertakan anak dalam kegiatan
tradisi vana dibalut dengan Islam. Bahkan dalam memberikan pengobatan kepada anak orangtua terlebih dahulu
membawa anak berobat secara tradisional dengan berobat kepada orang pintar atau dukun. Walaupun di masa sekarang
masuknya budaya luar dalam lingkungan keluarga seperti modernitas yang membuat terjadinya kontestasi antara budaya
lokal dan modernitas. Oleh sebab itu, patut diduga bahwa jika budaya dalam pengasuhan yang ada pada etnis Melayu
Sambas maka bukan tidak mungkin kedepannya akan di akan digerus oleh arus globalisasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. GAMBARAN KASUS
Tn.M dengan Post Operation Debridement Hari Ke-5, Laminectomy Dengan
Indikasi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Di Ruang H1 RSPAL Dr.Ramelan
Surabaya, maka penulis menyajikan suatu kasus yang diamati mulai tanggal 27
Januari 2020 sampai tanggal 29 Januari 2020 dengan data pengkajian pada
tanggal 27 Januari 2020 jam 07.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari pasien,
keluarga dan file No. Register 00.XXX sebagai berikut:
B. Pengkajian
1. Identitas
Seorang pasien laki-laki yang bernama Tn.M umur 68 tahun beragama Islam, pendidikan terakhir pasien SD, pekerjaan pasien
sebagai seorang petani tinggal di Gresik. Status pasien menikah, memiliki 3 orang anak, bahasa yang digunakan adalah bahasa
Jawa,Indonesia.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
• Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada bagian punggung bekas operasi
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri dan mengeluarkan cairan pada bagian punggung bekas operasi laminectomy pada tanggal 18 November 2019
di RSPAL Dr.Ramelan Surabaya, setelah itu pasien datang ke poli syaraf RSPAL Dr.Ramelan Surabaya pada tanggal 15 januari 2020
pukul 15.00 untuk kontrol, dilakukan pemeriksaan EKG dan pemeriksaan dokter. Dokter mengatakan Tn.M mengalami infeksi pada
bekas operasi laminectomy, setelah itu Tn.M disarankan untuk rawat inap. Pada pukul 16.30 pasien di pindah ke ruang H1 untuk
dilakukan perawatan lanjutan. Pada tanggal 22 januari 2020 pasien dilakukan tindakan operasi debridement
• Riwayat Penyakit Dahulu
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada ahun 2018 dan operasi Laminectomy pada tanggal 18 November 2019 di RSPAL dr Ramelan
Surabaya
• Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat keluarga
Tn.M tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, asthma, dan penyakit Jantung Koroner.

• Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi obat dan alergi makanan.
• Keadaan umum
Tn.M keadaan umumnya lemah, kesadaran Tn.M compos Mentis dengan
GCS: E: 4 V:5 M: 6.
• Tanda-Tanda Vital :
Tekanan Darah: 130/80 MmHg,
Suhu: 36,0 0C,
Nadi: 84x/Mnt,
Rr: 20x/Menit.
• Status Nyeri
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, terasa cenut-cenut pada bagian punggung dengan skala nyeri 4 dengan frekuensi hilang
timbul. Pasien tampak meringis dan bersikap protektif januari 2020 pasien dilakukan tindakan operasi debridement.
C. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah keperawatan

1. DS : - Pasien mengatakan nyeri punggung karena luka Agen pencedera Fisik Nyeri akut
↓ SDKI Hal 172
operasi seperti disayat dan terasa panas di bagian punggung Nyeri punggung bekas D.0070
dengan skala 4 hilang timbul operasi
DO : - Pasien tampak meringis, gelisah dan bersikap ↓
Skala 4
protektif

Meringis dan gelisah

2. DS : - Pasien mengeluh sulit bergerak karena menahan nyeri pada Gangguan Gangguan Mobilitas
punggung (bekas operasi), badan terasa lemas dan tidak nyaman. Muskuloskeletal Fisik
DO : - Keadaan umum tampak lemah - Pasien tampak lemas dan ↓
sulit menggerakkan anggota tubuhnya. 3333 3333 3333 3333 - Sulit menggerakkan
Observasi TTV : TD = 120/80 mmHg Suhu = 36,4C Nadi = 88 anggota tubuh
x/menit RR= 20x/menit SPO2 = 99% Porsi Makan : 3 sendok ↓
Lemas dan Nyeri

3. DS : - Pasien mengatakan terdapat lukabekas operasi debridement Penurunan Mobilitas Gangguan Integritas
Kulit
DO : - Terdapat luka pada punggung bekas operasi ldebridement, ↓
dengan panjang ±5cm, kondisi luka tampak kemerahan, bekas luka Luka operasi -+ 5cm
belum kering, terdapat 6 jahitan. ↓
Kemerahan,belum
kering,6 jahitan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Muskuloskeletal
3. Gangguan integritas kulit Berhubungan dengan Penurunan mobilitas
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 1. Mengidentifikasi lokasi,
24 jam nyeri diharapkan skala nyeri dari 1 meningkat karakteristik, durasi, frekuensi,
menjadi 5 menurun. Kriteria Hasil : intensitas nyeri.
1. Nyeri terkontrol dari 1 menjadi 5 2. Observasi ttv
2. Keluhan nyeri menurun dari 1 menjadi 5. 3. Pengaturan posisi
3. Tingkat nyeri menurun dari 1 menjadi 5. 4. Ajarkan teknik relaksasi
4. Pasien tidak menunjukkan lokasi nyeri dari 1
menjadi 5.
5. TTV dalam rentang normal :
Tekanan Darah: Systole : 110-140Mmhg
Diatole : 60-90Mmhg
Nadi : 60-100x/mnt
Suhu 36,0-37,50C
Pernapasan : 20x/Menit.
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 1. Observasi TTV
berhubungan dengan gangguan x 24 jam diharapkan pasien dapat mobilisasi 2. Pengaturan posisi
musculoskeletal. mandiri dan penuh. Kriteria Hasil : 3.Menejement nyeri
1. Pergerakan ekstremitas meningkat dari 1 menjadi 4. dukungan perawatan diri
5. 5. edukasi latihan fisik
2. Nyeri menurun dari 1 menjadi 5 6.dukungan mobilisasi
3. Kaku sendi menurun dari 1 menjadi 5 4.
Pergerakan sendi leher meningkat dari 1 menjadi 5.
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan intervensi 1. Anjurkan untuk
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam, maka melakukan latihan ROM
kurang terpapar informasi integritas kulit meningkat kriteria hasil: (range of motion) dan
1.Kerusakan integritas kulit membaik mobilisasi jika mungkin
dari 1 menjadi 5. 2. Rubah posisi tiap 2 jam
2.Nyeri berkurang dengan skala nyeri 2 3. Gunakan bantal air atau
(dari 0-10) dari 1 menjadi 5. pengganjal yang lunak di
bawah daerah yang menonjol
3.Perdarahan berkurang dari 1 menjadi 4. Lakukan massage pada
5. daerah yang menonjol yang
4.Kemerahan berkurang dari 1 menjadi baru mengalami tekanan
5. pada waktu berubah posisi
5.Hematoma berkurang dari 1 menjadi 5. Observasi terhadap
5. eritema dan kepucatan dan
palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap merubah posisi
6. Jaga kebersihan kulit dan
seminimal mungkin hindari
trauma, panas terhadap kulit
THANKYO
U

Anda mungkin juga menyukai