P uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya kita telah menyelesaikan buku Pedoman Jejaring
Kemitraan pemerintah swasta dalam layanan pengendalian Malaria. Malaria
masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak
balita, dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung dapat menyebabkan
anemia dan menurunkan produktivitas kerja.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
tersusunnya buku pedoman ini. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat menuju
eliminasi malaria tahun 2030.
Jakarta, Februari 2017
Direktur P2PTVZ,
P uji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-Nya
buku Pedoman Jejaring Kemitraan Pemerintah-Swasta dalam Layanan
Pengendalian Penyakit Malaria ini dapat disusun. Malaria masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat dilndonesia, sehingga lndonesia bertekad
untuk mengeliminasi malaria pada tahun 2030.
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas baik global maupun
Nasional sesuai dengan komitmen Global WHA 2007 dan komitmen regional Asia
Pasifik 2015. Hal ini tercantum dalam target SDGs 3.3 (Sustainable Development
Goals) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019 serta Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Rl. Upaya pengendalian
malaria di lndonesia yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan
lndonesia No. 293/Menkes/SK/lV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi
Malaria di lndonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang terbebas dari
penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030.
Salah satu pilar untuk mencapai eliminasi malaria adalah menjamin universal
akses dalam pencegahan, diagnosis dan pengobatan, sehingga diperlukan
keterlibatan semua sektor terkait termasuk swasta. Untuk itu perlu dilakukan
ekspansi layanan malaria dalam bentuk jejaring kemitraan antara pemerintah dan
swasta, dengan kendali serta dukungan pemerintah dan pemerintah daerah.
Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan peran aktif semua pihak
terkait dan harapan kedepan agar dapat lebih meningkatkan komitmen kita untuk
melaksanakan berbagai upaya dalam Pengendalian Malaria menuju eliminasi.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyusun buku pedoman
ini, kami ucapkan terima kasih.
A . Latar Belakang
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak
balita, dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia
dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Dari hasil Riskesdas 2010 didapatkan bahwa rumah tangga yang memanfaatkan
puskesmas untuk pemeriksaan malaria sebesar 63,3%, sisanya adalah ke
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti dokter praktik mandiri, klinik swasta,
klinik organisasi kemasyarakatan, klinik perusahaan swasta dan lain-lain.
Sementara itu, masih banyak perusahaan swasta khususnya didaerah endemis
malaria yang belum tercakup dalam pembagian kelambu ataupun pelaksanaan
pengendalian vektor malaria sebagai upaya pencegahan.
Salah satu pilar untuk mencapai eliminasi malaria adalah menjamin universal
akses dalam pencegahan, diagnosis dan pengobatan, sehingga diperlukan
keterlibatan semua sektor terkait termasuk swasta. Dengan demikian perlu
dilakukan ekspansi layanan malaria dalam bentuk jejaring kemitraan antara
pemerintah dan swasta, dengan kendali dan dukungan pemerintah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya upaya pencegahan dan tata laksana kasus malaria melalui
peningkatan akses pelayanan sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kualitas pencegahan, diagnosis, pengobatan dan
dukungan pasien malaria.
C. Sasaran
1. Lintas Program/Sektor, Pemerintah-Swasta.
2. Organisasi Profesi, Organisasi Kemasyarakatan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta.
D. Ruang lingkup
Pedoman ini meliputi pembahasan tentang upaya pencegahan dan
tatalaksana kasus. Upaya pencegahan terdiri dari pengendalian vektor
termasuk manajemen lingkungan dan promosi kesehatan. Ruang lingkup
tatalaksana kasus meliputi diagnosis, pengobatan, rujukan dan pemantauan
pengobatan.
E. Pengertian
Jejaring Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS) adalah layanan pemerintah-
swasta yang merupakan pendekatan komprehensif pelibatan semua fasilitas
layanan kesehatan dalam melakukan layanan pencegahan malaria dan tata
laksana kasus malaria. KPS meliputi semua bentuk kolaborasi pemerintah-
swasta dan swasta-swasta dengan tujuan menjamin akses layanan malaria
yang bermutu dan berkesinambungan bagi masyarakat. KPS juga diterapkan
pada kolaborasi pemeriksaan laboratorium, apotek dan kolaborasi upaya
pengendalian malaria dengan penyakit tular vektor lainnya.
A . Kebijakan
B . Strategi
Kegiatan tata laksana kasus malaria meliputi diagnosis, pengobatan, rujukan, dan
pemantauan pengobatan. Kegiatan pencegahan dan tata laksana kasus malaria
dilaksanakan secara terintegrasi dengan mitra terkait dalam jejaring layanan
pengendalian malaria.
A . Pencegahan
1. Identifikasi mitra
a. Mitra yang berperan dalam menangani pencegahan malaria
1) Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (ASPPHAMI).
2) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
2. Peran mitra
Peran masing-masing mitra dalam jejaring layanan kemitraan pemerintah-
swasta (KPS), sebagai berikut :
3. Institusi Pembina
a. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik (P2PTVZ), Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan RI.
1) Menyusun NSPK (Norma, standar, prosedur, kebijakan).
2) Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait
di tingkat Pusat.
3) Melakukan perencanaan, penyediaan dan pendistribusian logistik.
4) Melakukan bimbingan teknis dan monitoring evaluasi.
k. Perguruan Tinggi
1) Melakukan kajian tentang upaya pencegahan malaria.
2) Melakukan pengembangan/inovasi teknologi baru untuk
pengendalian vektor malaria.
PEDOMAN JEJARING KEMITRAAN PEMERINTAH-SWASTA
12 DALAM LAYANAN PENGENDALIAN MALARIA
l. Organisasi Profesi
Organisasi profesi berperan dalam upaya pencegahan malaria sesuai
dengan bidang keahliannya masing-masing.
b. Kementerian Pertanian
Berkoordinasi dengan sektor kesehatan tentang upaya yang terkait
dengan pengendalian malaria di lokasi perkebunan baru (misalnya di
perkebunan sawit).
I. Kementerian Pariwisata
Menginformasikan kepada wisatawan tentang upaya pencegahan
malaria.
Gambar 1
Bagan jejaring kemitraan pemerintah-swasta dalam pencegahan malaria
1. Identifikasi mitra
2. Peran mitra
Dalam pelaksanaan Kemitraan pemerintah-swasta untuk tata laksana kasus
malaria diperlukan peran masing-masing mitra agar dapat berjalan dengan
optimal. Peran masing-masing mitra adalah sebagai berikut:
f. Apotek swasta
1. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat dalam
penyediaan OAM sesuai regulasi.
2. Melakukan pelayanan kefarmasian untuk malaria berdasarkan
konfirmasi hasil laboratorium.
3. Melakukan pencatatan dan pelaporan OAM.
3. Institusi Pembina
4. Organisasi Profesi
Gambar 2
Bagan jejaring kemitraan pemerintah-swasta dalam tata laksana kasus malaria
Dinkes Kab/Kota
Keterangan :
Alur Berobat
Upaya pengendalian malaria tidak dapat dilakukan sendiri oleh sektor kesehatan
melainkan harus dilakukan secara kemitraan bersama sektor terkait termasuk
organisasi kemasyarakatan dengan memberdayakan masyarakat.
A. Persiapan
1. Analisa situasi
Analisa situasi meliputi hal-hal yang terkait dengan masalah program,
perilaku, dukungan politis, peran serta masyarakat dan dukungan mitra
terkait.
a. Identifikasi masalah
Langkah awal sebelum melakukan kegiatan adalah mengenal masalah
dengan benar, spesifik dan lengkap dengan cara mengidentifikasi
masalah dengan mengkaji kesenjangan atau gap antara target program
dan hasil yang dicapai pada periode tertentu. Tujuan tahap ini adalah
untuk mengenal dan merumuskan masalah yang dihadapi secara tepat,
lengkap dan benar.
Suatu pokok masalah dapat menjadi lebih jelas apabila dirumuskan
dengan baik menyangkut:
1) Apa masalahnya.
2) Siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.
3) Siapa/apa yang menjadi penyebabnya.
4) Dimana masalah tersebut terjadi.
5) Kapan masalah tersebut terjadi.
6) Mengapa masalah tersebut terjadi.
7) Bagaimana besar masalah atau bagaimana penyimpangan terjadi.
2. Identifikasi Mitra
Berdasarkan hasil identifikasi kemungkinan peluang untuk membangun
kemitraan pada malaria dilakukan identifikasi mitra potensial untuk bekerja
sama dalam jejaring KPS dalam layanan pengendalian Malaria. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan cara mensosialisasikan kegiatan yang akan
dilaksanakan agar calon mitra memahami dan termotifasi untuk bekerjasama.
Kriteria untuk memilih mitra diantaranya adalah :
- Organisasinya jelas.
- Alamat kantor ada dan jelas.
- Manajemen kegiatan tersedia.
- Mempunyai wilayah dan tempat kerja.
- Mempunyai program kegiatan/program kerja.
- Lebih diutamakan apabila mempunyai pengalaman sebagai mitra dalam
pengendalian malaria atau program kesehatan lainnya dengan hasil yang
baik.
1. Pencatatan
a. Sumber Data
1) Data hasil pemeriksaan laboratorium (mikroskopis atau dengan RDT)
2) Data kasus positif malaria.
3) Data pasien yang mendapat pengobatan ACT
4) Data rujukan (hasil diagnosis dan pasien)
5) Data pemantauan pengobatan
6) Data upaya pencegahan (kelambu, pengendalian vektor lainnya).
b. Variabel
1) Jumlah kasus yang ditemukan oleh fasilitas layanan kesehatan.
2) Variabel perekaman data kasus: nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, waktu pemeriksaan, asal penularan.
2. Pelaporan
1) Kasus malaria yang ditemukan di fasilitas layanan kesehatan, dilaporkan
ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
2) Jumlah suspek yang diperiksa sediaan darahnya.
3) Jumlah kasus yang positif malaria
4) Jumlah pasien yang diobati dengan ACT
5) Jika ditemukan kasus positif malaria di fasilitas layanan kesehatan
mitra/swasta, segera dilaporkan ke puskesmas setempat.
Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan program. Pemantauan dilaksanakan secara berkala
dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam
pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan
perbaikan segera.
Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-waktu (interval) lebih lama, biasanya setiap
6 bulan s/d 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh mana tujuan dan target
yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai. Dalam mengukur keberhasilan
tersebut diperlukan indikator. Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan
perencanaan program. Masing-masing tingkat pelaksana program (fasilitas
layanan kesehatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat) bertanggung jawab
melaksanakan pemantauan kegiatan pada wilayahnya masing-masing.
1. Tujuan
Selain melakukan kajian evaluasi secara khusus (data primer), juga dengan
memanfaatkan berbagai sumber data sekunder untuk kepentingan evaluasi
jejaring KPS. Data sekunder yang digunakan untuk evaluasi dapat bersumber
dari laporan monitoring jejaring KPS malaria, pelaporan rutin fasilitas
pelayanan kesehatan yang terlibat dalam jejaring KPS (termasuk Rumah
Sakit pemerintah, TNI/POLRI, swasta, BUMN; B/BKPM; Klinik perusahaan &
BUMN).
2. Indikator
Lampiran :
Formulir pencatatan dan pelaporan Jejaring KPS
1. Pencatatan
Tanggal : ..................................
1. Nama Faskes :
2. Kecamatan :
3. Kabupaten/Kota :
4. Provinsi :
a. IDENTITAS PASIEN
1. Nama :
2. NIK :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Hamil/tidak hamil :
6. Alamat lemgkap :
b. DIAGNOSIS MALARIA
1. Metode Pemeriksaan :
Mikroskop
RDT
2. Jenis Parasit :
Pf
Pv
Pm
Po
Pk
Mix
c. PENGOBATAN MALARIA
Jenis obat yang diberikan :
DHP
Primakuin tablet
Artesunat Inj
Artemeter Inj
Kina Tablet
Kina Inj
Status Jenis
No NIK Nama Pasien Jenis Kelamin Jenis Parasit Pengobatan
Kehamilan Pemeriksaan
1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan :
1. Nomor
2. Nomor Induk Kependudukan
3. Nama Pasien (Jelas)
4. Jenis Kelamin, Pilihan : P (Perempuan) dan L (Laki-laki)
5. Status Kehamilan, Pilihan : H (Hamil) dan TH (Tidak Hamil)
6. Jenis Pemeriksaan, Pilihan : RDT atau Mikroskop
Tempat, Tgl/Bulan/Tahun
Mengetahui,
Kepala Fasyankes Yang Membuat Laporan
Ttd Ttd
Nama Nama
35
LAPORAN BULANAN PENEMUAN DAN
Nama Fasyankes :
Tahun :
Mengetahui,
Kepala Fasyankes
Nama
Penjelasan pengisian
No
1. Nomor
2. Nama
3. Metode diagnostik menggunakan mikroskop
4. Metode diagnostik menggunakan RDT
5. Positif malaria jenis kelamin laki-laki usia 0 - 11 bulan
6. Positif malaria jenis kelamin perempuan usia 0 - 11 bulan
7. Positif malaria jenis kelamin laki-laki usia 1 - 4 tahun
8. Positif malaria jenis kelamin perempuan usia 1 - 4 tahun
9. Positif malaria jenis kelamin laki-laki usia 5 - 9 tahun
10. Positif malaria jenis kelamin perempuan usia 5 - 9 tahun
11. Positif malaria jenis kelamin laki-laki usia 10 - 14 tahun
12. Positif malaria jenis kelamin perempuan usia 10 - 14 tahun
13. Positif malaria jenis kelamin laki-laki usia 15 - 64 tahun
Tempat Tgl/Bulan/Tahun
Nama
Pelindung :
Penasehat:
Direktur P2PTVZ
drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid
Penanggung Jawab
Kasubdit Malaria
dr. Elvieda Sariwati, M.Epid
Kontributor :
Kontributor :
Editor :
dr. Worowiyat, MKM