3-2 Unsur-Unsur Transisi (Logam Transisi)
3-2 Unsur-Unsur Transisi (Logam Transisi)
Oleh:
Dr. Ir. Cut Meurah Rosnelly, MT
Prodi S1 Teknik Kimia
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik - Unsyiah
Unsur transisi adalah unsur yang telah mengisi
sebagian orbital, (juga dikenal sebagai logam
transisi). IUPAC mendefinisikan unsur transisi
sebagai unsur yang memiliki subkulit d yang
sebagian diisi dengan elektron, atau unsur yang
memiliki kemampuan untuk membentuk kation yang
stabil dengan orbital yang tidak terisi penuh.
Unsur-unsur transisi di dalam sistem periodik unsur dinyatakan
sebagai unsur golongan B.
Secara umum, setiap unsur
yang sesuai dengan blok d
dari tabel periodik modern
(yang terdiri dari golongan 3-
12) dianggap sebagai unsur
transisi. Bahkan unsur blok-f
yang terdiri dari lantanida
dan aktinida dapat dianggap
sebagai logam transisi (unsur
transisi dalam atau logam
transisi dalam)
A. Sifat-sifat umum unsur transisi
Bersifat logam (sbg konduktor yg baik),TL dan TD yang relatif tinggi
Bersifat paramagnetik (mempunyai daya tarik ke medan magnet)
Membentuk senyawa berwarna khas (unsur2 dari gol. A tdk berwarna)
Mempunyai biloks yang beraneka ragam (ion Fe2+, Fe3+, Kobalt bisa Co +2 atau
C03+)
Mempunyai susunan kimia kompleks: ion kompleks
Bersifat katalitik (katalisator) untuk proses industri dan metabolisme
Rata-rata unsur-unsur transisi bersifat toksik
Mempunyai kisi kristal
Unsur2 transisi (termasuk periode keempat) berada dalam subkulit d,
namun pada deret lantanida dan aktinida pada subkulit f
Elektron valensinya (n-1)d^x ns^y (x & y: konstanta elektron yg akan diisi)
Biloks unsur-unsur transisi seluruhnya bertanda positif (+)
Kegunaan dan Keutamaan Unsur Transisi (Logam Transisi):
- Skandium digunakan di Lampu Intensitas Tinggi,
- Besi digunakan di Perangkat Elektronik,
- Nikel digunakan untuk membuat Aliansi pada Logam,
- Seng digunakan sebagai Bahan Cat Putih,
- Tembaga digunakan untuk Alat – Alat Elektronik maupun Perhiasan
dan masih banyak lagi kegunaan unsur transisi ini.
Periode 4
Zn (30) = 2 8 18 2 (1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2)
₃₀Zn : [Ar] 4s² 3d¹⁰ - tidak terdapat elektron yang tidak bepasangan (diamagnetik)
[Ar] 4s² 3d¹⁰ : ⇵ ⇵ ⇵ ⇵ ⇵ ⇵
_ _ _ _ _ _
4s² 3d¹⁰
2. Sr (Z = 38) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d104p6 5s2 atau
[Kr] 5s2; K = 2 ; L = 8 ; M = 18 ; N = 8 ; O = 2
Berdasarkan eksperimen, terdapat anomali konfigurasi elektron dari
aturan-aturan di atas. Subkulit d memiliki tendensi untuk terisi
setengah penuh atau terisi penuh. Contohnya, Cr (Z = 24) : [Ar]
4s1 3d5 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d4 ; dan juga Cu (Z = 29) : [Ar]
4s1 3d10 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d9.
Untuk ion monoatomik (seperti Na+, K+, Ca2+, S2-, Br–) dapat ditentukan
dari konfigurasi elektron atom netralnya terlebih dahulu. Pada kation
(ion bermuatan positif) monoatomik Ax+ yang bermuatan x+, sebanyak
x elektron dilepas (dikurangi) dari kulit elektron terluar atom netral
A. Pada anion (ion bermuatan negatif) monoatomik By– yang bermuatan
y-, sebanyak y elektron ditangkap (ditambahkan) pada orbital level
energi terendah yang masih belum penuh oleh elektron.