Anda di halaman 1dari 34

REFERAT PATOGENESIS

DERMATITIS ATOPIK

Pembimbing: dr. Yari Castiliani Hapsari, Sp.KK, FINSDV


Penulis: Kelvin Thenedy (112019218)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Periode 21 November – 24 Desember 2022
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Ukrida
PENDAHULUAN

• Dermatitis atopic adalah suatu peradangan kulit.


• Istilah “atopy” telah diperkenalkan oleh Coca dan Cooke pada tahun 1023, asal
kata “atopos” (out of place) yang berarti berbeda
• Sampai saat ini etiologi DA dianggap multifactor, namun pathogenesis yang
pasti masih diteliti para pakar, baik di bidang genetic, maupun berbagai faktor
eksternal dan internal, termasuk sawar kulit
DEFINISI

• Dermatitis atopic (DA) adalah peradangan kulit berupa dermatitis kronik residif,
disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama pada bayi (fase
infantile) dan fleksural ekstremitas (pada fase anak).
• Sering berhubungan dengan peningkatan serum IgE dan adanya riwayat atopi,
rhinitis alergi dan atau asma pada penderita atau keluarganya
EPIDEMIOLOGI

• Dapat mengenai semua kelompok usia, namun sebagian besar manifestasi klinis
muncul pada 1 tahun pertama kehidupan atau masa kanak-kanak.
• Di Negara berkembang, 10-20% anak menderita dermatitis atopic dan 60%
diantaranya menetap sampai dewasa.
• Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa prevalensi DA semakin bertambah
sejak perang dunia II, dimana 90% kasus DA memiliki onset sebelum usia 5 tahun.
• 60% penderita DA mulai memberikan gejala pada tahun perttama kehidupan dan
20% menjadi penyakit rekuren seumur hidup
ETIOPATOGENESIS

• DA merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor intrinsic dan


ekstrinsik
• Faktor intrinsik, meliputi beberapa faktor: genetic, gangguan fungsi sawar kulit,
imunologis , dan psikologis.
• Faktor ekstrinsik: lingkungan, misalnyai berbagai bahan iritan, polutan, allergen
hirup maupun makanan
HUBUNGAN DISFUNGSI SAWAR KULIT DAN
PATHOGENESIS DA
• Sawar kulit dapat juga menurun akibat terpajan protease eksogen dari debu
rumah dan S. aureus.
• Perubahan sawar kulit mengakibatkan peningkatan absorpsi dan hipersensitivitas
terhadap allergen
• Peningkatan TEWL (trans-epidermal water-loss), peningkatan TEWL dan
penurunan kapasitas kemmapuan menyimpan air, penurunan kapasitas
kemampuan abpsorpsi air bisa menyebabkan kulit kering dan bertambah
sensitivitas gatal terhadap rangsangan.
ABNORMALITAS IMUNOLOGI

• Sistem imunitas tubuh merupakan proses pertahanan tubuh terhadap antigen yang
masuk
• Pada prinsipnya sistem imun bergantung pad tiga jenis sel imun yaitu: (a) antigen
presenting cell (APC), (b) antigen yang dapat dikenal sel, (c) sel yang membentuk
antibody.
• Produk yang dihasilkan oleh sel-sel tersebut adalah makrofag/Langerhans, sel T
natural killer (NK), sel B dan sel T helper. Dermatitis atopic terjadi akibat aktivasi
sel T yang berlebihan.
FAKTOR GENETIK

• Secara genetic terdapat 2 kelompok gen yang mendasar penyakit DA


• Gen pertama berhubungan dengan organ target (Mutasi gen filaggrin). Gen ini terletak
pada kromoson 1q21, dimana gen ini berperan dalam diferensiasi akhir epidermis.
• Gen kedua berhubungan dengan regulasi respon imun (Mutasi akan menyebabkan
masuknya protein antigen yang bersifat imunogenik ke dalam epidermis yang
behubungan dengan DA).
• Kelompok gen kedua berhubungan dengan regulasi respon imun seperti sel T,
presentasi antigen, atau regulasi sintesis IgE.
SUPERANTIGEN STAPHYLOCOCCUS

• Saat ini diketahui bahwa eksotoksin staphylococcus aureus dapat menginduksi


reaksi imunologik dan dikenal sebagai superantigen.
• Superantigen berikatan dengan sisi luar molekul major histocompatibility
complete (MHC II) - > Menginduksi pengeluaran sitokin TNF dan IL-6 oleh sel
penyaji antigen - > Superantigen berikatan dengan reseptor sel T - > Sel T
teraktivasi dan berproliferasi - > Melepaskan macam-macam sitokin (IFN, TNF,
IL-2) - > Sitokin merangsang makrofag lebih akif memfagosit antigen - > Aktif
memfagosit, tapi berefek samping inflamasi.
MANIFESTASI KLINIS
• DA fase infantil lebih sering muncul pada usia bayi (2 bulan-2 tahun), umumnya
awitan terjadi pada usia 2 bulan.
• Tempat predileksi utama di wajah diikuti kedua pipi dan tersebar simetris.
• Lesi dapat meluas ke dahi, kulit kepala, telinga, leher, pergelangan tangan, dan
tungkai terutama di bagian volar atau fleksor
• Gambaran klinis fase ini lebih mirip dermatitis akut, eksudatif, erosi dan
ekskoriasi.
MANIFESTASI KLINIS
• DA fase anak pada fase anak biasanya pada usia 2 tahun sampai 10 tahun dan
dapat merupakan kelanjutan fase infantile atau muncul tanpa didahului fase
infantile.
• Tempat predileksi lebih sering di fosa kubiti dan popliteal, fleksor pergelangan
tangan, kelopak mata dan leher, dan tersebar simetris.
• Lesi dermatitis cenderung menjadi kronis, disertai hyperkeratosis,
hiperpigmentasi, erosi, ekskoriasi, krusta dan skuama.
MANIFESTASI KLINIS

• DA fase remaja dan dewasa biasanya terjadi pada usia diatas 13 tahun dan dapat
merupakan kelanjutan fase infantile atau fase anak
• Tempat predileksi mirip dengan fase anak, dapat meluas mengenai kedua telapak
tangan, jari-jari, pergelangan tangan, bibir, leher bagian anterior, scalp, dan
putting susu
• Manifestasi klinis bersifat kronis, berupa plak hiperpigmentasi, hyperkeratosis,
likenifikasi, ekskoriasi dan skuamasi. Rasa gatal lebih hebat saat istirahat, udara
panas dan berkeringat
KRITERIA DIAGNOSIS DA
Kriteria William
I. Harus ada

Kulit yang gatal (atau tanda garukan pada anak kecil)

I. Ditambah 3 atau lebih tanda berikut:

 Riwayat perubahan kulit/kering di fosa kubiti, fosa popliteal, bagian anterior


dorsum pedis, atau seputar leher (termasuk kedua pipi pada anak <10 tahun)

 Riwayat asma atau hay fever pada anak (riwayat atopi pada anak <4 tahun pada
generasi-1 dalam keluarga)

 Riwayat kulit kering sepanjang akhir tahun

 Dermatitis fleksural (pipi, dahi dan paha bagian lateral pada anak <4 tahun)

 Awitan di bawah usia 2 tahum (tidak dinyatakan pada anak <4 tahun)
KRITERIA DIAGNOSIS DA
Kriteria Hanifin-Rajka
Kondisi Ciri-ciri Skor
Luas Penyakit a. Fase anak

- <9% luas tubuh 1

- sekitar 9-36% luas tubuh 2

DERAJAT SAKIT DA - >36% luas tubuh 3

b. Fase infantile

- <18% luas tubuh 1

- Sekitar 18-54% luas tubuh 2

- >54% luas tubuh 3


Kekambuhan - >3 bulan remisi/tahun 1
Derajat Sakit DA oleh Hanifin dan Rajka
- <3 bulan remisi/tahun 2

- Terus menerus 3
Intensitas -Gatal ringan, kadang mengganggu 1
tidur di malam hari

-Gatal sedang, sering mengganggu


2
tidur malam hari (tidak terus-
menerus)

-Gatal hebat, mengganggu tidur


sepanjang malam (terus-menerus) 3
INDEKS SCORE ATOPIC (SCORAD)
A. Penilaian luas penyakit: dihitung menggunakan sostem rule of nine. Pada anak
dibawah usia 2 tahun, wajah dan kepala masing-masing dihitung 8.5% dan
kedua ekstremitas masing-masing 6%. Sedangkan pada dewasa, wajah dan
kepala masing-masing 4.5% dan kedua ekstremitas bawah masing-masing
dinilai 9%.
B. Penilaian intensitas: parameter yang dinilai adalah morfologi pada kulit dengan
dermatitis yaitu eritema, edema tau papul, eksudat atau krusta, ekskoriasi,
likenifikasi. Setiap lesi dinilai sebagai berikut: 0 (bila tidak ada), 1 (ringan), 2
(sedang), 3 (berat). Sedangkan untuk kulit kering yang dinilai adalah kulit di
luar kelima lesi. Intensitas morfologi dinilai oleh 2 orang pengamat dengan
variasi (perbedaan) penilaian yang tidak bermakna. Standar penilaian intensitas
pada SCORAD adalah foto atau slide foto pasien.
INDEKS SCORE ATOPIC (SCORAD)

C. Penilaian subjektif: dilakukan terhadap rasa gatal dan gangguan tidur. Untuk
kedua parameter tersebut pasien diminta menilai dengan menggunakan visual
analog scales dari 0 sampai 10. Penilaian berdasarkan kesimpulan analogi
derajat rasa gatal dan tidak bisa tidur selama 3 hari atau 3 malam terakhir.
Untuk anak usia di bawah 7 tahun pemberian nilai tidak dapat dipercaya,
sehingga tidak ikut dinilai.
D. Total nilai indeks SCORAD: ditetapkan dengan rumus: A/5+ 7B/2 + C. Pada
formula ini A adalah luas luka (0-100), B adalah intensitas (0-18), dan C adalah
gejala subjektif (0-20). Berdasarkan dari penilaian SCORAD dermatitis atopik
digolongkan menjadi:
INDEKS SCORE ATOPIC (SCORAD)

1. Dermatitis atopik ringan (skor SCORAD <15): perubahan warna kulit menjadi
kemerahan, kulit kering yang ringan, gatal ringan, tidak ada infeksi sekunder.

2. Dermatitis atopik sedang (skor SCORAD antara 15–40): kulit kemerahan,


infeksi kulit ringan atau sedang, gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi.

3. Dermatitis atopik berat (skor SCORAD >40): kemerahan kulit, gatal,


likenifikasi, gangguan tidur, dan infeksi kulit yang semuanya berat
INDEKS SCORE ATOPIC (SCORAD)
DIAGNOSIS BANDING

• Pada fase bayi mirip dengan dermatitis seboroik, psoriasis, dan dermatitis popok
• Pada fase anak mirip dengan dermatitis numularis, dermatitis intertriginosa,
dermatitis kontak, dan dermatitis traumatika
• Pada fase dewasa mirip dengan neurodermatitis atau liken simpleks kronikus
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan apabila ada keraguan klinis.


• Peningkatan kadar IgE dalam serum juga dapat terjadi pada sekitar 15 % orang
sehat, demikian pula kadar eosinophil, sehingga tidak patognomonik.
• Uji kulit dilakukan bila ada dugaan pasien alergik terhadap debu atau makanan
tertentu, bukan untuk diagnostic
• Selain itu bila diperlukan, bisa dilakukan pemeriksaan prick test, atopy patch
test, eliminasi makanan, open challenge test, dan sebagainya
KOMPLIKASI

• DA yang mengalami perluasan dapat menjadi eritroderma. Atrofi kulit (striae


atroficans) dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid jangka panjang. Infeksi
sekunder dengan S. aureus dan HSV (eczema herpeticum) juga dapat terjadi
TATALAKSANA

Terdapat lima pilar penatalaksanaan DA:

1. Edukasi dan empowerment pasien serta caregiver(s)

2. Menghindari dan memodifikasi faktor pencetus lingkungan/modifikasi gaya hidup

3. Memperkuat dan mempertahankan fungsi sawar kulit yang optimal

4. Menghilangkan penyakit kulit inflamasi

5. Mengendalikan dan mengeliminasi siklus gatal-garuk


EDUKASI DAN KONSELING

• Pertimbangkan bebagai faktor yang mempengaruhi, upaya preventif atau terapi kausal
sesuai penyebab.
• Edukasi orang tua, pengasuh, keluarga dan pasien tentang DA, perjalanan penyakit
serta berbagai faktor yang mempengaruhi penyakit.
• Edukasi mengenai faktor yang bisa menjadi pencetus (tungau, debu, makanan, bahan
penyedap, kacang, susu sapi, telur, dan lainnya).
• Faktor psikologis seringkali berperan sebagai faktor pencetus atau sebaliknya. Bila
diperlukan pasien dapat dirujuk ke psikolog atau psikiater
EDUKASI DAN KONSELING

• Perawatan saat mandi:

- Mandi 1-2 kali sehari dengan air hangat selama 10-15 menit

- Menggunakan sabun mengandung pelembab, pH 5.5-6, tidak mengandung


pewarna atau pewangi

- Mencegah bahan iritan saat mandi, seperti sabun antiseptic


EDUKASI

• Perawatan setelah mandi:

- Setelah mandi segera oleskan pelembab ke seluruh kulit kecuali kulit kepala

- Cara pemakaian: menggunakan tangan, dioleskan tipis di seluruh permukaan


kulit kecuali kulit kepala, apabila kulit terkena air atau bahan lain dalam waktu
kurang dari 5 menit setelah pengolesan, prosedur diulang kembali
MEDIKAMENTOSA

• Pelembab: berfungsi untuk memulihkan disfungsi sawar kulit.


• Humektan (contohnya gliserin dan propilen glikol),
• Natural moisturizing factor (contoh urea 10% dalam euserin hidrosa)
• Emolien (contohnya lanolin 10%, petrolatum, minyak tumbuhan dan sintesis)
• Protein rejuvenators (misalnya asam amino)
• Bahan lipofilik (diantaranya asam lemak esensiel, fosfolipid, dan seramid)
Pemakaian pelembab dilakukan teratur 2 kali sehari,, dioleskan segera setelah
mandi walaupun sedang tidak terdapat gejala.
MEDIKAMENTOSA

• Kortikosteroid (KS) topikal: KS topical merupakan obat pilihan utama DA,


namun terdapat keterbatasan terutama effek samping yang timbul jika digunakan
untuk jangka panjang
• Untuk bayi dan anak dianjurkan pemilihan KS golongan VII-IV
• Pada DA fase bayi/anak yang ringan dapat dimulai dengan KS golongan IV,
misalnya hidrokortison krim 1-2.5%, metilprednisolon atau flumetason
• Efek samping KS sistemik pada anak terutama supresi aksis hipotalamus-pituitri-
korteks adrenal (HPA) dan atrofi kulit
MEDIKAMENTOSA

• Pada DA dengan derajat keparahan sedang dapat digunakan KS golongan VI, misalnya
desonid, triamsinolon asetonid, prednikarbat, hidrokortison butirat, flusinolon asetonid.
• Bila kondisi DA lebih parah dapat digunakan kortikosteroid golongan V, misalnya
flutikason, betametason 17 valerat, atau golongan IV, yaitu mometason furoat (MF), atau
aklometason.
• Dalam keadaan tertentu kortikosteroid topikal potensi kuat dapat digunakan secara
singkat (1-2 minggu). Bila DA sudah teratasi segera ganti dengan potensi sedang atau
lemah.
MEDIKAMENTOSA

• Obat penghambat kalsineurin (pimekrolimus dan takrolimus): Untuk mengatasi


pruritus dan inflamasi dapat diberikan antihistamin sistemik (Sedatif atau non-
sedatif).
• KS topical dan inhibitor kalsineurin, diantaranya primekrolimus dan takrolimus.
• Krim takrolimus 0.03% dan 0.1% aman digunakan pada anak 2-15 tahun dalam
jangka pendek atau panjang secara bergantian dan tidak menimbulkan efek atrofi
kulit. Digunakan 1-2x sehari
MEDIKAMENTOSA

• Pimekrolimus termasuk golongan askomisin makrolaktam, sebagai penghambat


sitokin inflamasi dari sel mas yang teraktivasi dan mencegah pelepasan mediator
inflamasi (histamine, triptase) dari sel mast yang teraktivasi
• Kedua obat ini tidak memiliki efek antiproliferasi dan tidak mengganggu
immunosurveillance.
MEDIKAMENTOSA

• Antihistamin yang bersifat sedatif (klorfeniramin maleat, hidroksisin) lebih


efektif dalam mengurangi rasa gatal dibandingkan antihistamin nonsedatif
(loratadin, cetirizine, terfenadin, feksofenadin)
• Obat imunosupresi sistemik pada DA, merupakan obat pilihan terakhir.
• Penggunaan kortikosteroid sistemik dibatasi penggunaannya pada kasus akut dan
berat, serta diberikan untuk jangka waktu singkat.
• Pemberian siklosporin A pada DA anak rekalsitrans pernah diteliti. Pengobatan
dengan dosis 5mg/kgbb/hari memberikan hasil pengobatan yang dinilai baik,
namun DA dapat kembali kambuh bila dosis diturunkan.
PROGNOSIS

• Peradangan dapat bertahan selama berbulan-bulan atau tahunan.


• Remisi yang kurang lebih lengkap secara spontan pada masa kanak-kanak terjadi
pada >40% kasus, dengan rekurensi yang sering terjadi pada saat remaja.
• Pada banyak pasien, penyakitnya bertahan untuk 15-20 tahun, tetapi tidak begitu
parah. 30-50% pasien memiliki asma dan atau hay fever.
• Terdapat DA onset dewasa dengan perjalanan penyakit yang parah. Infeksi
S.aureus. berakibat erosi yang ekstensif dan mengkrusta, dan infeksi herpes
simplex menjadi herpetikum eczema, yang dapat mengancam nyawa.
SIMPULAN

• Dermatitis atopic (DA) adalah peradangan kulit berupa dermatitis yang kronis
residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama pada
bayi (fase infantile) dan fleksural ekstremitas (pada fase anak). DA dapat terjadi
di semua kelompok usia mulai dari bayi sampai dewasa dengan gejala klinis dan
tempat predileksi yang khas. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi DA
yaitu pajanan dari allergen dan riwayat atopi pada keluarga. Terapi dari DA
sendiri dapat diberikan terapi seperti pemberian pelembab, kortikosteroid,
penghambat kalsineurin dan antihistamin yang bertujuan untuk menghilangkan
inflamasi dan juga mengendalikan keluhan seperti gatal dan garukan yang dapat
memperburuk keadaan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai