Anda di halaman 1dari 25

PERATURAN

JABATAN
NOTARIS
NOT/PPAT AGUNG HERNING I. P, SH., M. HUM
PROSEDUR PENGANGKATAN NOTARIS

 Syaratuntuk dapat diangkat menjadi Notaris sebagaimana disebut


dalam pasal 3 UU Nomor 2 Tahun 2014 adalah:
a. Warga negara Indonesia
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun
d. Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat
keterangan sehat dari dokter dan psikiater
e. Berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan
f. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris
dalam waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan berturut turut pada kantor
Notaris atas Prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah
lulus strata dua kenotariatan
g. Tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri , Pejabat Negara, Advokat, Pemimpin
atau pegawai BUMN/BUMD Badan usaha Milik Swasta atau sedang memangku
jabatan lain yang oleh peraturan perundang-undangan dilarang untuk dirangkap
dengan jabatan notaris
h. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindakan pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
SUMPAH/JANJI JABATAN NOTARIS
 "Saya bersumpah/berjanji:

1. Bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang
tentang Jabatan Notaris seria peraturan perundang-undangan lainnya.

2. Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama, mandiri,
dan tidak berpihak

3. Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban
saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab
saya sebagai Notaris.
4. Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam
pelaksanaan jabatan saya

5. Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan nama atau dalih apa pun, tidak pernah dan tidak akan memberikan
atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun.
PENGANGKATAN NOTARIS (Pasal 7 UU Nomor 2 Tahun
2014)

(1) Dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan
sumpah/janji jabatan Notaris, yang bersangkutan wajib:
a. Menjalankan jabatannya dengan nyata;
b. Menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan notaris kepada menteri, organisasi
notaris, dan majelis pengawas daerah; dan
c. Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf, serta teraan cap atau
stempel jabatan notaris berwarna merah kepada menteri dan pejabat lain yang
bertanggung jawab di bidang pertanahan, organisasi notaris, ketua pengadilan negeri,
majelis pengawas Daerah, serta Bupati/Walikota di tempat Notaris diangkat.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Pemberhentian sementara;
c. Pemberhentian dengan hormat; atau
d. Pemberhentian dengan tidak hormat.”
TEMPAT KEDUDUKAN JABATAN
NOTARIS
 Pasal 18 UU Nomor 30 Tahun 2004 (UUJN) Lama
 Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah Kabupaten atau Kota
 Notarismempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi
dan tempat kedudukannya.
CONTOH

Notaris A mempunyai tempat kedudukan di kota


Yogyakarta. Dengan demikian maka wilayah
jababtan Notaris A tersebut di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
CONTOH 2

 Notaris B berkedudukan di Kota Semarang, Maka yang


bersangkutan juga berhak membuat akta di kota pekalongan
(sepanjang masih wilayah Propinsi Jawa Tengah)
 Padapenutupan akta tertulis “dibuat dan dilaksanakan di
Pekalongan”
PINDAH WILAYAH JABATAN
NOTARIS
 Apabila seorang Notaris hendak mengajukan permohonan
pindah wilayah jabatan Notaris, maka hal tersebut
diajukan secara tertulis kepada Menteri dan selanjutnya
harus memenuhi syarat bahwa yang bersangkutan telah
berpraktek 3 tahun berturut-turut pada daerah
Kabupaten/Kota tempat kedudukan Notaris, dan telah
mendapat rekomendasi dari Organisasi Notaris (pasal 23
ayat 1,2,3 UUJN lama)
MASA JABATAN NOTARIS

 Masa jabatan Notaris (pasal 8 ayat 2 UUJN Lama) setelah


berusia 65 Tahun dapat diperpanjang sampai dengan 67 Tahun
dengan mempertimbangkan kesehatan yang bersangkutan. Yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum berusia 65
tahun menyampaikan pemberitahuan/permohonan ke Departemen
Hukum dan HAM disertai dengan surat keterangan sehat dari
dokter
FORMASI JABATAN NOTARIS

 Pasal 21 UUJN Lama


 Menteri berwenang menentukan formasi jabatan Notaris pada daerah dengan
mempertimbangkan usul dari Organisasi Notaris

 Pasal 22 UU Nomor 2 tahun 2014


 (1) formasi jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan
 kegiatan dunia usaha
 Jumlah penduduk
 Rata-rata jumlah akta yang dibuat oleh dan/atau dihadapan Notaris setiap
bulan
 (2)Formasi Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pedoman untuk menentukan kategori daerah.

 (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai Formasi Jabatan Notaris dan


penentuan kategori daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri .”
 Mengenai formasi Jabatan Notaris terdapat peraturan yang
baru ditetapkan pada tanggal 16 Agustus 2016, yaitu:
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27
TAHUN 2016 tentang FORMASI JABATAN NOTARIS
DAN PENENTUAN KATEGORI DAERAH.
 PASAL 5 Peraturan Menteri tersebut mengatur bahwa
1. (1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan
a. Kegiatan dunia usah
b. Jumlah penduduk, dan/atau
c. Rata-rata jumlah akta yang dibuat oleh dan/atau dihadapan Notaris
setiap bulan.
 (2)Penentuan kegiatan dunia usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, dengan menggunakan data dari perbankan.
 (3) Penentuan jumlah penduduk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, dengan menggunakan data dari instansi atau
lembaga pemerintah yang mengurusi bidang kependudukan.
 (4) Penentuan rata-rata jumlah akta yang dibuat oleh dan/atau di
hadapan Notaris setiap bulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, dengan menggunakan database Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum.
 Formasi Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud diatas merupakan pedoman untuk menentukan
Kategori Daerah.
 (2) Kategori Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
 a. Kategori Daerah A meliputi:
1. Kota Administrasi Jakarta Selatan;
2. Kota Administrasi Jakarta Barat;
3. Kota Administrasi Jakarta Pusat;
4. Kota Administrasi Jakarta Utara; dan
5. Kota Administrasi Jakarta Timur.
 b. Kategori Daerah B meliputi:
 1. Kota Bandung;
 2. Kota Surabaya;
 3. Kota Semarang;
 4. Kota Medan;
 5. Kota Makassar;
 6. Kota Tangerang Selatan;
 7. Kota Bekasi;
 8. Kota Yogyakarta;
 9. Kota Depok;
 10. Kabupaten Bogor;
 11. Kabupaten Tangerang; dan
 12. Kabupaten Sleman.
 c. Kategori Daerah C meliputi:
 1. Kabupaten Bekasi;
 2. Kota Bogor;
 3. Kota Tangerang;
 4. Kabupaten Sidoarjo;
 5. Kabupaten Bantul;
 6. Kota Surakarta;
 7. Kabupaten Deli Serdang;
 8. Kabupaten Gowa;
 9. Kota Batam;
 10. Kota Pekanbaru;
 11. Kota Denpasar;
 12. Kabupaten Badung; dan
 13. Kabupaten Gianyar.
 d. Kategori Daerah D meliputi kabupaten/kota selain Kategori Daerah A,
Kategori Daerah B, dan Kategori Daerah C.
 (1) Kategori Daerah A diperuntukkan khusus perpindahan wilayah
jabatan Notaris dari Kategori Daerah B.
 (2) Kategori Daerah B untuk perpindahan wilayah jabatan Notaris dari
Kategori Daerah A dan Kategori Daerah C.
 (3) Kategori Daerah C untuk perpindahan wilayah jabatan Notaris dari
Kategori Daerah A, Kategori Daerah B, dan Kategori Daerah D
 (4) Kategori Daerah D untuk perpindahan wilayah jabatan Notaris dari
seluruh Kategori Daerah dan pengangkatan Notaris.
CUTI NOTARIS

 Yang bisa cuti adalah Notaris yang sudah menjalankan Jabatan selama 2 tahun
 Maksimum cuti Notaris adalah 12 (dua belas ) tahun yaitu selama Notaris
menjalankan masa jabatan dengan ketentuan setiap cuti maksimum 5 tahun (pasal
26 ayat (2) UUJN Lama)
 Permohonan cuti secara tertulis disertai penunjukan Notaris pengganti, ditujukan ke
 Majelis Pengawas Daerah (cuti tidak lebih dari 6 bulan)
 Majelis Pengawas Wilayah (cuti 6 bulan sampai 1 tahun)
 Majelis Pengawas Pusat (cuti lebih 1 tahun)
 (1) Notaris yang menjalankan cuti wajib menyerahkan Protokol Notaris
kepada Notaris Pengganti.
 (2) Notaris Pengganti menyerahkan kembali Protokol Notaris kepada Notaris
setelah cuti berakhir.
 (3) Serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuatkan
berita acara dan disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah.
 (4) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) dapat dikenai sanksi berupa:
 a. peringatan tertulis;
 b. pemberhentian sementara;
 c. pemberhentian dengan hormat; atau
 d. pemberhentian dengan tidak hormat.”
HONORARIUM NOTARIS

 Pasal 36 UUJN Lama


 (1) Notaris berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang
diberikan sesuai dengan kewenangannya.
 (2) Besarnya honorarium yang diterima oleh Notaris didasarkan pada
nilai ekonomis dan nilai sosiologis dari setiap akta yang dibuatnya.
 (3) Nilai ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan dari objek setiap
akta sebagai berikut:
a. sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau ekuivalen gram emas
ketika itu, honorarium yang diterima paling besar adalah 2,5% (dua koma lima
persen);
b. di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterima paling besar 1,5
% (satu koma lima persen); atau
c. di atas Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterima
didasarkan pada kesepakatan antara Notaris dengan para pihak, tetapi tidak
melebihi 1 % (satu persen) dari objek yang dibuatkan aktanya.
 (4) Nilai sosiologis ditentukan berdasarkan fungsi sosial dari objek setiap akta dengan
honorarium yang diterima paling besar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Anda mungkin juga menyukai