Anda di halaman 1dari 28

KODE ETIK DAN KODE PERILAKU

KELOMPOK PENYELENGGARA
PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)

OLEH :
AHMAD MIRZA
KETUA SAFWANDY,
DIVKUMWAS KIPS.H.,
ACEHM.H.
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Menjadi
Undang-Undang;
3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2023 tentang Perubahan Kelima atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota;
Dalam menyelenggarakan Pemilu,
Penyelenggara Pemilu harus
melaksanakan Pemilu berdasarkan
prinsip:

a. mandiri;
b. jujur;
PRINSIP c. adil;
PENYELENGGARA d. berkepastian hukum;
PEMILU e. tertib;
f. terbuka;
g. proporsional;
h. profesional;
i. akuntabel;
j. efektif; dan
k. efisien.
Prinsip-Prinsip Kode Etik Penyelenggara Pemilu
INTEGRITA
S

Untuk menjaga integritas, Penyelenggara Pemilu berpedoman pada prinsip:

a. JUJUR maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu


didasari niat untuk semata-mata terselenggaranya Pemilu sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tanpa adanya kepentingan pribadi, kelompok, atau
golongan.
b. MANDIRI maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
bebas atau menolak campur tangan dan pengaruh siapapun yang
mempunyai kepentingan atas perbuatan, tindakan, keputusan dan/atau
putusan yang diambil
c. ADIL maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
menempatkan segala sesuatu sesuai hak dan kewajibannya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

d. AKUNTABEL maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Pemilu melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban dilaksanakan dengan


penuh tanggung jawab dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sesuai
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Prinsip-Prinsip Kode Etik Penyelenggara Pemilu
PROFESIONALITAS

Untuk menjaga profesionalitas, Penyelenggara Pemilu berpedoman pada prinsip:

a. BERKEPASTIAN HUKUM maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu,


Penyelenggara Pemilu melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. AKSESBILITAS bermakna kemudahan yang disediakan Penyelenggara Pemilu bagi
penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan.
c. TERTIB maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, keteraturan, keserasian, dan keseimbangan.
d. TERBUKA maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

memberikan akses informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat sesuai kaedah


keterbukaan informasi publik.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

e. PROPORSIONAL maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum untuk


mewujudkan keadilan.
Lanjuta
n

f. PROFESIONAL maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara


Pemilu memahami tugas, wewenang dan kewajiban dengan didukung
keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan, dan wawasan luas;
g. EFEKTIF bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan sesuai rencana tahapan dengan tepat
waktu;
h. EFISIEN bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memanfaatkan sumberdaya, sarana, dan prasarana dalam penyelenggaraan
Pemilu sesuai prosedur dan tepat sasaran;
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

i. KEPENTINGAN UMUM bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu,


Penyelenggara Pemilu mendahulukan kepentingan umum dengan cara yang
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

aspiratif, akomodatif, dan selektif.


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPLN, PPS, KPPS dan KPPSLN dalam
menjalankan tugasnya berpedoman pada:
• Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pemilu;
• Kode Etik Penyelenggara Pemilu;
• Kode Perilaku;
• Sumpah/janji; dan
• Pakta integritas anggota.

Kode Etik, Kode Perilaku, sumpah/janji, dan pakta integritas bersifat mengikat serta wajib dipatuhi.

Kode Etik berpedoman pada Peraturan DKPP yang mengatur tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu.

Pasal 73 PKPU Nomor 8 Tahun 2019


“Setiap penyelenggara Pemilu wajib bekerja, bertindak, menjalankan
tugas, wewenang dan kewajiban sebagai penyelenggara Pemilu dengan
berdasarkan Kode Etik dan pedoman perilaku Penyelenggara Pemilu,
serta sumpah/janji jabatan.”

Pasal 2 Peraturan DKPP Nomor 2 tahun 2017 tentang Kode Etik dan Pedoman Prilaku
Penyelenggara Pemilu.
Kode Etik Penyelenggara Pemilu harus berlandaskan pada:
• Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
• Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
VI/MPR/2001tentang Etika Kehidupan Berbangsa;
• Sumpah/janji Anggota sebagai Penyelenggara Pemilu;
• Asas Pemilu; dan
• prinsip Penyelenggara Pemilu.

Pasal 5 ayat (1) Peraturan DKPP Nomor 2 tahun 2017 Kode Etik dan Pedoman Prilaku
Penyelenggara Pemilu.
.
Divisi bertugas untuk mengoordinasikan,
menyelenggarakan, mengendalikan, memantau,
supervisi, dan evaluasi terkait dengan kebijakan.

DIVISI HUKUM & PENGAWASAN


• Pengawasan dan pengendalian internal.
• Penanganan pelanggaran Kode Perilaku,
sumpah/janji, dan pakta integritas yang dilakukan
oleh anggota KPU Kabupaten/Kota. (PKPU 5 Tahun
2022)
Pasal 24 ayat (6) huruf e dan f.

Divisi SDM
• Pembinaan etika dan evaluasi kinerja sumber daya
manusia.
Pasal 24 ayat (7) huruf c.

KPU dan KPU Provinsi melakukan Supervisi dan monitoring kepada KPU Kabupaten/Kota dalam proses
penyelesaian dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPK, PPS, dan KPPS.
Pasal 116 PKPU Nomor 3 Tahun 2019.
PEMBENTUKAN
KPPS

KPPS dibentuk oleh PPS paling lambat 14 hari sebelum pelaksanaan


pemungutan suara yang beranggotakan 7 orang terdiri dari 1 orang ketua
merangkap anggota dan 6 orang anggota.

Dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajibannya KPPS wajib


berpedoman pada kode perilaku.

KPPS dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajibannya harus


selalu berpedoman pada asas: mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib,
terbuka, proporsional, profesional, akuntabel, efektif, efisien, serta
kepentingan Umum
Untuk menjaga integritas dan profesionalitas, KPPS wajib
berpedoman pada kode perilaku:

1. Netral atau tidak memihak salah satu Peserta Pemilu dan/atau tim kampanye;
2. Menghindari intervensi dari pihak lain dalam pengambilan keputusan sebagai Penyelenggara Pemilu;
3. Tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau atribut yang secara jelas
menunjukkan keberpihakan kepada Peserta Pemilu; dan
4. Tidak memberitahukan dan menanyakan pilihan politiknya kepada orang lain.
5. Menyampaikan informasi yang benar kepada publik sesuai dengan data dan/atau fakta.
6. Melayani pemilih dalam memenuhi hak konstitusionalnya;
7. Memperlakukan dan memberi kesempatan yang sama setiap Peserta Pemilu;
8. Menaati aturan dan prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
9. Tidak memberikan tafsiran pribadi terhadap suatu aturan yang sudah ditetapkan.
Lanjuta
n

10. Memberikan akses dan pelayanan kepada Pemilih, Peserta Pemilu, dan para pemangku kepentingan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
11. Memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan informasi Pemilu.
12. Menjamin kualitas pelayanan kepada pemilih, Peserta Pemilu dan para pemangku kepentingan sesuai
dengan standar profesional administrasi Penyelenggaraan Pemilu;
13. Bertindak berdasarkan standar operasional prosedur dan substansi profesi administrasi Pemilu dan
Pemilihan;
14. Berani menghadapi dan menerima konsekuensi keputusan;
15. Menciptakan kondisi yang kondusif dalam Penyelenggaraan Pemilu.
16. Menyampaikan informasi terkait kepemiluan kepada penyandang disabilitas, minoritas, dan kelompok
marginal;
17. Memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas, minoritas, dan kelompok marginal untuk
menggunakan hak pilihnya; dan
18. Memberikan kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas, minoritas dan
19. kelompok marginal untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemilu.
integritas dan profesionalitas
untuk menjaga integritas dan profesionalitas, Penyelenggara Pemilu wajib menerapkan
prinsip-prinsip Penyelenggara Pemilu, yang dikelompokkan menjadi 2 (dua)

1. Integritas berpedoman pada prinsip jujur, mandiri, adil, dan akuntabel,


2. Profesionalitas, yang berpedoman pada prinsip berkepastian hukum,
aksesibilitas, tertib, terbuka, proporsional, efektif, efisien, dan kepentingan
umum.
KEWENANGAN DKPP

DKPP berwenang menjatuhkan sanksi terhadap Penyelenggara Pemilu yang terbukti


melanggar Kode Etik Penyelenggara Pemilu.

Teguran tertulis berupa Peringatan, atau Peringatan keras, Pemberhentian sementara;


atau Pemberhentian tetap berupa pemberhentian tetap dari jabatan ketua; atau
Pemberhentian tetap sebagai anggota.
PENGAWASAN INTERNAL
TERHADAP ANGGOTA KPPS OLEH KPU
KABUPATEN/KOTA

Ketentuan Pasal 101 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja
Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi,
dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 12 Tahun 2023.

KPU Kabupaten/Kota melakukan Pengawasan Internal terhadap


anggota PPK, PPS, dan KPPS. Pengawasan Internal tersebut
dilakukan terhadap dugaan pelanggaran Kode Etik, Kode Perilaku,
sumpah/janji, dan/atau pakta integritas.
Lanjuta
n
Mekanisme Penanganan Pelanggaran Kode Etik, Kode Perilaku, Sumpah/Janji, dan
Pakta Integritas yang dilakukan oleh KPPS berupa Pengawasan Internal yang dilakukan
oleh KPU kabupaten/Kota

KPU Kabupaten/Kota menerima laporan dan/atau pengaduan terkait adanya dugaan


pelanggaran Pelanggaran Kode Etik, Kode Perilaku, sumpah/janji, dan pakta integritas
yang dilakukan oleh anggota KPPS.

Laporan dan/atau pengaduan dapat diajukan oleh penyelenggara pemilu, peserta


pemilu, pemantau pemilu, tim kampanye; dan/atau
masyarakat dan/atau pemilih
Apabila ditemukan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPPS, KPU
Kabupaten/Kota menindaklanjuti dengan membentuk Tim Pemeriksa

Tim Pemeriksa meneliti dan mengkaji materi laporan dan/atau pengaduan, membuat
ringkasan hasil penelitian dan kajian untuk menjadi bahan pemeriksaan, melakukan
pemeriksaan terhadap laporan dan/atau pengaduan yang telah memenuhi
persyaratan, kemudian memanggil pengadu/pelapor, teradu/terlapor, saksi.

Tim Pemeriksa kemudian menghimpun dan mengolah data hasil pemeriksaan dan
menyusun keterangan tertulis. Kemudian menyampaikan hasil penelitian dan kajian
materi serta pemeriksaan laporan dan/atau pengaduan dugaan pelanggaran kepada
KPU Kabupaten/Kota dalam Rapat Pleno
KEPUTUSAN
KPU Kabupaten/Kota mengambil keputusan dalam Rapat Pleno berdasarkan hasil
pemeriksaan yang disampaikan oleh Tim Pemeriksa. Keputusan dimaksud dapat
berupa

Dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota KPPS tidak terbukti, yang bersangkutan

1 diberikan rehabilitasi dan diumumkan dalam laman KPU Kabupaten/Kota dan disampaikan ke
pengadu/pelapor dan teradu/terlapor.

2
Dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota KPPS terbukti, disertai dengan pemberian Sanksi.
Sanksi Terhadap Dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh
anggota KPPS terbukti
1. Peringatan tertulis
- Sanksi peringatan tertulis diberikan untuk dilakukan pembinaan
2. Pemberhentian sementara
- Apabila Rapat Pleno KPU Kabupaten/Kota memutuskan memberikan sanksi pemberhentian sementara, yang bersangkutan
diberhentikan sementara sebagai KPPS. KPU Kabupaten/Kota menyampaikan keputusan Rapat Pleno kepada KPU melalui KPU Provinsi
untuk disampaikan kepada DKPP. Apabila putusan DKPP menyatakan anggota KPPS tidak terbukti melakukan pelanggaran, KPU
Kabupaten/Kota merehabilitasi anggota yang bersangkutan. Dalam hal putusan DKPP menyatakan anggota KPPS terbukti melakukan
pelanggaran dan diberhentikan tetap, KPU Kabupaten/Kota memberhentikan anggota yang bersangkutan.

3. Pemberhentian Tetap
- Dalam hal kewenangan DKPP untuk memberikan sanksi pemberhentian tetap terhadap anggota KPPS yang
terbukti melakukan pelanggaran diberikan kepada KPU Kabupaten/Kota, KPU Kabupaten/Kota dapat menjatuhkan sanksi
pemberhentian tetap kepada anggota KPPS yang bersangkutan.

4. Pemberian sanksi diumumkan pada laman KPU Kabupaten/Kota, dan disampaikan kepada
pengadu/pelapor dan teradu/terlapor.
Lanjuta
n

KPU Kabupaten/Kota menyampaikan keputusan terkait pelanggaran Kode Etik, Kode


Perilaku, sumpah/janji, dan pakta integritas yang dilakukan oleh KPPS kepada KPU
dan DKPP melalui KPU Provinsi.

Apabila anggota yang diberhentikan telah berakhir masa tugasnya, yang bersangkutan tidak dapat
diangkat kembali sebagai anggota KPPS jika mendaftar kembali dalamseleksi anggota KPPS.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai