Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

MATERI INTERTEKSTUAL

by : Veronika Dua Riong


Maria Deltiana More
Vebronia Suwanti
PENGERTIAN
• INTERTEKSTUAL ADALAH ANALISIS MENGENAI HUBUNGAN
S U AT U T E K S D E N G A N T E K S L A I N , S E B A B T I D A K A D A T E K S
K A R YA S A S T R A YA N G B E G I T U S A J A L A H I R , T E TA P I S U D A H
A D A K A R YA S A S T R A L A I N N YA . M E N U R U T K R I S T E VA ( D A L A M
MARTONO,2009:135) KAJIAN INTERTEKSTUAL M E R U PA K A N
P R I N S I P YA N G PA L I N G M E N D A S A R D A R I I N T E RT E K S T U A L I TA S
YA N G MEMILIKI TA N D A - TA N D A YA N G MENGACU K E PA D A
TA N D A - TA N D A L A I N
• INTERTEKSTUAL ADALAH SEBUAH P E N D E K ATA N UNTUK
M E M A H A M I S E B U A H T E K S S E B A G A I S I S I PA N D A R I T E K S - T E K S
LAIN. INTERTEKSTUAL JUGA D I PA H A M I SEBAGAI PROSES
U N T U K M E N G H U B U N G K A N T E K S D A R I M A S A L A M PA U D E N G A N
TEKS MASA KINI DIMAN S U AT U TEKS D I PA H A M I TIDAK
BERDIRI SENDIRI AKAN T E TA P I TEKS DISUSUN DARI
K U T I PA N - K U T I PA N ATA U S U M B E R - S U M B E R T E K S L A I N
Intertekstual adalah hubungan satu teks dengan teks lain, yang dapat berupa hubungan
intrinsik maupun ekstrinsik yang melalui beberapa unsur karya sastra yang sebelumnya
diserap, ditentang, dan dirubah pada karya sastra yang baru yang diduga memiliki
bentuk-bentuk hubungan tertentu, yaitu hubungan instrinsik dalam teks-teks yang akan
dikaji.
Menurut Nurgiyantoro (2013: 76) Kajian intertekstual adalah suatu kajian terhadap jumlah
teks, yang diduga memiliki bentuk-bentuk hubungan tertentu, seperti mendapatkan
adanya hubungan unsur intrinsik seperti tema, amanat, peristiwa, alur, penokohan, gaya
bahasa, dan lain-lain, di antara teks yang dikaji”. kajian intertekstual berusaha
mendapatkan aspek-aspek tertentu yang ada pada karya-karya yang muncul lebih
kemudian
Karya sastra kapan pun ditulis tidak mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya.
Karya sastra akan muncul pada masyarakat yang telah memiliki konvensi, tradisi, pan-
dangan tentang estetika, tujuan berseni, dan lain-lain, yang kesemuanya dapat
dipandang sebagai wujud kebudayaan.
Dalam hal ini, sastra dipandang sebagai “reka-man” terhadap pandangan masyarakat
berke-naan dengan segala sesuatu yang melingkupi kehidupannya.
Teori interteks memandang bahwa sebuah teks yang ditulis lebih kemudian mendasarkan diri
pada teks-teks lain yang telah ditulis orang sebelumnya.
Tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-sungguh mandiri.
Dalam arti, proses penciptaan teks selalu dapat dirunut hubungannya dengan teks-teks lain
baik langsung maupun tidak langsung.
Tidak ada teks yang proses penciptaan sekaligus konsekunsi pembacaannya dapat dilakukan
tanpa sama sekali berhubungan dengan teks lain yang dijadikan semacam contoh, teladan,
kerangka, atau acuan
TUJUAN KAJIAN INTERTEKSTUAL

Tujuan kajian interteks itu sendiri adalah untuk


memberikan makna secara lebih penuh terhadap
karya yang ditelaah.
Sebuah karya tidak dapat dilepaskan dengan teks-
teks lain yang telah ada, sehingga dalam upaya
memahami sebuah karya sastra kita juga harus
mengenal dan memahami karya atau teks-teks
lain yang terkait.
Penulisan sebuah karya sering ada kaitannya
dengan unsur kesejarahan sehingga pembe-rian
makna akan lebih lengkap jika dikaitkan dengan
unsur kesejarahan tersebut
Masalah ada tidaknya hubungan antarteks ada kaitannya
dengan niatan pengarang dan tafsiran pembaca.
Luxemburg mengartikan interteks sebagai: kita menulis dan
membaca dalam suatu ‘interteks’ suatu tradisi budaya,
sosial, dan sastra, yang tertuang dalam teks-teks.
Setiap teks sebagian bertumpu pada konvensi sastra dan
bahasa dan dipengaruhi oleh teks-teks sebelumnya.
Baik kegiatan pengarang maupun pembaca akan
mendasarkan diri dan mengaitkan dengan teks-teks lain.
Inrtekstualitas berkaitan dengan sikap pem-
baca dalam membaca teks sastra.
Interteks dapat memberi bimbingan kepada
pembaca untuk memandang teks-teks
terda-hulu sebagai sumbangan pada sutau
kode yang memungkinkan efek siginifikansi
yang bermacam-macam.
Berdasarkan pengalaman kesastraan yang di-
miliki, pembaca akan dapat
mengidentifikasi unsur-unsur teks lain pada
karya yang baru.
Dengan demikian, dalam proses pembacaan-
nya, seorang pembaca akan “membongkar”
teks-teks yang pernah dikenalnya yang
kemu-dian dihubungkan dengan teks yang
dihadapi.
Berhadapan dengan sebuah teks pada haki-
katnya pembaca tidak hanya membaca teks
yang dibaca saja, melainkan
“berdampingan” dengan teks-teks lain
sehingga interpretasi terha­dapnya tidak
dapat dilepaslkan dari teks-teks lain
tersebut.
PRINSIP DAN ATURAN INTERTEKSTUAL
Interteks melihat hakekat sebuah teks yang di dalamnya
terdapat berbagai teks.
Interteks berlandaskan aspek yang membina karya itu, seperti
unsur-unsur struktur seperti tema, alur, penokohan, dan
bahasa, serta unsur-unsur di luar struktur seperti unsur ras,
budaya, agama yang menjadi bagian dari komposisi teks.
Interteks melihat fungsi dan tujuan keberadaan teks-teks
mengkaji keseimbangan antara aspek dalam dan aspek
luar .
Teori interteks mengatakan bahwa sebuah teks tercipta
berdasarkan karyakarya lain. Kajian meneliti teks-teks
lainnya untuk melihat aspek-aspek yang meresap ke dalam
teks yang ditulis atau dibaca dan dikaji.
Menghargai pengambilan, kedatangan, dan masuknya unsur-
unsur lain ke dalam karya adalah yang terpenting dalam
ADAPUN LANGKAH-LANGKAH INTERTEKSTUAL MELALUI DUA CARA YAITU:

 Membaca kedua teks atau lebih sehingga berdampingan pada saat yang sama.
 Hanya membaca sebuah teks-teks lain yang telah pernah dibaca sebelumnya
PENDEKATAN INTERTEKSTUAL
 Konsep interteks melakukan peneliti untuk mengerti teks tak cuman sebagai isi,
akantetapi aspek perbedaan sejarah teks.
 Teks tidak hanya struktur yang ada,tetapi satu sama lain juga saling mengejar,
sehingga terjadi pengulangan teks.
 Rentangan dari yang eksplisit sampai implisit merupakan kehadiran struktur
teks.
 Ketidakhadiran struktur teks dalam rentang teks lain, namun hadir dalam teks
tertentu ditentukan oleh proses waktu.
 Hubungan teks satu dengan teks lain boleh dalam waktu rentang, hubungan ini
dapat secara abstrak dan sering terdapat penghilanganpenghilangan bagian
tersebut. Interteks media sering berpengaruh terhadap penghilangan gaya
maupun norma-norma sastra.
 Dalam melakukan identifikasi interteks dipelukan proses interprestasi.
SEKIAN

EPANG
GAWANG

Anda mungkin juga menyukai