By: Annisa Khalipatunnisa A. Pengertian dan Cara Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua (B2) adalah Bahasa yang dipelajari
dan dikuasai anak setelah menguasai Bahasa pertama. Dalam memperoleh B2 banyak cara yang dilakukan. Belajar B2 dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (1)terpimpin, melalui pembelajaran khusus, (2) alamiah, melalui kegiatan langsung berbahasa dalam suasana nyata, (3) terpimpin dan alamiah. Dari ketiga cara itu, yang paling efektif mempercepat penguasaan B2 adalah cara yang ketiga. Kunci keberhasilan dalam belajar B2 melibatkan kemauan untuk belajar, keberanian untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi nyata, serta intensitas dalam berkomunikasi dengan sesama pelajar B2. Memang penting belajar kosakata dan kaidah bahasa dengan menggunakan berbagai sumber. Tetapi, tak kalah pentingnya adalah faktor individu pembelajar B2, dalam hal ini keberanian menggunakan bahasa tersebut dalam interaksi dengan penutur asli atau pengguna B2. Tidak malu, tidak takut salah, dan tidak perlu khawatir ditertawakan kalau unjuk berbahasanya kurang pas. Semakin berani dalam berbahasa dan semakin intensif dalam berinteraksi, maka akan semakin cepat pula B2 dikuasai. B. Teori Pemerolehan Bahasa Kedua
Ellis (1986) telah mengidentifikasi tujuh teori pemerolehan
B2, yaitu terdiri dari model akulturasi, teori akomodasi, teori wacana, teori monitor, model kompetensi variable, hipotesis universal, dan teori neorofungsional. 1. Model Akulturasi Akulturasi adalah proses adaptasi atau penyesuaian dengan kebudayaan baru. Dalam pemerolehan tingkat kemahiran B2, akulturasi dianggap penting karena bahasa merupakan cerminan budaya. Akulturasi ditentukan oleh jarak sosial dan jarak psikologis antara pembelajar (B1) dengan budaya bahasa sasaran (B2). Jarak sosial adalah pengaruh dari faktor-faktor pembelajar sebagai anggota masyarakat yang harus berinteraksi dengan masyarakat yang memiliki tingkat kemahiran B2. Sedangkan, jarak psikologis mencakup bagaimana perasaan dan emosi individu memengaruhi proses belajar dan pemahaman mereka.
Faktor-faktor yang menentukan jarak sosial antara kelompok B1 dan B2 adalah:
1. Kesamaan derajat social 2. Timbulnya keinginan asimilasi 3. Saling terlibatnya antardua kelompok 4. Kelompok belajar B2 kecil dan tidak kohesif 5. Kesesuaian budaya 6. Saling memiliki sikap positif 7. Lama tidaknya berasimilasi antara kelompok B1 dan B2 2. Teori Akomodasi
Teori akomodasi menyatakan bahwa hubungan masyarakat B1 dengan B2 dalam
berinteraksi sangat menentukan pemerolehan B2. Faktor-faktor berikut akan mempermudah dan mempengaruhi keberhasilan pembelajar dalam mempelajari B2: 1) Anggapan pembelajar B2 bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat B2. 2) Tidak memandang rendah kelompok masyarakat B2. 3) Persepsi pembelajar tentang pentingnya etnolinguistik. 4) Terbuka dan tidak ketat dalam mempersepsikan batas kelompok B1 dengan B2. 5) Pembelajar B1 mengidentifikasi diri sama kuat dan memuaskannya dengan kelompok sosial lainnya. 3. Teori Wacana Teori wacana menekankan pentingnya pembelajar B2 menemukan makna bahasa melalui keterlibatannya dalam berkomunikasi. Teori wacana mempunyai sejumlah prinsip utama berikut: • Pemerolehan B2 mengikuti alur perkembangan sintaksis secara alamiah. • Penutur asli akan menyesuaikan cara berbicaranya agar mencapai pemahaman yang disepakati dengan penutur nonasli. • Strategi percakapan yang digunakan untuk mencapai pemahaman yang disepakati, serta umpan balik yang diterima, memengaruhi kecepatan dan urutan pemerolehan tingkat kemahiran B2. Menurut teori wacana interaksi sosial sangat penting karena dapat memberikan data terbaik bagi pembelajar untuk dapat diolah oleh otak. Melalui data tersebut disusunlah suatu model masukan yang pantas dan terkait. 4. Model Monitor Monitor adalah proses konstruksi kreatif dalam berbahasa. Model Monitor memiliki lima hipotesis berikut yang mempengaruhi pemerolehan B2:
1) Hipotesis pemerolehan-pembelajaran
2) Hipotesis urutan alamiah
3) Hipotesis monitor
4) Hipotesis masukan
5) Hipotesis saringan afektif
5. Model kompetensi variabel Model ini menyatakan bahwa cara seseorang mempelajari bahasa akan mencerminkan cara orang itu menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Model kompetensi variabel menyampaikan prinsip-prinsip berikut: 1) Pembelajar menyimpan pengetahuan tunggal yang berisi kaidah-kaidah bahasa antara (interlangue). Secara otomatis, penyimpan ini akan aktif apabila dirangsang, didorong, dan dipicu untuk berlatih menerapkan B2. 2) Pembelajar memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa. Kemampuan itu berbentuk: proses wacana primer, proses wacana sekunder, dan proses kognitif. 3) Tampilan B2 merupakan variable yang dihasilkan melalui proses primer dalam wacana yang tidak terencana atau proses sekunder dalam wacana yang direncanakan. 4) Perkembangan pemerolehan B2 terjadi sebagai akibat: pemerolehan kaidah-kaidah baru dari B2 melalui keterlibatan pembelajar dalam berbagai tipe wacana; pengaktifan kaidah-kaidah B2 yang sudah ada pada dalam bentuk tidak teranalisis dan tidak otomatis atau teranalisis sehingga dapat digunakan untuk wacana yang tidak direncanakan. 6. Hipotesis Universal
Hipotesis universal menyatakan bahwa anak menemukan kaidah-
kaidah bahasa dengan bentuk gramatika universal, yakni gramatika inti. Contoh gramatika universal, umumnya bahasa memiliki struktur kalimat yang berpola subjek-predikat. Dalam pembelajaran B2 jika pembelajar menemukan kaidah B2 yang bermarkah, pembelajar tersebut tergoda untuk kembali ke kaidah B1, terutama apabila B1 itu memiliki kaidah universal yang sama. 7. Teori Neurofungsional
Teori ini menyatakan adanya hubungan antara bahasa dengan anatomi
syaraf. Dua daerah dalam otak, yaitu belahan otak kanan (daerah Wernickle) dan belahan otak kiri (daerah Brocka), menentukan pemerolehan B2. Belahan otak kanan berkaitan dengan proses menyeluruh dan berfungsi untuk merekam dan memproses ujaran yang berpola. Sementara belahan otak kiri berkaitan dengan penggunaan bahasa secara kreatif yang meliputi pemrosesan secara sintaktik dan semantik, serta pengendali aktivitas berbicara dan menulis. TERIMAKASIH