Anda di halaman 1dari 13

P R O S E D U R P E

M U T U S A N H
U B U N G A N
K E R J A D
A N A K I B A T H U K U M N Y A
A. Penetapan Pemutusan Hubungan Kerja
B. Keterlibatan Instansi Pemerintah dalam Pemutusan
Hubungan Kerja
KELOMPOK
15
1. T a s s y a R i z k I A l m a i d ah 1 3 0 2 01 81 01

2. N a b i l a F i t r i an t i 1 3 0 2 01 8 01 9

3. R a k a A d r i a n A 1 3 0 2 01 8 1 07

4. R i z k a L i n a r 1 3 02 01 8 06 7

5. S e l l a P u t r i y an a 1 3 0 2 01 8 065

6. S h e i l a Melia N 1 3 0 2 01 8 075

7. W u l a n T i t an i a D 1 3 02 01 8 1 48
A. PENETAPAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Penetapan Pemutusan Hubungan Kerja ini dilakukan untuk


menghindari kesewenangan pengusaha yang bertindak
semau-maunya dalam melakukan pemutusan hubungan
kerja dengan pekerja / buruh.
PROSEDUR ATAU TAHAPAN DALAM PEMUTUSAN HUBUNGAN
KERJA DI ATUR DALAM PASAL 151 UU NO. 13 TAHUN 2 0 0 3 :

1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah,


dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja.

2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja
tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota
serikat pekerja/serikat buruh.

3) Dalam hal perundingan apabila benar-benar tidak menghasilkan persetujuan,


pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh
setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan
SYARAT PERMOHONAN PENETAPAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
( PASAL 152 UU NO. 13 TAHUN 2 0 0 3 ) :

1) Permohonan penetapan pemutusan hubungan kerja diajukan secara tertulis


kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial disertai
alasan yang menjadi dasarnya.

2) Permohonan penetapan dapat diterima oleh lembaga penyelesaian perselisihan


hubungan industrial apabila telah dirundingkan.

3) Penetapan atas permohonan pemutusan hubungan kerja hanya dapat


diberikan oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
jika ternyata maksud untuk memutuskan hubungan kerja telah
dirundingkan, tetapi perundingan tersebut tidak menghasilkan
kesepakatan.
PASAL 154 UU NO. 13 TAHUN 2 0 0 3
PENETAPAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD TIDAK DAPAT DIPERLUKAN
DALAM HAL APABILA :

1. Pekerja / Buruh masih dalam masa percobaan , bilamana telah di


persyaratkan secara tertulis sebelumnya.

2. Pekerja / Buruh mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis


atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan / intimidasai dari
pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu
tertentu untuk pertama kali.

3. Pekerja / Buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjajian
kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-
undangan.

4. Pekerja / Buruh meninggal dunia.


PASAL 155 UU NO. 13 TAHUN 2 0 0 3

pemutusan hubungan kerja tanpa


adanya penetapan akan batal demi
hukum serta selama putusan
lembaga penyelesaiaan
perselisihan hubungan industrial
belum ditetapkan, baik pengusaha
maupun pekerja / buruh harus tetap
melaksanakan segala
kewajibannya.
AKIBAT HUKUM ATAS PENETAPAN PEMUTUSAN HUBUNGAN
KERJA ( PASAL 156 UU NO. 13 TAHUN 2 0 0 3 ) :

dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan


membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan
uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
B. KETERLIBATAN INSTANSI PEMERINTAH DALAM
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Dalam hal pemutusan hubungan kerja instansi pemerintah yang berperan


dalam hal ini adalah Dinas Ketenagakerjaan yang merupakan wadah atau
tempat berlindungnya buruh dan pekerja termasuk soal Pemutusan
Hubungan Kerja.
PERAN PEMERINTAH

FASILITATOR
REGULATO DINAMISATOR
R
LEMBAGA HUBUNGAN INDUSTRIAL
( PASAL 1 ANGKA 1O NO. 2 TAHUN 2 0 0 4 TENTANG
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL)

Dinas Ketenagakerjaan membentuk suatu lembaga hubungan industrial


untuk dijadikan forum perundingan yang bertujuan menyelesaikan
perselisihan hubungan kerja antara pengusaha/perusahaan dengan
pekerja/buruh :

1. Lembaga Kerjasama Bripartit


2. Lembaga Kerjasama Tripartit
PERANAN PEMERINTAH DALAM HAL PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. Pasal 4 ayat (3) Undang-undang No. 2 Tahun 2004 PPHI


2. Pasal 4 ayat (4) Undang-undang No. 2 Tahun 2004 PPHI
THANKY O
U

Anda mungkin juga menyukai