Anda di halaman 1dari 7

BAB I.

PERIKATAN-PERIKATAN PADA UMUMNYA

BAGIAN KESATU : KETENTUAN – KETENTUAN UMUM


BY : ASRI HAYAT, SH., MH.
PENGERTIAN PERIKATAN

Menurut para sarjana pengertian perikatan diartikan berbeda-beda, yaitu:


 Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H. Hukum perikatan ialah kesemuanya kaidah hukum yang mengatur hak
dan kewajiban seseorang yang bersumber pada tindakannya dalam lingkungan hukum kekayaan.
 Menurut Prof. Subekti, S.H. Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang pihak, berdasarkan mana pihak
yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain.
 Menurut Abdulkadir Muhammad, S.H., Perikatan ialah hubungan hukum yang terjadi antara debitur dan kreditur, yang
terletak dalam bidang harta kekayaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksudkan dengan perikatan adalah hubungan hukum antara dua
pihak, di mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi
tuntutan tersebut.
PASAL 1233 KUHPERDATA

Pasal 1233 KUHPer berbunyi : “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, maupun karena undang-
undang”
 Pasal ini seharusnya menerangkan tentang pengertian perikatan karena merupakan awal dari ketentuan hukum
yang mengatur ttg perikatan. Namun kenyataannya pasal ini hanya menerangkan tentang dua sumber lahirnya
perikatan, yaitu :
a. Perjanjian, dan
b. Undang-undang
 Perjanjian sebagai sumber perikatan ini, apabila dilihat dari bentuknya dapat berupa perjanjian tertulis maupun
perjanjian tidak tertulis. Sementara itu, sumber perikatan yang berupa undang-undang selanjutnya dapat dilihat
dalam pasal 1352, yakni dapat dibagi atas :
a. Undang-undang saja
b. Undang-undang karena adanya perbuatan manusia
Sumber perikatan yg bersumber dari undang-undang karena adanya perbuatan manusia, berdasarkan pasal 1353 juga
dibagi atas dua , yaitu :
c. Perbuatan manusia yang sesuai hukum/halal
d. Perbuatan manusia yg melanggar hukum
PASAL 1234

 Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
 Pasal ini menerangkan tentang prestasi atau cara pelaksanaan kewajiban, yaitu berupa :

a. Memberikan sesuatu
b. Berbuat sesuatu
c. Tidak berbuat sesuatu
Berdasarkan tiga cara pelaksanaan kewajiban tsb, dengan sendirinya dapat diketahui bahwa wujud prestasi itu dapat
berupa :
d. Barang;
e. Jasa (tenaga atau keahlian);
f. Tidak berbuat sesuatu
 Apabila kedua hal tsb dipadukan, cara pelaksanaan masing-masing wujud prestasi sebagai berikut :

a. Barang dilakukan dengan cara menyerahkan


b. Jasa (tenaga atau keahlian) dilakukan dengan cara berbuat sesuatu
c. Tidak berbuat sesuatu dengan cara tidak berbuat sesuatu
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai