Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)


RUANG ASOKA RSU ANWAR MEDIKA SIDOARJO
Dosen Pembimbing: Ns. Lutfi Wahyuni, S.Kep., M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO

TA. 2023 – 2024


Nama Kelompok 2:
•WARDATUL MUKHLISOH 202373053
•ALYA PARAMUDITHA 202373054
•ROFIDA ERLIN DINAR 202373056
•UMI ENDAH KARYANINGSIH 202373057
•SUDIRMANTOYO 202373082
Definisi Tuberculosis Paru (TB Paru)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan mycobacterium
tubercoli yang berbentuk batang aerobik ini tahan asam yang menyerang paru -
paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya, bakteri ini dapat masuk melalui
saluran pernafasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.
Menghirup tetesan bahan infeksius dari individu yang terinfeksi mengakibatkan
sebagian besar infeksi tuberkulosis, yang terjadi melalui udara. Peluang 10%
tertular tuberkulosis paru ada pada mereka yang memiliki Mycobacterium
tuberculosis. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti pengidap HIV,
diabetes, malnutrisi, diabetes, atau perokok, lebih rentan terhadap penyakit
Etiologi
Tuberkulosis paru disebabkan oleh basilituberkel yang berasal dari genusmycobaterium. Terdapat
tiga jenis parasit obligat yang dapat menyebabkan penyakit tuberkulosis yaitu mycobacterium
tuberkulosis, Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum.
Tuberkulosis ditandai dengan berbagai gejala seperti batuk keras selama 3minggu atau lebih,
nyeri dada, batuk dengan darah/sputum, badan lemas dan mudah kelelahan, berat badan
menurun, nafsu makan menurun, menggigil, demam, dan berkeringat pada malam hari. Tidak
semua orang yang terinfeksi bakteri TBC akan menjadi sakit. Tuberkulosis dapat di
klasifikasikan menjadi TBC laten dan TB aktif. Pada TBC laten, bakteri TBC hidup di dalam
tubuh penderita namun tidak menyebabkan sakit ataupun munculnya suatu gejala. Pada kondisi
ini tubuh dapat melawan bakteri sehingga mencegah bakteri untuk tumbuh. Pada TB aktif,
bakteri yang semula tidak aktif di dalam tubuh akhirnya menjadi aktif dikarenakan sistem imun
yang tidak dapat mencegah bakteri untuk kambuh. Akhirnya orang yang menderita penyakit ini
akan mudah untuk menyebarkan bakteri TBC kepada orang lain.
Klasifikasi
a. Pembagian secara patologis:
1) Tuberculosis primer (Childhoodtuberculosis).
2) Tuberculosis post primer (Adulttuberculosis).
a. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberculosis paru (kochpulmonum) aktif, non
aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh. Tuberculosis paru BTA
negatif dengan kriteria :
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan Tuberculosis paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
a. Bekas Tuberculosis paru dengan kriteria :
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.
2) Gejala klinik tidak ada tau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi Tuberculosis inaktif, menunjukkan serial foto yang
tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung)
a. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit TBC
b. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan
umum pasien tampak sesak dan batuk mengeluarkan sputum.
Penularan & Faktor Risiko
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi udara. Individu terinfeksi, melalui
berbagai cara, batuk, bersin, tertawa, atau bernyanyi, . melepaskan droplet besar (lebih dari 100
unit ) dan kecil 1 sampai 5 unit). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil
tertahan diudara dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk
tertular tuberkulosis adalah :
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang terinfeksi dengan
HIV)
c. Penggunaan obat-obat IV dan alkoholik
d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang edekuat
e. Individu yang tinggal di daerah perumahan sub standart kumuh
Manifestasi Klinis
a. Demam 40-41°C , Serta ada batuk / batuk darah : Batuk berdahak yang terjadi dalam kurun
waktu yang lama untuk kembali sembuh, umumnya lebih dari tiga minggu. Batuk berdarah. Ini
yang paling sering terjadi, sebab sudah tersebar pada paru-paru dan menyebabkan infeksi.
b. Sesak nafas dan nyeri dada : Terjadi karena paru-paru yang sudah terinfeksi, sehingga
geraknya lemah atau tidak normal pada waktu proses pernafasan.
c. Malaise, keringat malam.
d. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada : Ronchi Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar
terdengar baik inspirasi maupun ekspirasi akibat terkumpulnya secret dalam trachea atau
bronchus.
e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit : Terjadi karena paru-paru yang sudah
terinfeksi, sehingga geraknya lemah atau tidak normal pada waktu proses pernafasan.
Patofisiologi
Kuman M. tuberculosis masuk ke alveoli melalui saluran udara saat seseorang menghirupnya, alveoli yakni tempat bakteri
berkumpul dan berkembang biak. Melalui sistem limfatik dan cairan tubuh, M. tuberculosis juga dapat menyerang bagian tubuh
lainnya, termasuk ginjal, tulang, korteks otak, dan area paru lainnya (lobus atas). Respon inflamasi akan dilakukan oleh sistem
imun sebagai respon. Fagosit menghambat pertumbuhan kuman, dan limfosit yang spesifik untuk melisiskan (membunuh)
bakteri tuberkulosis dan jaringan sehat. Eksudat terakumulasi di alveoli sebagai akibat dari interaksi ini, yang dapat
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal sering terjadi 2–10 minggu setelah terpapar kuman.
Granuloma terbentuk pada tahap awal infeksi akibat interaksi sistem kekebalan dengan M. tuberculosis. Basil hidup dan mati
dikelompokkan bersama dalam granuloma, yang dilindungi oleh makrofag. Granuloma berubah menjadi akumulasi jaringan
fibrosa. Pusat massa, yang dikenal sebagai TBC Ghon, mengering dan berubah menjadi keju. Ini pada akhirnya akan
mengklasifikasikan dan membuat jaringan kolagen, setelah itu bakteri akan menjadi tidak aktif. Seseorang mungkin mengalami
penyakit aktif setelah infeksi pertama sebagai akibat dari respon imun yang tidak memadai atau melemah. Infeksi ulang dan
kebangkitan kembali bakteri laten, yang sebelumnya lembam, juga dapat menyebabkan penyakit ini. Tuberkel ghon dalam hal
ini hancur, menghasilkan kaseosa nekrotikan di bronkus. Penyakit itu kemudian menyebar lebih luas sebagai akibat dari
penyebaran bakteri di udara. Tuberkel yang mati menghasilkan jaringan parut saat sembuh. Saat paru-paru yang terinfeksi
semakin membengkak, kondisi bronkopneumonia memburuk
PATHWAY
Komplikasi
a. Kerusakan jaringan paru yang masif

b. Gagal nafas (terjadi bilamana pertukaraan oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen
dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh, sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia)

c. Fistulabronkopleural (fistula antara ruang pleura dan paru-paru dapat berkembang setelah pneumono nectomy, pasca trauma atau infeksi
tertentu)

d. Pneumothoraks (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

e. Efusi pleura (kelebihan cairan yang menumpuk pada organ pleura, ruang berisi aliran yang mengelilingi paru).

f. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

g. Infeksi organ tubuh lain oleh fokus mikro bakteri kecil.

h. Penyakit hati terjadi sekunder akibat terapi obat


Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah rutin: LED normal/meningkat, linfositosis

b. Pemeriksaan sputum BTA: untuk memastikan diagnosa TBC paru, namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-
70% klien yang dapat di diagnosa berdasarkan pemeriksaan ini.

c. Tes PAP (paroksidaseanti peroksidase): merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya spesifik terhadap basil TBC Paru

d. Tes mantoux/tuberculin : merupakan uji serologi imuno peroksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya igG spesifik terhadap basil TBC Paru

e. Pemeriksaan radiologi : rontgen thorax PA dan lateral


ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
A. PENGKAJIAN PADA PASIEN TBC
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. M PENANGGUNG JAWAB
a. Tanggal lahir : 26/09/1963 (60 Th) a. Nama : Ny. B
a. Status Perkawinan : Kawin b. Status Perkawinan : Kawin
a. Pendidikan : SMA Sederajat c. Pekerjaan : IRT
a. Pekerjaan : Wiraswasta d. Alamat : Balongbendo –
Sidoarjo
a. Agama : Islam e. Hubungan dengan klien : Anak
b. Alamat : Balongbendo - Sidoarjo
c. MRS Tanggal : 18/12/2023
d. Dx Masuk : DMND+TB Paru+AKI
e. Ruang : Asoka
f. Pengkajian tanggal : 20/12/2023
g. Waktu pengkajian : Jam 09.00 WIB
B. STATUS KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan mengeluh batuk dan sesak selama 1 minggu terakhir
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSU Anwar Medika Sidoarjo pada tanggal 18 Desember 2023 pukul 13.00
WIB dengan keluhan batuk di sertai sesak, ngongsroh, dan dahaknya sulit keluar. Lalu pasien di
pindahkan ke ruang rawat inap Asoka 8 pada jam 15.30 WIB dengan masih keluhan batuk dan
sesak sehingga pasien mendapat terapi oksigen nasal kanul sebanyak 4 lpm
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengatakan mempunyai riwayat DM dan sedang menjalani pengobatan OAT TB Paru
semenjak 3 minggu yang lalu
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien mengatakan bahwa dalam keluarga Pasien ada yang menderita DM yakni Ibu dari Pasien
tetapi tidak ada menderita TB Paru dalam keluarga Pasien.
KEADAAN UMUM : Pasien tampak lemas, sesak dan batuk beberapa kali.
Tanda-tanda vital: Nadi : 90x/menit SUHU : 36,2ºC RR : 26x/menit
TD: 100/70 mmHg
II. PENGKAJIAN SISTEM

B1 (BREATING)
Inspeksi : Bentuk dada simetris, irama nafas reguler, dyspnea, pola napas takipnea, fase ekspirasi
memanjang, terpasang oksigen nasal 4 lpm, respirasi 26x/menit, SpO2 98%.
Palpasi : Vocal fremitus normal, pengembangan paru kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor pada paru kanan dan suara pekak pada thorax ICS ke 1 dan 2 bagian kiri
Auskultasi : Terdapat bunyi nafas tambahan yaitu ronkhi di bagian paru sebelah kiri terdapat penurunan
resonan vokal pada paru atas kiri
B2 (BLOOD)
Inspeksi : Telapak tangan tampak kemerahan/ tidak ada sianosis, konjungtiva tidak tampak anemis, nadi
90x/menit, tekanan darah 100/70 mmHg, GDA = 244 mg/dL
Palpasi : Teraba akral hangat, CRT < 2 detik, terlihat ngongsroh, lemas, gelisah
Perkusi : Batas kanan atas ics 2 linea parasternalis dextra, batas kanan bawah ics 4 linea parasternalis sinistra,
batas kiri atas ics 2 linea parasternalis sinistra, batas kiri bawah ics 5 midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I : bunyi jantung I terdengar (dup) tunggal BJ II : bunyi jantung II terdengar (dup)
tunggal BJ II : tidak terdengar bunyi jantung tambahan (normal)
B3 (BRAIN)
Inspeksi : Pasien tidak tampak nyeri, kesadaran composmentis, GCS 456, pupil isokor, reflek pupil terhadap cahaya
(+).
Palpasi : Tidak ada kelainan pada nervous kranial 1-12

B4 (BLADDER)
Inspeksi : BAK kurang lebih 4x/sehari, output urine 2000cc/24 jam, warna kuning jernih, bau khas urine, tidak
terdapat nyeri saat BAK
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak ada distensi kandung kemih.

B5 (BOWEL)
Inspeksi : Tampak bentuk abdomen acites, tidak terdapat luka, mukosa bibir lembab, makan ½ - 1 porsi habis dari
rumah sakit, minum kurang lebih 1000 cc/24 jam dengan jenis air mineral. Frekuensi BAB tidak menentu terkadang
1 hari sekali terkadang bisa 2-3 hari sekali.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, perut teraba supel, tidak terdapat pembesaran hepar atau limfa.
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
B6 (BONE)
Inspeksi : Tidak ada oedema, tidak tampak adanya dislokasi, tidak ada fraktur, tidak ada jejas, bentuk tulang normal,
warna kulit sawo matang, kuku tampak sedikit kotor, ekstremitas atas normal, ekstremitas bawah lemah.
Palpasi : Tidak nyeri tekan pada ekstremitas atas maupun bawah
Perkusi :-
Auskultasi : Kekuatan otot
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap: 18 Desember 2023
HGB : 11,0 g/dL
WBC : 7,0 ribu/mm3
PLT : 293 ribu/uL
Eritrosit : 3,96 juta/uL
GDA : 267 mg/dL
HbSAg : Negatif/ Non Reaktif
2. SE (Serum Elektrolit): 18 Desember 2023
Natrium : 137,8 meq/L
Kalium : 4,20 meq/L
Chlorida : 111,8 meq/L
3. OT/PT : 18 Desember 2023
33,0/18,4 u/L
4. BUN/SK : 18 Desember 2023
Urea : 91,2 mg/dL
BUN : 42,200 mg/dL
Creatinin : 1,0 mg/dL
5. USG Abdomen : 18 Desember 2023
- Hepatomegali dengan congestive liver
- Acites
- GB Pancreas/ Lien/ Ginjal ka-ki/ BUN/Prostat tidak tampak kelainan
6. Foto Thorax : 18 Desember 2023
- Cardiomegali dengan congestive pulmonum
- Efusi pleura kiri
7. BTA Sps : 02 Desember 2023
Reaktif/ Positif
TERAPI
Infus NaCl 0,9% 21 tpm
Injeksi Omeperazole 2x1
Injeksi Apidra 3x10 iu
Nebulizer ventolin + NaCl 0,9% 1 cc tiap 8 jam
Terapi Oral:
Fibumin 300 mg 3x1 sesudah makan
Rifampicin 450 mg tablet 1x1 tiap Malam sesudah makan
Alergi Obat: Obat TB warna merah
NO Dx
DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS:
Mycobacterium Tuberculosis

Kerusakan membran alveolus


Bersihan Jalan Napas
- Pasien mengatakan batuk dan dahaknya sulit Respon inflamasi Tidak Efektif
keluar selama 1 minggu terakhir
Jaringan Granulomas
- Pasien mengatakan sesak
Masa Fibrosa
DO:
Sistem imun menurun (DM)
- Tampak batuk pasien tidak efektif
TBC Aktif
- Adanya suara ronkhi di paru sebelah kiri
- Pasien tampak gelisah Pembentukan Sputum berlebih

- RR: 26x/menit Hipersekresi jalan napas

Batuk

Dahak/ sputum sulit di dikeluarkan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

ANALISA DATA
Mycobacterium Tuberculosis
2 DS:
Kerusakan membran alveolus
- Pasien mengatakan sesak
Respon inflamasi
- Pasien mengatakan ngongsroh
Jaringan Granulomas
DO:
Masa Fibrosa
- Pasien tampak sesak
Sistem imun menurun (DM)
- Pasien tampak ngongsroh
TBC Aktif
- Pola napas tampak takipnea
- Ekspirasi napas memanjang Pembentukan Sputum berlebih

- Tampak terpasang O2 Nasal 4 lpm Dahak/ sputum sulit di dikeluarkan

- RR: 26x/menit Obstruksi

- SpO = 98% Sesak nafas

Pola Napas Tidak Efektif


DAFTAR DIAGNOSIS
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN TTD

1 Bersihan Jalan Napas (D.0001) Tidak Efektif berhubungan dengan Hipersekresi Jalan
napas (pembentukan sputuk/ dahak berlebih) ditandai dengan pasien mengatakan
batuk dan dahaknya sulit keluar selama 1 bulan terakhir, pasien tampak batuk tidak
efektif, adanya suara ronkhi di paru sebelah kiri, pasien tampak gelisah dan RR
26x/menit.

2 Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) berhubungan dengan Hambatan upaya napas (sesak)
ditandai dengan pasien mengatakan sesak dan ngongsroh, pola napas tampak
takipnea, ekpirasi napas tampak memanjang, RR 26x/menit, SpO2 98% dengan O2
nasal kanul 4 lpm
RENCANA KEPERAWATAN
NO Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1 Bersihan Jalan Napas (L. 01001) Setelah dilakukan 1) Kaji fungsi respirasi, antara lain: suara, jumlah, irama, dan
tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan kedalaman nafas serta catatan pula mengenai penggunaan otot
napas “Meningkat” dengan kriteria hasil: nafas tambahan.
2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret atau batuk secara
1) Batuk efektif meningkat efektif. Catat karakter, volume sputum dan adanya hemoptisis.
2) Produksi sputum menurun 3) Berikan posisi tidur semi fowler/high fowler membantu pasien
3) Dispnea menurun untuk berlatih batuk secara efektif dan menarik nafas dalam.
4) Frekuensi napas membaik 4) Bantu encerkan dahak agar bisa keluar.
5) Pola napas membaik 5) Pertahankan intake cairan dengan memberikan minum +/- 2500
(SLKI PPNI, 2018) ml/hari, menganjurkan untuk minum dalam kondisi hangat jika
tidak ada kontraindikasi.
6) Kolaborasi
a) Berikan O2 udara inspirasi yang lembab
b) Berikan pengobatan sesuai indikasi
c) Berikan agen anti infeksi OAT
(SIKI PPNI, 2018)
2 Pola napas (L.01004) Setelah 1) Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
dilakukan tindakan keperawatan 2) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
diharapkan pola napas “Membaik” nafas
dengan kriteria hasil: 3) Monitor adanya sumbatan jalan nafas Terapeutik
1) Dypsnea menurun 4) Berikan oksigen
2) Pola Napas membaik 5) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
3) Pemanjangan fase ekspirasi mengurangi sesak napas yaitu terapi pursed lips
menurun breathing
4) Frekuensi nafas membaik 6) Posisikan semifowler/fowler Edukasi
7) Kolaborasi pemberian dosis oksigen
(SLKI PPNI, 2018)
(SIKI PPNI, 2018)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. DX Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan

1 20 Desember 2023 1. Mengkaji fungsi respirasi, antara lain: suara, jumlah, irama, dan kedalaman nafas serta catatan pula mengenai penggunaan otot nafas
tambahan.
Hasil:
10.00 WIB Irama napas reguler, dyspneu, pola napas takipnea, waktu eskpirasi memanjang, RR 26x/menit
2. Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret atau batuk secara efektif. Catat karakter, volume sputum dan adanya hemoptisis.
Hasil:
Pasien tampak sulit mengeluarkan dahak/ sputum, karakter sputum kental, kuning-kehijauan, volume sedikit, adanya hemoptisis/ batuk
10.10 WIB secara berkepanjangan selama 1 minggu terakhir
3. Memberikan posisi tidur semi fowler/high fowler membantu pasien untuk berlatih batuk secara efektif dan menarik nafas dalam.
Hasil:
10.15 WIB Perawat membantu memposisikan pasien semi fowler, berlatih batuk secara efektif.
4. Membantu mengencerkan dahak agar sputum bisa keluar
Hasil:
Pasien mendapat terapi nebulizer ventolin tiap 8 jam
10.30 WIB
5. Mempertahankan intake cairan dengan memberikan minum +/- 2500 ml/hari, menganjurkan untuk minum dalam kondisi hangat jika
tidak ada kontraindikasi.
Hasil:
Perawat menyarankan agar meminum air hangat sebanyak minimal 2000 ml/ hari
10.35 WIB
6. Kolaborasi
a) Memberikan O2 udara inspirasi yang lembab
Hasil:
Pasien mendapat terapi O2 nasal kanul sebanyak 4 lpm
b) Memberikan pengobatan sesuai indikasi
Hasil:
Pasien mendapat terapi nebulizer untuk membantu mencairkan dahak dan pengobatan OAT secara rutin.
c) Memberikan agen anti infeksi OAT
Hasil:
Rifampicin 450 mg tablet 1x1 tiap Malam sesudah makan
Alergi: Obat TB warna merah
10.40 WIB
2 20 Desember 2023 1. Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
Hasil:
10.00 WIB Pola nafas takipnea, SpO2= 98%
2. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
Hasil:
RR 26x/menit, irama nafas reguler, pasien tampak sesak
10.05 WIB
3. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas Terapeutik
Hasil:
Ronkhi (+)
Sputum/ dahak (+)
10.07 WIB
4. Memberikan oksigen
Hasil:
O2 nasal kanul 4 lpm
10.10 WIB
5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi sesak napas yaitu terapi pursed lips breathing
Hasil:
Perawat mengajarkan terapi lips breathing
10.25 WIB 6. Memposisikan semifowler/fowler Edukasi
Hasil:
Perawat memposisikan pasien semi fowler

10.30 WIB 7. Mengkolaborasi pemberian dosis oksigen


Hasil:
O2 nasal kanul 4 lpm

10.32 WIB
EVALUASI KEPERAWATAN
NO Dx Tanggal EVALUASI S-O-A-P
1 20 Desember 2023 S:
Pasien mengatakan batuk tidak efektif
11.00 WIB O:
Pasien tampak bisa mengeluarkan dahak
Pasien masih belum mampu batuk secara efektif
Pasien tampak gelisah
RR 26x/menit
SpO 98%
A:
Masalah Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,4,6
2 20 Desember 2023 S:
Pasien mengatakan sesak
11.00 WIB O:
Pola napas pasien masih tampak takipnea
Pasien tampak ngongsroh
Tampak fase ekspirasi memanjang
Tampak terpasang O2 nasal 4 lpm
RR 26x/menit
SpO 98%
A:
Masalah Pola napas tidak efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,5,6,7
1 21 Desember S:
2023 Pasien mengatakan sudah sedikit bisa batuk secara efektif dan terkadang dahak bisa
keluar
11.45 WIB
O:
Pasien sudah sedikit mampu batuk secara efektif
RR 24x/menit
SpO 98%

A:
Masalah Bersihan jalan napas tidak efektif teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,4,6
2 S:
Pasien mengatakan sesak berkurang

O:
Pola napas pasien normal
Pasien tampak sudah lebih tenang
Tampak masih terpasang O2 nasal 2 lpm
RR 24x/menit
SpO 98%

A:
Masalah Pola napas tidak efektif teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,5,6,7
TEKNIK PERNAPASAN MELALUI MULUT ATAU PURSED LIP

Breathing (PLB)  Tarik napas panjang melalui hidung kurang lebih dua hingga tiga
detik dan pastikan perut terisi penuh dengan udara.
Menerapkan teknik pernapasan melalui mulut atau Pursed Lip
Breating (PLB) ini dapat dilakukan setiap saat dan sangat
 Selama proses menghirup udara, mulut harus terturup. Diamkan
dianjurkan menjadi suatu kebiasaan.
beberapa saat udara di dalam tubuh.
Berikut cara melakukan teknik pernapasan melalui mulut
atau Pursed Lip Breathing (PLB):  Keluarkan atau hembuskan udara dari dalam tubuh secara perlahan
melalui mulut. Usahakan mulut mengerucut saat menghembuskan
 Posisikan tubuh senyaman mungkin dengan posisi punggung udara.
tegak atau bisa juga dengan berbaring.
 Ulangi menghirup udara melalui hidung dan hembuskan melalui
 Kedua bahu usahakan sereleks mungkin dan jangan ada mulut secara teratur sebanyak beberapa kali.
ketegangan di sendi mana pun.
Waktu untuk menghirup udara dapat ditingkatkan hingga empat detik
atau lebih tergantung kemampuan.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai