Anda di halaman 1dari 22

PENGELOMPOKAN JALAN

PENGELOMPOKAN JALAN
(berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2009 dan PP Nomor 34 Tahun 2006)

1. Peruntukkannya;
2. Sistem jaringan jalan;
3. Status jalan;
4. Fungsi jalan;
5. Klasifikasi jalan.
PENGELOMPOKAN JALAN UMUM
Kelas Spesifikasi
Sistem Fungsi Status penyediaan
(sesuai bidang dan angkutan lalu lintas)
prasarana
Jaringan Jalan I
Arteri Nasional Jalan Bebas
Primer
Hambatan
Jaringan Jalan II
Kolektor Provinsi
Sekunder Jalan Raya

Lokal Kabupaten III


Jalan Sedang

Lingkungan Kota Khusus


Jalan Kecil

Desa Jalan Lalu Lintas


Rendah
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN PERUNTUKAN JALAN

Sesuai peruntukkannya, jalan dibedakan menjadi:


1. Jalan Umum, adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum,
termasuk jalan bebas hambatan dan jalan tol, dikelola oleh pemerintah;
2. Jalan Khusus, adalah jalan yang hanya diperuntukkan bagi kepentingan
dan/atau untuk manfaat langsung kepada perorangan, kelompok masyarakat
tertentu, badan usaha, atau instansi tertentu. contoh: jalan kawasan
perkebunan, jalan kawasan militer. Jalan khusus dapat dikelola oleh
pemerintah atau swasta atau perorangan.
(penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
11/PRT/M/2011, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Jalan)
JALAN UMUM MENURUT STATUS

PENYELENGGARA
STATUS
(TUR BIN WAS BANG)
TUR : Pengaturan
Jalan Nasional Pemerintah Pusat
BIN : Pembinaan
Jalan Provinsi Pemerintah Provinsi WAS : Pengawasan
Jalan BANG: Pembangunan
Pemerintah Kabupaten
Kabupaten
Jalan Kota Pemerintah Kota
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN STATUS JALAN

Berdasarkan statusnya, jalan dikelompokkan menjadi 5, yaitu jalan


nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1. Jalan Nasional adalah jalan umum yang diselenggarakan oleh
pemerintah pusat, terdiri atas:
a. Jalan arteri primer;
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi;
c. Jalan tol;
d. Jalan strategis nasional.
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN STATUS JALAN

2. Jalan Provinsi adalah jalan umum yang diselenggarakan oleh


pemerintah provinsi, terdiri atas:
a. Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan ibukota kabupaten atau kota;
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota
kabupaten atau kota;
c. Jalan strategis provinsi;
d. Jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN STATUS JALAN

3. Jalan Kabupaten adalah jalan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah


kabupaten, terdiri atas:
a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi;
b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota
kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antar desa;
c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder
dalam kota;
d. Jalan strategis kabupaten.
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN STATUS JALAN

4. Jalan Kota adalah jalan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah


kota dan berada dalam jaringan jalan di dalam kota.
5. Jalan Desa adalah jalan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah
kabupaten, terdiri atas jalan lingkungan primer dan jalan local primer
yang tidak termasuk jalan kabupaten, berada di dalam Kawasan
pedesaan, dan menghubungkan Kawasan dan/atau antar permukiman
di dalam desa.
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN SISTEM JARINGAN JALAN
(PP Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, pasal 6 dan pasal 9)

1. Sistem Jaringan Jalan (SJJ) Primer merupakan sistem jaringan


jalan yang menghubungkan antar kawasan perkotaan, yang diatur
secara berjenjang sesuai dengan peran perkotaan yang
dihubungkannya. Untuk melayani lalu lintas menerus maka ruas-
ruas jalan dalam sistem jaringan jalan primer tidak terputus
walaupun memasuki kawasan perkotaan.
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN SISTEM JARINGAN
JALAN
(PP Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, pasal 6 dan pasal 9)

2. Sistem Jaringan Jalan (SJJ) Sekunder merupakan system jaringan


jalan yang menghubungkan antar kawasan di dalam perkotaan
yang diatur secara berjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang
dihubungkannya.
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN FUNGSI JALAN

Jalan berdasarkan fungsinya dalam SJJ Primer terdiri atas:


1. Jalan arteri primer, berfungsi menghubungkan antar PKN atau antara
PKN dengan PKW, melayani angkutan umum;

2. Jalan kolektor primer, berfungsi menghubungkan antara PKN dengan


PKL, antar PKW atau antara PKW dengan PKL, melayani angkutan
pengumpulan/pembagian;
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN FUNGSI JALAN
(berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 2006)

3. Jalan lokal primer, berfungsi menghubungkan PKN dengan PKL,


PKW dengan PKLing, antar PKL atau PKL dengan PKLing serta
antar PKLing, melayani angkutan setempat;

4. Jalan lingkungan primer, berfungsi menghubungkan antar pusat


kegiatan di dalam kawasan pedesaan dan jalan di dalam
lingkungan kawasan pedesaan, melayani angkutan lingkungan.
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN FUNGSI JALAN

Jalan berdasarkan fungsinya dalam SJJ Sekunder terdiri atas:


1. Jalan arteri sekunder, berfungsi menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder ke satu, antar Kawasan sekunder ke satu
atau kawasan sekunder ke satu dengan Kawasan sekunder kedua;

2. Jalan kolektor sekunder, berfungsi menghubungkan antara PKN


dengan PKL, antar PKW atau antara PKW dengan PKL, melayani
angkutan pengumpulan/pembagian;
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN FUNGSI JALAN

Jalan berdasarkan fungsinya dalam SJJ Sekunder terdiri atas:


1. Jalan arteri sekunder, berfungsi menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder ke satu, antar Kawasan sekunder ke satu
atau kawasan sekunder ke satu dengan Kawasan sekunder kedua;
2. Jalan kolektor sekunder, berfungsi menghubungkan antara PKN
dengan PKL, antar PKW atau antara PKW dengan PKL, melayani
angkutan pengumpulan/pembagian;
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN KELAS JALAN

Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan:


1. penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan
(LLAJ), terdiri atas jalan kelas I, jalan kelas II, Jalan kelas III, dan
jalan khusus;
2. spesifikasi penyediaan prasarana jalan (SPPJ), terdiri atas: jalan
bebas hambatan (JBH), jalan raya (JRY), jalan sedang (JSD), jalan
kecil (JKC), dan jalan lalu lintas rendah (JLR).
KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN
PENGGUNAAN JALAN

Dimensi dan MST kendaraan bermotor


yang harus mampu ditampung

Kelas
Fungsi jalan Muatan sumbu
jalan Lebar Panjang Tinggi
terberat (MST)

(m) (m) (m) (ton)

I Arteri, Kolektor ≤ 2,55 ≤ 18,0 ≤ 4,20 10

II Arteri, Kolektor, ≤ 2,55 ≤ 12,0 ≤ 4,20 8


Lokal, dan
III Lingkungan ≤ 2,20 ≤ 9,0 ≤ 3,50 8*)

Khusus Arteri > 2,55 > 18,0 ≤ 4,20 > 10

Catatan: *) dalam keadaan tertentu dapat < 8 ton


KLASIFIKASI MEDAN JALAN

Kemiringan medan *)
Jenis Notasi
Nomor
medan
(%)

1 Datar D < 10

2 Bukit B 10-25

3 Gunung G > 25

Catatan: *) nilai kemiringan medan rata-rata per 50 m dalam 1 km


KLASIFIKASI DAN SPESIFIKASI JALAN
BERDASARKAN PENYEDIAAN PRASARANA JALAN
(PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan)
SPESIFIKASI JALAN
KELAS JALAN
(berdasarkan Persim- Lebar lajur
penyediaan Diperuntukkan Pengendalian Jumlah lajur
pangan atau jalur Median Pagar
prasarana jalan) bagi lalu lintas akses maksimum
sebidang minimum

JALAN BEBAS Terkontrol 2 lajur per 3,50 m per Pagar


Umum, Tidak ada Ada
HAMBATAN penuh arah lajur Rumija
menerus, jarak
jauh 2 lajur per 3,50 m per
JALAN RAYA Terbatas Ada Ada -
arah lajur

JALAN Umum, jarak 2 lajur untuk 2 Jalur min


- Ada - -
SEDANG sedang arah 7,00m

Umum 2 lajur untuk 2 Jalur min


JALAN KECIL - Ada - -
setempat arah 5,50m
PERSYARATAN TEKNIS JALAN
(PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan)

SJJ Fungsi jalan Jenis Jarak Kecepatan Simpang Jumlah Lebar


angkutan perjalanan rata-rata sebidang akses badan jalan
dilayani minimum

Arteri Angkutan Jauh Tinggi Diatur Dibatasi 11 m


utama Vrmin= 60km/jam

Kolektor Pengumpul Sedang Sedang Diatur Dibatasi 9m


SJJ Primer

atau pembagi Vrmin= 40km/jam

Lokal Angkutan Dekat Rendah Tidak diatur Tidak 7,5 m


setempat Vrmin= 20km/jam dibatasi

Lingkungan Angkutan Dekat Rendah Tidak diatur Tidak 6,5 m


lingkungan Vrmin= 15km/jam dibatasi
PERSYARATAN TEKNIS JALAN
(PP Nomor 34 Tahun 2006)

SJJ Fungsi jalan Jenis Jarak Kecepatan Simpang Jumlah Lebar


angkutan perjalanan rata-rata sebidang akses badan jalan
dilayani minimum

Arteri Angkutan Jauh Tinggi Diatur Dibatasi 11 m


utama Vrmin= 30km/jam

Kolektor Pengumpul Sedang Sedang Diatur Dibatasi 9m


SJJ Sekunder

atau pembagi Vrmin= 20km/jam

Lokal Angkutan Dekat Rendah Tidak diatur Tidak 7,5 m


setempat Vrmin= 10km/jam dibatasi

Lingkungan Angkutan Dekat Rendah Tidak diatur Tidak 6,5 m


lingkungan Vrmin= 10km/jam dibatasi
KLASIFIKASI JALAN
BERDASARKAN JENIS KONSTRUKSI PERKERASAN

Berdasarkan konstruksi perkerasan, jalan dapat dibedakan


menjadi:

1. konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement);


2. konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement);
3. konstruksi perkerasan komposit (composite pavement).

Anda mungkin juga menyukai