Anda di halaman 1dari 8

Nanggala

By Benny Adam
Letak
Bouganville
Latar Belakang
Sejarah
Bougainville, yang dinamai dari seorang
penjelajah Prancis, Louis-Antoine de
Bougainville, menjadi bagian dari Papua
Nugini setelah Perang Dunia II. Saat itu,
wilayah ini berada di bawah administrasi
Australia. Pada tahun 1975, Papua Nugini
meraih kemerdekaan dari Australia dan
menjadi negara merdeka. Bougainville tetap
menjadi bagian dari Papua Nugini, meskipun
pulau ini memiliki sejarah dan budaya yang
unik.
Kilas Balik Pasca-Perang Dunia 2
Setelah Perang Dunia II, Bougainville menjadi tempat bagi
industri pertambangan tembaga dan emas yang besar.
Pertambangan ini dimiliki dan dioperasikan oleh
perusahaan multinasional, termasuk Bougainville Copper
Limited (BCL), yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
perusahaan tambang besar, Rio Tinto. Pertambangan ini
memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi Papua
Nugini, tetapi pada saat yang sama, menimbulkan dampak
yang serius terhadap lingkungan dan masyarakat
Bougainville.
Konflik
Ekonomi dan
Lingkungan
Pada awal 1970-an, ketidakpuasan terhadap
dampak lingkungan dan ekonomi
pertambangan semakin meningkat di antara
penduduk Bougainville. Masyarakat setempat
mengeluhkan pencemaran sungai, kerusakan
hutan, dan minimnya manfaat ekonomi yang
diterima oleh mereka, sementara perusahaan
tambang dan pemerintah Papua Nugini
mendapatkan keuntungan besar
Perang Sipil dan
Pemberontakan
Pada tahun 1988, ketidakpuasan mencapai puncaknya dan
meletus menjadi konflik bersenjata. Gerakan pemberontak
yang dikenal sebagai Bougainville Revolutionary Army (BRA)
dipimpin oleh pemimpin lokal seperti Francis Ona. Mereka
memproklamasikan Republik Bougainville yang merdeka pada
tahun 1990, menciptakan situasi pemberontakan dan perang
sipil yang berkepanjangan

Konflik ini tidak hanya melibatkan pemberontak dan


pemerintah Papua Nugini, tetapi juga berimplikasi serius
terhadap kemanusiaan. Ribuan nyawa hilang akibat
pertempuran dan dampak ekonomi. Pemboman dan
pembatasan akses ke layanan dasar seperti kesehatan dan
pendidikan menyebabkan penderitaan rakyat Bougainville.
Jalan Menuju Kemerdekaan
01 Perjanjian Perdamaian dan 02 Hasil Referendum
Persiapan Referendum
Pada tahun 1997, dengan mediasi dari PBB dan negara- Hasil referendum menunjukkan bahwa mayoritas
negara tetangga, tercapailah Perjanjian Perdamaian penduduk Bougainville mendukung kemerdekaan
Bougainville yang menetapkan gencatan senjata. Salah penuh. Meskipun hasil ini tidak bersifat mengikat, itu
satu poin penting perjanjian ini adalah janji untuk menjadi dasar untuk negosiasi lebih lanjut antara
menyelenggarakan referendum mengenai status politik pemerintah Papua Nugini, Bougainville, dan pihak
Bougainville. Referendum ini diadakan pada Desember terkait. Pembicaraan ini mencakup aspek-aspek seperti
2019, memberikan pilihan antara otonomi lebih besar di pembagian sumber daya ekonomi, keamanan, dan
bawah Papua Nugini atau kemerdekaan penuh. pembentukan pemerintahan independen.
Pemungutan suara kemerdekaan di Bougainville

Referendu
dilaksanakan pada tanggal 23 November hingga 7
Desember 2019. Referendum ini merupakan bagian dari
kesepakatan perdamaian yang dicapai pada tahun 2001
antara pemerintah Papua Nugini dan Bougainville, setelah
konflik bersenjata yang berlangsung dari tahun 1988

m
hingga 1998. Hasil referendum ini menentukan apakah
Bougainville akan memilih untuk memiliki otonomi lebih
besar di bawah Papua Nugini atau memperjuangkan
kemerdekaan penuh. Sebagaimana disebutkan sebelumnya,
hasil referendum menunjukkan mayoritas (98%) penduduk
Bougainville mendukung kemerdekaan penuh. Meskipun
hasil tersebut tidak bersifat mengikat, itu menjadi dasar
untuk negosiasi lebih lanjut tentang status politik
Bougainville.

Anda mungkin juga menyukai