Anda di halaman 1dari 75

Konsepsi dan Pokok-Pokok

Pengaturan Sumber Daya Air


Menurut UU No. 7/2004
Tentang SUMBER DAYA AIR

07 Juni 2004

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG
SUMBER DAYA AIR
Air dan sumber-sumber air
adalah karunia yang Tuhan
Yang Maha Esa.

“Air merupakan zat yg paling e


sensial dibutuhkan dalam setia
p aspek kehidupan”
“Kita semua tidak dapat hidup
tanpa air”

Diamanatkan kepada
manusia untuk:

Menjaga air dan


sumber-sumber air dari
segala bentuk perbuatan
yang menimbulkan
kerusakan.
MENU Air di Bumi dan Siklus Hydrologi

AIR DI BUMI KITA


Sungai & Danau 0.001%
Air di udara 0.001%
Hanya 2.5% yang beru
pa air tawar.
Cuma < 1% yg dapat di Air Tanah 0.7
manfaatkan dg biaya re Es & salju 1.75%
2%
ndah, yaitu: air di dana
u, sungai, waduk dan s
umber air tanah dangk
al.
Diperlukan upaya bers Vol. total
ama untuk mempertaha
nkan keberadaannya u sekitar 1.4 milyar km3
ntuk kelangsungan keh
idupan dan peradaban
Air laut 97.5%
sekarang dan yg akan
datang.

Sumber: Comprehensive Assessment of the Freshwater Resources of the World: WMO


KETERSEDIAAN
KETERSEDIAAN AIR
AIR DI
DIBERBAGAI
BERBAGAINEGARA
NEGARA
9 NEGARA TERKAYA AIR:
1. Brazil 5.670 km3/ th
2. Russia 3.904
3. China 2.880
10 NEGARA TERMISKIN AIR:
4. Canada 2.856
1. Malta 50 m3/ th/ jiwa
5. Indonesia 2.530
6. USA 2.478 2. Qatar 62,5
7. India 1.550 3. Bahama 87
8. Colombia 1.112 4. Bahrain 119
9. Zaire 1.020 5. Yaman 126
Sumber: Water Resources Institute Washington 1991
6. Saudi Arabia 191
Ketersediaan per kapita di dunia 7. Libya 194
Rata-rata 600 m3/kapita/th
8. UAE 231
Min 50 m3/kapita/th
9. Singapore 234
Maks 20.000 m3/kapita/th 10. Jordan 313
URGENSI
URGENSI DIADAKAN
DIADAKAN PENGATURAN
PENGATURAN

SISI KEBUTUHAN: SISI KETERSEDIAAN:


1. Jumlah penduduk 1. Ketersediaan air relatif
makin meningkat. konstan.
2. Peningkatan aktivitas
dan kebutuhan
ekonomi serta sosial 2. Kualitas cenderung
budaya. menurun.

Air dan sumber-sumber air perlu:


DILINDUNGI DAN DIJAGA KELESTARIANNYA agar
dapat DIDAYA-GUNAKAN secara berkelanjutan
Prakiraan Potensi Air di Indonesia
dan Ketersediaan Air per Kapita

Total Indonesia
TP: 3221 PC: 16.8

Kalimantan
Sulawesi
TP: 1008 PC: 98.8 TP: 247 PC: 18.3
Papua & Maluku
TP: 981 PC: 251.5

Sumatera
TP: 738 PC: 18.4

Java
TP: 187 PC: 1.6 Sunda Kecil
TP = Total Potensi (milyar m3) TP: 60 PC: 5.5
PC = Per Kapita (1.000 m3/capita)
SUMBER DAYA AIR DAN MASALAHNYA
KEPENDUDUKAN Das kritis

kekeringan

sampah

Permukiman &
pencemaran banjir
KERANGKA PIKIR PERUBAHAN UU NO.11/1974
UUD 1945 Pasal 33 ayat (3)
LATAR BELAKANG Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN
UU No. 11/1974 telah
memberikan andil yg besar
bagi perikehidupan ekonomi VISI PENGELOLAAN SDA
dan sosial masyarakat. Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air bagi
kesejahteraan seluruh rakyat
Saat ini UU tsb memerlukan
penyesuaian untuk antisipasi
perkembangan masalah dan LIMA MISI PENGELOLAAN SDA
UU PENGGANTI
perubahan paradigma, a.l: 1. KONSERVASI sumber daya air.
Yg lebih:
1 Pengelolaan secara menyeluruh 2. PENDAYAGUNAAN sumber daya air. 1. Komprehensif
dan terpadu. 3. PENGENDALIAN daya rusak air. 2. Antisipatif
2 Keseimbangan antara
4. PEMBERDAYAAN dan peningkatan peran 3. Direktif
penanganan secara fisik
dengan non fisik. masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah. 4. Koordinatif
3 Keseimbangan antara 5. Peningkatan ketersediaan dan keterbukaan 5. Partisipatif
pendayagunaan dg konservasi. data serta INFORMASI SDA
4 Perlindungan thd hak dasar
manusia atas air;
5 Keterlibatan pihak yg
berkepentingan dalam PSDA
TUJUH ASAS PENGELOLAAN SDA: PERATURAN
dalam spirit demokrasi dan
pendekatan koordinasi. Kelestarian, Keseimbangan, Kemanfaatan PERUNDANG-
6 Mengadopsi prinsip Umum, UNDANGAN
pembangunan berkelanjutan Keterpaduan dan keserasian, Keadilan,
7 Antisipasi thd ekses TERKAIT
perkembangan nilai ekonomis Kemandirian, Transparansi dan akuntabilitas
air.
KRONOLOGIS
KRONOLOGISPENYUSUNAN
PENYUSUNANRUU
RUUSDA
SDA sampai
sampaike
keDPR
DPR

Sejak 1992 19 Okt 00 Nop 00 s/d Mei 01 Juni 2001 s/d Okt 01
Diskusi/ Izin Susun Konsultas Perbaik.
Seminar Presiden Draft Publik RUU
awal
RUU Di 7 Prop Timja
Timja RKSP
RKSP

Disampaikan
kpd DPR
RUU SDA Dep RUU SDA
Usulan Perbaikan Bahas di
Kehakim. hasil Tim Tim PAD
Pemerintah di Seskab
setuju PAD
s/d Sep 20 Jun 10 Apr Feb – Aug
8 Okt 2002 2002 2002 2002 2002
PROSES PEMBAHASAN HINGGA DISYAHKAN
MENJADI UU SDA
Seminar/Lokakarya
sejak 1992

Pan.Antar Dep 18 Mar 2004


Tim Kerja
UU No.7/ 2004
RKSP* S D Air
Tim Pengarah SEKNEG
POKJA RKSP
Konsultasi 9
Publik 1
Menteri PRESIDEN DPR
Kimpraswil 8 Okt 2002
Dua putaran
di 7 Prov; diikuti 2 8
unsur instansi,
Redaksi Substansi
LSM, PT, users, 5 3a
PJT TIMUS PANJA Komisi IV
6 7
3b
Konsultasi
RKSP: Reformasi Kebijakan Sektor Pengairan 4
Publik
KERANGKA SUBSTANSI
PENGATURAN
FILOSOFIS
1. Sumber daya air adalah karunia Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Air adalah SUMBER KEHIDUPAN dan
SUMBER PENGHIDUPAN.

LANDASAN YURIDIS
PENGATURAN Pasal 33 ayat (3) UUD 1945:
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.

TEKNIS
1. Air merupakan sumber daya yg terbaharui.
2. Jumlahnya tetap, namun keterdapatannya
tergantung kondisi alam lokal.
3. Air permukaan & Air Tanah saling berkaitan satu
sama lain dalam siklus hidrologi.
4. Secara alami mengalir dinamis dari tempat tinggi
ketempat yg lebih rendah.
PERSANDINGAN
PERSANDINGANSISTEMATIKA
SISTEMATIKA

UU NO. 11/ 1974 UU NO. 7/ 2004 ttg SDA


BAB I PENGERTIAN BAB I. KETENTUAN UMUM
BAB II FUNGSI BAB II. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
BAB III HAK PENGUASAAN DAN BAB III. KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
WEWENANG BAB IV. PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
BAB IV PERENCANAAN DAN BAB V. PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
PERENCANAAN TEKNIS BAB VI. PERENCANAAN
BAB V PEMBINAAN BAB VII. PELAKSANAAN KONSTRUKSI DAN O&P
BAB VI PENGUSAHAAN BAB VIII. SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR
BAB VII EKSPLOITASI DAN BAB IX. PEMBERDAYAAN DAN PENGAWASAN
PEMELIHARAAN BAB X. PEMBIAYAAN
BAB VIII PERLINDUNGAN BAB XI. HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
BAB IX PEMBIAYAAN
BAB XII. KOORDINASI
BAB XIII. PENYELESAIAN SENGKETA
BAB X KETENTUAN PIDANA
BAB XIV. GUGATAN MASYARAKAT DAN ORGANISASI
BAB XI KETENTUAN PERALIHAN BAB XV. PENYIDIKAN
BAB XII KETENTUAN PENUTUP BAB XVI. KETENTUAN PIDANA
BAB XVII. KETENTUAN PERALIHAN
BAB XVIII. KETENTUAN PENUTUP
Total = 17 Pasal
Total = 100 Pasal
GARIS
GARISBESAR
BESARSUBSTANSI
SUBSTANSIUU
UUNo.7/2004
No.7/2004ttg
ttgSDA
SDA
1. Cakupan Air diperluas = UU 11/1974 + air laut yg berada didarat. (Ps 1)
2. Substansi pengaturan lebih komprehensif, meliputi DOMAIN pengelolaan
(Konservasi SDA, Pendayagunaan SDA, Pengendalian & Penanggulangan
daya rusak air) dan PROSES pengelolaannya.
3. Menegaskan hak dan peran masyarakat dalam keseluruhan proses
pengelolaan SDA. (Ps 11 ay 3, Ps 41 ay 3- 4, Ps 62, Ps 64 ay 5, Ps 75 ay 2- 3, Ps 82- 84)
4. Menyatakan bahwa air untuk KEBUTUHAN POKOK adalah HAK SETIAP
ORANG yg dijamin oleh Negara. (Ps 5, Ps 8 ay 1, Ps 16 huruf h, Ps 29 ay 3, Ps 80 ay 1)
5. Hak Guna Air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat,
serta kpd pemegang Izin mendapat jaminan pemerintah. (Ps 8-9)
6. Mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat atas SDA. (Ps 6 )
7. Pola dan Rencana Pengelolaan SDA didasarkan atas Wilayah Sungai (Ps 11
ay 2), implementasi penggelolaannya dapat dilakukan multi instansi dan
multi daerah secara terkoordinasi. (Ps 26 ay 4)
8. Asas keterbukaan diakomodasi dalam SISTEM KOORDINASI
PENGELOLAAN SDA di tk. Nasional, tk. Propinsi, tk. Kab/Kota dan
Wilayah Sungai. ( Bab XII )
GARIS
GARISBESAR
BESARSUBSTANSI
SUBSTANSIUU
UUNo.7/2004
No.7/2004ttg
ttgSDA
SDA
9. Mempertegas batas tanggung jawab pemerintah Pusat, Propinsi dan Kab/
Kota (otonomi daerah). (Bab II )
10. Mengadopsi prinsip pelimpahan wewenang kpd pemerintah di bawahnya,
penyerahan wewenang kpd pemerintah di atasnya. (Ps 18-19)
11. Mempertegas kewajiban dan tanggung jawab pengelola SDA. (Ps 19 ay 2, Ps 29
ay 5, Ps 55 ay 1, Ps 56, Ps 57 ay 2, Ps 61 ay 4, Ps 67 ay 3, Ps 74 ay 3, Ps 90, Ps 91)

12. Sumber daya air berfungsi SOSIAL, LINGKUNGAN HIDUP, dan


EKONOMI yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras untuk
melindungi kepentingan penduduk yg berkemampuan ekonomi lemah. (Ps 4,
Ps 26 ay 2, Ps 26 ay 7, Ps 80 )

13. Mengadopsi prinsip penggunaan air hujan, air permukaan dan air tanah
secara conjunctive. (Ps 26 ay 5)
14. Menekankan asas keseimbangan antara upaya pendayagunaan dengan
konservasi, termasuk pemberian sistem insentif kepada pelaku
konservasi. (Ps 11 ay 4, Ps 77 ay 1 dan 2 )
GARIS
GARISBESAR
BESARSUBSTANSI
SUBSTANSIUU
UUNo.7/2004
No.7/2004ttg
ttgSDA
SDA
15. Mengatur prinsip pemanfaat dan pencemar membayar (kecuali
untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat)
sebagai instrumen untuk berhemat air, yg nilainya disesuaikan
dg kemampuan ekonomi kelompok pengguna dan jenis
penggunaannya. (Ps 26 ay 7, Ps 77, Ps 78 ay 1, Ps 80 )
16. Memfasilitasi perlindungan hak penemu dan temuan ilmu
pengetahuan dan inovasi teknologi dalam bid. SDA. (Ps 73)
17. Mengatur pengelolaan sistem informasi SDA. (Bab VIII)
18. Mengatur pengusahaan SDA secara lebih ketat. (Ps 26 ay 3, Ps 45, Ps
46, Ps 47, Ps 48, Ps 49).
19. Mengakomodasi penyelesaian sengketa dan gugatan
masyarakat. (Bab XIV )
20. Memperhatikan perkembangan lingk. global, a.l. tentang
pengelolaan SDA pada Wilayah Sungai lintas negara. (Ps 13 ay 3, Ps
14, Ps 49 )
ACUAN DALAM
MENYELENGGARAKAN
PENGELOLAAN
ACUAN
ACUANPENGELOLAAN
PENGELOLAANSUMBER
SUMBERDAYA
DAYAAIR
AIR
Berbasis Wil Administrasi: Pasal 14, 15, 16

KEBIJAKAN NASIONAL
KEBIJAKAN PROPINSI
KEBIJAKAN KABUPATEN/ KOTA

POLA Ps 11 ay 2, Ps 59 ay 3, Ps 62 ay 6

RENCANA
PROGRAM
KEGIATAN
Berbasis Wilayah Hidrologis (WilayahSungai)
POLA
POLAPENGELOLAAN
PENGELOLAANSDA
SDA

Pola Kegiatan:
KERANGKA DASAR
Pengelolaan dalam: KONSERVASI SDA
Merencanakan, PENDAYAGUNAAN SDA
SDA
Melaksanakan, Memantau,
(berbasis WS) Pengendalian daya rusak air
dan Mengevaluasi

Pasal 1 angka 8

 Penetapan WS dilakukan oleh Presiden dg memperhatikan


pertimbangan Dewan SDA Nasional. (pasal 13 ayat 2)
 Prinsip penyusunan Pola Pengelolaan SDA: (pasal 11 ayat 2 dan 4)
1) Keterpaduan antara air permukaan dan air tanah
2) Keseimbangan antara upaya Konservasi dan Pendayagunaan
 Proses penyusunannya melibatkan peran masyarakat. (pasal 11 ayat 3)
BATASAN
BATASANPENGERTIAN
PENGERTIANISTILAH
ISTILAH
1. KONSERVASI: upaya MEMELIHARA KEBERADAAN, serta
KEBERLANJUTAN KEADAAN, SIFAT, dan FUNGSI SDAir agar
senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yg memadai untuk
memenuhi kebutuhan makhluk hidup baik pada waktu sekarang
maupun yang akan datang. (pasal 1 angka 18)
2. PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR:
upaya
PENATAGUNAAN, PENYEDIAAN, PENGGUNAAN,
PENGEMBANGAN, dan PENGUSAHAAN SDAir secara optimal agar
berhasilguna dan berdayaguna. (pasal 1 angka 20)
3. PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR: upaya untuk
MENCEGAH, MENANGGULANGI, serta melakukan PEMULIHAN
kerusakan kualitas lingkungan yg disebabkan oleh daya rusak air. (pasal
1 angka 19)

4. DAYA RUSAK AIR: daya air yang dapat merugikan kehidupan.


(pasal 1 angka 21)
DAYA
DAYARUSAK
RUSAKAIR
AIR
( (DAYA
DAYAAIR
AIRYG
YGDAPAT
DAPATMERUGIKAN
MERUGIKANKEHIDUPAN
KEHIDUPAN) )

KEKERINGAN
BANJIR

KEPUNAHAN
SATWA dan EROSI/ SEDIMENTASI
TUMBUHAN

LONGSORAN TANAH
BANJIR LAHAR DINGIN
AMBLESAN TANAH
Perubahan sifat dan
WABAH PENYAKIT
kandungan kimiawi,
biologi dan fisika air
WILAYAH SUNGAI sebagai Basis
Wilayah Pengelolaan S.D.Air
mengapa ?
1. Sifat alami air yg mengalir secara dinamis dari tempat-tempat
tertentu ke tempat yg lebih rendah (bisa lintas wil. Kab/Kota, dan
lintas Prop, bahkan lintas Negara)
2. Keterdapatan air mengikuti siklus hidrologi; ada DAS/DPS yg
secara alami kaya air dan ada pula DAS yg selalu kekurangan air.
3. Air adalah karunia Tuhan, dan menjadi sumber kehidupan;
karenanya setiap orang berhak mendapatkan air untuk
kelangsungan hidupnya.
4. Mencegah timbulnya konflik; sekaligus menempatkan air sebagai
unsur pemersatu antar wilayah.
5. Prinsip efisiensi dan efektivitas pengelolaan.
WILAYAH SUNGAI sebagai Basis
Wilayah Pengelolaan S.D.Air
Bagaimana wujud wilayahnya?

Bisa berupa:
• SATU DAS (Cathment Area)
• Penggabungan DAS satu dg DAS lain.
• SATU PULAU KECIL.
• Penggabungan beberapa gugusan pulau kecil.
• Penggabungan DAS dan Pulau Kecil di
sekitarnya.
Pembagian Wil. Sungai di Indonesia
Perlu diatur lagi dg Keppres Menurut: Permen PU No.39/ 1989

(SAAT INI )
Kalimantan
Sulawesi

Papua

Sumatera

Jawa

Terdiri atas 17,508 pulau 15 WS Lintas Prop

Jumlah penduduk: 206 juta 90 WS 73 WS dalam 1 Prop


65% tinggal di Jawa
2 WS dikelola
BUMN
BEBERAPA PERSEPSI NEGATIF
SELAMA PEMBAHASAN RUU SDA

1. HAK GUNA AIR DAN PERIZINAN


2. PRIVATISASI AIR.
3. EKSPOR AIR
4. TIDAK MEMIHAK PADA KEPENTINGAN
MASYARAKAT KECIL DAN PETANI.
5. TIDAK PEDULI TERHADAP ASPEK KONSERVASI
DAN KEBERLANJUTAN FUNGSI LINGKUNGAN
HIDUP
KONSEPSI HAK GUNA AIR
DAN
KONSEPSI PERIZINAN
KETENTUAN
KETENTUANUMUM
UMUM (1/3)
(1/3)

HAK GUNA PAKAI AIR


Hak untuk
MEMPEROLEH dan
HAK GUNA MEMAKAI air. (pasal 1
angka 14)
AIR
Hak untuk MEMPEROLEH
dan MEMAKAI atau HAK GUNA USAHA AIR
MENGUSAHAKAN AIR untuk
berbagai keperluan. (pasal 1 Hak untuk MEMPEROLEH
angka 13) dan MENGUSAHAKAN air.
(pasal 1 angka 15)
HAK
HAKGUNA
GUNAAIR
AIR (2/3)
(2/3)
1. HAK GUNA PAKAI AIR dan HAK GUNA USAHA AIR bukan berarti hak
kepemilikan atas air. (Penjelasan Umum angka 2)
2. Baik HAK GUNA PAKAI AIR maupun HAK GUNA USAHA AIR tidak
dapat disewakan ataupun dipindahtangankan. (pasal 7 ayat 2).
3. Pengkategorian HAK GUNA PAKAI AIR dan HAK GUNA USAHA AIR
semata-mata hanya sebagai nomenklatur untuk membedakan
berdasarkan KATEGORI PENGGUNAAN AIRNYA.
4. HAK GUNA AIR bukan berarti hak yang bersifat MUTLAK (tergantung
kondisi alami). Apabila terjadi situasi alam yg mengakibatkan tidak dapat
mencukupi seluruh kebutuhan air di suatu WS, maka yang akan
mendapat prioritas utama adalah untuk kebutuhan pokok sehari-hari, dan
irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada. (pasal
29 ayat 3).
5. HGP Air dan HGU Air tidak sama artinya dg HGP dan HGU Tanah
(karena pengertian Hak dalam UUPA berarti memberi wewenang misalnya tidak
hanya memanfaatkan tanah ybs, tetapi juga menguasai dan memiliki).
HAK
HAKGUNA
GUNAAIR
AIR (3/3)
(3/3)

6. Penyebutan HGU dalam UU SDA terbatas pada pengukuhan dalam


memperoleh/memanfaatkan AIR untuk diusahakan lebih lanjut
(BUKAN HAK MEMILIKI). Lihat Penjelasan Umum angka 2.

7. Hak Guna Pakai Air diperoleh TANPA IZIN: (pasal 8 ayat 1)


(1)untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan,dan
(2) bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi.
Untuk kedua jenis kebutuhan seperti tsb diatas, Hak-nya dijamin oleh Pemerintah
(tanpa dg susah payah memohon izin).

8. Hak Guna Usaha Air, wajib dilakukan melalui IZIN penggunaan air dari
pemerintah.
HAK
HAKGUNA
GUNAAIR
AIR dan
danPERIZINAN
PERIZINAN
JENIS HAK CARA UNTUK UNTUK PERSYARATAN
Memperoleh SIAPA APA

Tanpa Izin Perorangan Kebutuhan pokok sehari- Tidak mengubah


hari kondisi sumber air
Pasal 8 ayat 1
Perorangan Pertanian rakyat dalam
atau jaringan irigasi yg sudah
Kelompok ada
HAK GUNA Perorangan Kebutuhan pokok sehari- Mengubah kondisi
PAKAI hari sumber air

Dengan Izin Perorangan Pertanian di luar jaringan


atau irigasi yg sudah ada
Pasal 8 ayat 2 Kelompok

Kelompok Kebutuhan pokok


sehari-hari dan
kebutuhan sosial
HAK GUNA Dengan Izin Perorangan/ Untuk memenuhi
USAHA Kelompok/ kebutuhan usaha
Bdn. Usaha
KONSEPSI
PENGUSAHAAN
SUMBER DAYA AIR
PENGUSAHAAN
PENGUSAHAANSUMBER
SUMBERDAYA
DAYAAIR
AIR(1/3)
(1/3)
1. PENGUSAHAAN SDA merupakan salah satu lingkup dari
PENDAYAGUNAAN SDA. (Pasal 26 ayat 1).
2. PENGUSAHAAN SDA berarti sebagai suatu upaya pemanfaatan SDA
untuk tujuan USAHA atau menunjang suatu kegiatan usaha.
3. PENGUSAHAAN SDA dapat dilakukan melalui berbagai jenis/bentuk
usaha, a.l : (Penjelasan Umum angka 10)
 Pemanfaatan air alam SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PROSES
PRODUKSI (misalnya : industri tekstil, pabrik gula, petrokimia, agroindustri,
industri pengolahan makanan dan lain-lain).
 Pemanfaatan air alam SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA SUATU PRODUK
(misalnya: produk PDAM, Air Mineral).
 Pemanfaatan air, sumber air dan daya air, (misalnya usaha PLTA, usaha
arung jeram, usaha wisata air, usaha pelayaran di sungai dan usaha
pengapungan).
 Pemanfaatan air SEBAGAI MEDIA atau PENDUKUNG kegiatan usaha
tertentu, (misalnya: usaha perikanan, usaha perhotelan, usaha real estate,
untuk pendinginan mesin pabrik, pencucian bahan tambang).
PENGUSAHAAN
PENGUSAHAANSUMBER
SUMBERDAYA
DAYAAIR
AIR (2/3)
(2/3)

4. Pengusahaan SDA yang meliputi satu WS (dari hulu sampai


ke hilir) HANYA DAPAT dilaksanakan oleh BUMN/BUMD
pengelola SDA (Pasal 45 ayat 2).
5. BUMN dibentuk berdasarkan PP, sedangkan BUMD
dibentuk berdasarkan PerDa.
6. Perorangan, badan usaha, atau kerjasama antar badan
usaha DAPAT melaksanakan pengusahaan SDA SECARA
TERBATAS berdasarkan IZIN Pengusahaan dari
pemerintah (Pusat/ Prov/ Kab/ Kota) sesuai dengan
kewenangannya dan harus sesuai dg Rencana Alokasi Air
yg Ditetapkan (pasal 45 ayat 3 dan pasal 46 ayat 2).
PENGUSAHAAN
PENGUSAHAANSUMBER
SUMBERDAYA
DAYAAIR
AIR (3/3)
(3/3)
7. Kegiatan pengusahaan, tidak termasuk menguasai sumber
airnya, tetapi hanya terbatas pada hak untuk
menggunakan air sesuai alokasi yang ditetapkan, dan
atau hak menggunakan sebagian sumber air seluas yang
diperlukan untuk tapak bangunan (misalnya tapak
bangunan bendungan). Lihat Penjelasan Umum angka 10.
8. Pengertian PENGUSAHAAN SDA tidak sama dg
PENGUASAAN, dan tidak sama dengan PRIVATISASI.
9. Pengaturan mengenai Pengusahaan SDA dalam UU ini
lebih menekankan pada substansi pengaturan ALOKASI
air baku (alam) untuk suatu jenis kegiatan usaha tertentu.
10. Pada prinsipnya UU No.7/ 2004 tentang Sumber Daya Air
mengatur Pengusahaan SDA jauh lebih ketat daripada UU
11/1974 tentang Pengairan.
Rambu pengaturan mengenai Pengusahaan SDA
KETENTUAN UU No.11/1974 UU No. 7/2004 ttg SDA
Syarat bagi Cukup dg ijin 1. Ijin dari pemerintah (ps 45 ayat 3)
pihak swasta dari pemerintah, 2. Tidak boleh meliputi seluruh WS (ps 45
untuk dan berpedoman ayat 4).
melaksanakan pada asas usaha 3. Berdasarkan rencana alokasi air. (ps 46
ayat 2)
pengusahaan bersama dan
4. Melalui konsultasi publik (ps 47 ayat 4)
SDA kekeluargaan
(ps11) 5. Dilarang ditransfer keluar WS, kecuali
SDA pada WS ybs surplus. (ps 48 ay 1)
Kewajiban Tidak mengatur 1. Memperhatikan fungsi sosial dan
pihak swasta kelestariannya (ps 45 ayat 1)
dalam 2. Wajib ikut serta melakukan konservasi
pelaksanaan dan meningkatkan kesejahteraan masy
pengusahaan di sekitarnya. (ps 47 ayat 3)
SDA 3. Mendorong keikut sertaan UKM (ps 47
ayat 5)
Kewajiban Tidak mengatur 1. Pengawasan mutu layanan pengusaha
Pemerintah (ps 47 ayat 1).
2. Fasilitasi pengaduan masyarakat(ps 47
ayat 2)
ISSUE
EKSPOR AIR
ISSUE
ISSUE“EKSPOR
“EKSPORAIR”
AIR”

1. Bagaimana sikap politik kita mengenai EKSPOR AIR?


2. UU ini perlu menegaskan sikap politik kita:
- Apakah EKSPOR AIR akan dilarang ataukah diperbolehkan?
- Kalau dibolehkan, apa rambu-rambunya.

4. Sikap politik dipilih, dilandasi oleh pertimbangan:


1) Amanat UUD45 khususnya pasal 33.
2) Tanggung jawab kita thd masalah global menurut Pembukaan UUD45
3) Tanggung jawab kita untuk melindungi hak dasar manusia atas air
menurut hukum agama.
KETENTUAN
KETENTUANTENTANG
TENTANG“EKSPOR
“EKSPORAIR”
AIR”DALAM
DALAMUU
UUSDA
SDA

1. Pengusahaan air untuk negara lain TIDAK DIIZINKAN, kecuali


apabila penyediaan air untuk berbagai kebutuhan (kebutuhan pokok,
sanitasi lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan,
perhubungan, kehutanan dan keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi
dan pariwisata, ekosistem, estetika, serta kebutuhan lain yang ditetapkan)
telah dapat terpenuhi. (Pasal 49 ayat 1)
2. Kelayakan mendistribusikan air untuk negara lain HARUS
DIDASARKAN pada rencana pengelolaan sumber daya air WS
yang akan diambil airnya, serta MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN
daerah di sekitarnya. (Psl 49 ayat 2)
3. Rencana pengusahaan air untuk negara lain dilakukan melalui
proses KONSULTASI PUBLIK oleh pemerintah sesuai dengan
kewenangannya. (Ps 49 ayat 3)
4. Pengusahaan air untuk negara lain WAJIB mendapat izin dari
Pemerintah berdasarkan rekomendasi dari pemerintah daerah dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 49 ayat 4)
KEBERPIHAKAN terhadap:
KEBUTUHAN POKOK
SEHARI-HARI dan
KEBUTUHAN PERTANIAN
RAKYAT
BATASAN
BATASANKEBUTUHAN
KEBUTUHANPOKOK
POKOKSEHARI-HARI
SEHARI-HARI
dan
danPERTANIAN
PERTANIANRAKYAT
RAKYAT

KEBUTUHAN POKOK SEHARI-HARI (akan air) adalah


kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan
produktif, misalnya untuk keperluan ibadah, minum,
masak, mandi, cuci dan peturasan. (Penjelasan pasal 8 ayat 1)

PERTANIAN RAKYAT adalah budi daya pertanian yang


meliputi berbagai komoditi yaitu PERTANIAN TANAMAN
PANGAN, PERIKANAN, PETERBAKAN, PERKEBUNAN,
dan KEHUTANAN yang dikelola oleh RAKYAT dengan
luas tertentu yang kebutuhan airnya tidak lebih dari 2
liter per detik per kepala keluarga. (Penjelasan pasal 8 ayat 1)
PERLINDUNGAN
PERLINDUNGANTHD
THDKEBUTUHAN
KEBUTUHANPOKOK
POKOKSEHARI-HARI
SEHARI-HARI
DAN
DAN PERTANIAN
PERTANIANRAKYAT
RAKYAT
1. Negara MENJAMIN HAK SETIAP ORANG untuk mendapatkan air bagi
KEBUTUHAN POKOK MINIMAL sehari-hari guna memenuhi
kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif. (pasal 5).
2. Hak Guna Pakai Air diperoleh TANPA IZIN untuk memenuhi
KEBUTUHAN POKOK sehari-hari bagi perorangan, dan PERTANIAN
RAKYAT yang berada di dalam jaringan irigasi. (pasal 8 ayat 1).
3. Penyediaan air untuk memenuhi KEBUTUHAN POKOK sehari-hari
dan PERTANIAN RAKYAT pada jaringan irigasi merupakan
PRIORITAS UTAMA penyediaan SDA diatas semua kebutuhan yang
lain. (pasal 29 ayat 3)
4. Pengguna SDA untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan
untuk pertanian rakyat TIDAK DIBEBANI BIAYA jasa pengelolaan
SDA. (pasal 80 ayat 1).
5. Pemerintah Kabupaten/ Kota berwenang dan bertanggung jawab
memenuhi KEBUTUHAN POKOK minimal sehari-hari di wilayahnya
atas air. (pasal 16 huruf h).
KETENTUAN
KETENTUANLAIN
LAINYG
YGPRO
PROMASYARAKAT
MASYARAKAT PETANI
PETANI (1/2)
(1/2)
1. Penetapan peruntukan air pada sumber air di setiap WS
dilakukan dg memperhatikan: ..d. pemanfaatan air yg
sudah ada. (pasal 28 ayat 1).
2. Apabila penetapan urutan prioritas penyediaan SDA
menimbulkan kerugian bagi PEMAKAI SDA YG TELAH
MENGGUNAKAN SDA ybs SEBELUMNYA, Pemerintah
atau Pemda wajib mengatur kompensasi kepada
pemakainya. (pasal 29 ayat 5)
3. Pengembangan sistem irigasi menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan Pemda. (pasal 41 ayat 2)
4. Pengembangan sistem irigasi dilakukan dg
mengikutsertakan masyarakat. (pasal 41 ayat 4)
5. Pelaksanaan OP sistem irigasi primer dan sekunder menjadi
TJ Pemerintah dan Pemda. (pasal 64 ayat 6 huruf a)
KETENTUAN
KETENTUANLAIN
LAINYG
YGPRO
PROMASYARAKAT
MASYARAKAT PETANI
PETANI (2/2)
(2/2)
6. Pembiayaan pelaksanaan konstruksi dan OP sistem irigasi
primer dan sekunder menjadi TJ Pemerintah dan Pemda,
dan dapat MELIBATKAN PERAN MASYARAKAT PETANI.
(pasal 78 ayat 3 huruf a)
7. Pengguna SDA untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-
hari dan untuk pertanian rakyat TIDAK DIBEBANI BIAYA
jasa pengelolaan SDA. (pasal 80 ayat 1)
8. Masyarakat mempunyai kesempatan yg sama untuk
berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan thd pengelolaan SDA. (pasal 84 ayat 1)
9. Masyarakat yg dirugikan akibat berbagai masalah
pengelolaan SDA berhak mengajukan gugatan perwakilan
ke pengadilan. (pasal 90)
PERHATIAN THD
ASPEK KONSERVASI
DAN PERLINDUNGAN
EKOSISTEM
KONSERVASI
KONSERVASIDAN
DANPERLINDUNGAN
PERLINDUNGANEKOSISTEM
EKOSISTEM (1/6)
(1/6)
1. Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian,
asas keseimbangan, asas kemanfaatan umum, asas
keterpaduan dan keserasian, asas keadilan, asas
kemandirian, serta asas transparansi dan akuntabilitas.
(Pasal 2)
2. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(pasal 3)
3. Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan
hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan
secara selaras. (pasal 4)
KONSERVASI
KONSERVASIDAN
DANPERLINDUNGAN
PERLINDUNGANEKOSISTEM
EKOSISTEM (2/6)
(2/6)
4. Pendayagunaan sumber daya air DIKECUALIKAN pada
kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
(Pasal 26 ayat 3)

5. Penetapan zona pemanfaatan sumber daya air dilakukan


dengan :
a) mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan
budidaya;
b) ………..dst (Pasal 27 ayat 3)

6. Penetapan peruntukan air pada sumber air sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) di setiap wilayah
sungai dan cekungan air tanah dilakukan dengan
memperhatikan :
a). daya dukung sumber air;
b). ………….. dst. (Pasal 28 ayat 1).
KONSERVASI
KONSERVASIDAN
DANPERLINDUNGAN
PERLINDUNGANEKOSISTEM
EKOSISTEM (3/6)
(3/6)

7. Potensi dampak yang mungkin timbul akibat dilaksanakannya


pengembangan sumber daya air harus ditangani secara tuntas dengan
melibatkan berbagai pihak yang terkait pada tahap penyusunan
rencana. (Pasal 34 ayat 5)
8. Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada di darat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf d dilakukan dengan
memperhatikan fungsi lingkungan hidup. (Pasal 39 ayat 1)
9. Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap
memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan. (Ps 45 ay 1)
10. Badan usaha dan perorangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib ikut serta melakukan kegiatan konservasi sumber daya air
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. (Ps 47 ayat 3)
11. Pemulihan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat
(1) dilakukan dengan memulihkan kembali fungsi lingkungan hidup
dan sistem prasarana sumber daya air. (Pasal 57 ayat 1)
KONSERVASI
KONSERVASIDAN
DANPERLINDUNGAN
PERLINDUNGANEKOSISTEM
EKOSISTEM (4/6)
(4/6)
12. Pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air
dilakukan berdasarkan norma, standar, pedoman, dan
manual dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya
lokal serta mengutamakan keselamatan, keamanan
kerja, dan keberlanjutan fungsi ekologis sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 63 ayat
1).
13. Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan
lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan
keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan
fungsi dan manfaat air dan sumber air. (pasal 85 ayat 1).
14. Instansi pemerintah yang membidangi sumber daya air
bertindak untuk kepentingan masyarakat apabila
terdapat indikasi masyarakat menderita akibat
pencemaran dan atau kerusakan sumber air yang
mempengaruhi kehidupan pokok masyarakat (pasal 91)
KONSERVASI
KONSERVASIDAN
DANPERLINDUNGAN
PERLINDUNGANEKOSISTEM
EKOSISTEM (5/6)
(5/6)

15. Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan


kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan
prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan
atau mengakibatkan pencemaran air. (pasal 24)
16. Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan
kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya
rusak air. (pasal 52).
17. Dalam keadaan memaksa, Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah mengatur dan menetapkan
penggunaan sumber daya air untuk kepentingan
KONSERVASI, persiapan pelaksanaan konstruksi, dan
pemenuhan prioritas penggunaan sumber daya air. (pasal
33).
KONSERVASI
KONSERVASIDAN
DANPERLINDUNGAN
PERLINDUNGANEKOSISTEM
EKOSISTEM (6/6)
(6/6)
18. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.500.000.000 (satu miliar lima ratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang
mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya ,
mengganggu upaya pengawetan air, dan atau mengakibatkan
pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, atau
b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan terjadinya daya rusak air sebagimana dimaksud
dalam pasal 52. (pasal 94 ayat 1)

19. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah):
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan penggunaan
air yang mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan
kerusakan fungsi sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 ayat (3) , (pasal 94 ayat 2)
KERANGKA
PEMBAGIAN WEWENANG
DAN TANGGUNG JAWAB
PENGELOLAAN
WEWENANG
WEWENANGDAN
DANT-JAWAB
T-JAWABPEMERINTAH
PEMERINTAH
Wewenang & TJ Pusat Prop Kab/Kot
1. Menetapkan Kebijakan Nasional SDA. X - -

2. Menetapkan Pola dan Rencana L.Prop, L.Neg, Lin.Kab/ Kab/ Kot


Pengelolaan SDA pd WS S.Nas Kota
3. Menetapkan dan mengelola Kws L.Prop, L.Neg, Lin.Kab/ Kab/ Kot
Lindung SA pd WS S.Nas Kota
4. Melaksanakan pengelolaan SDA pada L.Prop, L.Neg, Lin.Kab/ Kab/ Kot
WS S.Nas Kota
5. Mengatur, menetapkan dan memberi L.Prop, L.Neg, Lin.Kab/ Kab/ Kot
izin atas Pedayagunaan SDA di WS S.Nas Kota
6. Mengatur, menetapkan dan memberi L.Prop, L.Neg, Lin.Kab/ Kab/ Kot
Rekomtek atas Pendayagunaan air Kota
tanah pada CAT
7. Memberi ijin atas Pendayagunaan air - - X
tanah pada CAT
Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16
WEWENANG
WEWENANGDAN
DANT-JAWAB
T-JAWABPEMERINTAH
PEMERINTAH
Wewenang & TJ Pusat Prop Kab/Kot
8. Membentuk Dewan/ Wadah Koordinasi Nasional Prop, Kab/Kot
SDA pada tingkat Lprop, S.Nas L.Kab/Kot
9. Memfasilitasi penyelesaian sengketa Antar Prop Antar -
dalam pengelolaan SDA Kab/Kota
10. Menetapkan Norma, Standar, Kriteria, X - -
dan Pedoman
11. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, L.Prop, Lin.Kab/ Kab/ Kot
dan ketertiban pelaks PSDA pada WS L.Neg, S.Nas Kota
12. Memberikan bantuan teknis dalam Pem.Prop, Pem.Kab/ -
PSDA kepada Pem.Kab/Kot Kota
13. Membantu Kab/Kota pd wilayahnya - X -
dalam memenuhi kebutuhan pokok air
14. Memenuhi kebutuhan pokok minimal - - X
sehari-hari atas air bagi masyarakat di
wilayahnya.

Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16


WEWENANG
WEWENANGDAN
DANT-JAWAB
T-JAWABPEMERINTAH
PEMERINTAHDESA
DESA
1. Mengelola SDA di wilayah desa YANG BELUM
dilaksanakan oleh masyarakat dan atau pemerintahan di
atasnya dg memperhatikan asas kemanfaatan umum.
2. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban
pelaksanaan pengelolaan SDA yang menjadi
kewenangannya.
3. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari warga
desa atas air sesuai dengan ketersediaan air yang ada.
4. Memperhatikan kepentingan desa lain dalam
melaksanakan pengelolaan sumber daya air di
wilayahnya.

Pasal 17
MODEL
MODELPENGALIHAN
PENGALIHANWEWENANG
WEWENANG
1. Pendelegasian ke bawah:
Sebagian wewenang Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat diselenggarakan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan .
(pasal 18)

2. Penyerahan ke atas:
Dalam hal Pemda BELUM DAPAT dapat melaksanakan sebagian
wewenangnya, Pemda ybs dapat menyerahkan wewenang tersebut
kepada pemerintah di atasnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. (pasal 19 ayat 1)
3. Pengambil alihan (pasal 19 ayat 2):
Pelaksanaan sebagian wewenang pengelolaan sumber daya air oleh
Pemda WAJIB diambil oleh pemerintah di atasnya dalam hal:
a. Pemda TIDAK melaksanakan sebagian wewenang pengelolaan
sumber daya air sehingga dapat membahayakan kepentingan umum;
dan/atau
b. Adanya SENGKETA antarprovinsi atau antarkabupaten/kota.
KETENTUAN
KETENTUANLAINNYA
LAINNYA

4. Dalam hal terdapat KEPENTINGAN MENDESAK UNTUK


PENDAYAGUNAAN sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,
lintas kabupaten/kota, dan strategis nasional, pembiayaan
pengelolaannya ditetapkan bersama oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah yang bersangkutan melalui pola kerja sama. (pasal 78 ayat 4)
5. Penanggulangan BENCANA akibat daya rusak air yang berskala
NASIONAL menjadi tanggung jawab Pemerintah. (pasal 55 ayat 1)
6. BENCANA akibat daya rusak air yang berskala NASIONAL ditetapkan
dengan Keputusan Presiden. (pasal 55 ayat 2)
7. Dalam keadaan yang membahayakan, gubernur dan/atau
bupati/walikota berwenang mengambil tindakan darurat guna keperluan
penanggulangan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
ayat (1). (pasal 56)
8. Pemulihan kerusakan akibat daya rusak air menjadi tanggung jawab
Pemerintah, pemerintah daerah, pengelola sumber daya air, dan
masyarakat. (pasal 57 ayat 2)
LEMBAGA KOORDINASI
Mengapa diperlukan
Lembaga Koordinasi Pengelolaan SDA?
1. Memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga
kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air.
2. Menyangkut kepentingan lintas sektor, dan pengguna
air.
3. Menyangkut kepentingan lintas wilayah administrasi.
4. Mengintegrasikan kepentingan berbagai:
- Sektor
- Wlayah administrasi pemerintahan
- Masyarakat pengguna/ pemilik kepentingan

5. Mencegah timbulnya konflik; sekaligus menempatkan


air sebagai unsur pemersatu antar wilayah.
KERANGKA
KERANGKAKELEMBAGAAN
KELEMBAGAANPSDA
PSDA

Menteri
Gubernur
Proyek Pem.
Bupati REGULATOR DEVELOPER Invest Swasta
Walikota
Dinas

WADAH
KOORDINASI
Pertanian
Perkotaan
BPDAS Energi
PJT OPERATOR USER/ PUBLIC Industri
BPSDA Perkebun
Pakar
LSM
WADAH
WADAHKOORDINASI
KOORDINASI PSDA
PSDA
(menurut UU SDA)
(menurut UU SDA)

 Tugas Pokok: menyusun dan merumuskan kebijakan dan


strategi PSDA
 Beranggotakan unsur pemerintah dan non pemerintah dalam
jumlah yg seimbang atas dasar prinsip keterwakilan.
 Dibentuk di tingkat Nasional, dan tingkat Provinsi.
 Dapat dibentuk di tk. Kab/Kota, dan atau WS sesuai
kebutuhan wilayah ybs.
 Hubungan kerja antarwadah koordinasi bersifat konsultatif
dan koordinatif.
Catatan: Di Tk. Nas sudah terbentuk embrionya.
Di Tk. Prop. dan Tk. WS sudah terbentuk di 12 Prop.
LEMBAGA
LEMBAGAOPERATOR
OPERATORPENGELOLA
PENGELOLASDA
SDA

 Fungsi Utama: - menyediakan air sesuai dg alokasi yg


ditetapkan Regulator.
- memelihara sarana & pras SDA
- sumber data dan informasi SDA
termasuk memberi warning.
- motor penggerak koordinasi di WS

 Bentuk lembaga operator pengelolaan SDA yg ada:


- Balai Pengelolaan SDA dan BP DAS (murni sosial)
- Perum Jasa Tirta (semi komersial)
KETENTUAN MENGENAI
IRIGASI
SENSITIVITAS
SENSITIVITASKETAHANAN
KETAHANANPANGAN
PANGANNASIONAL
NASIONAL
1. Lingkungan Eksternal:
FAO menyatakan bahwa: (kutipan berita Kompas 10 April 2004)
Sejak tiga bulan terakhir terjadi lonjakan harga beras di pasar internasional
diatas US$200/ ton (akhir tahun hanya berkisar US$186).
Perdagangan beras dunia menurun 2,5 juta ton, menjadi 25,5 juta ton, karena
anjloknya ekspor oleh China dan India.
Ekspor beras China: 1,5 juta ton (tahun lalu mencapai 2,6 juta ton).
India masih akan melarang ekspor beras, akibat defisit stok pangan sejak 2 th
lalu.
Ekspor beras AS diperkirakan menurun dari 3,8 juta ton menjadi 3,2 juta ton.
Ekspor beras Australia hanya 30 % dari ekspor kondisi normal, atau hanya
sekitar 0,2 juta ton akibat penurunan produksi di negara tersebut.

Hal yang sama juga terjadi di Jepang dan Korea Selatan.

2. Lingkungan Eksternal:
Dampak banjir dan kekeringan thd kerusakan tanaman padi di Indonesia, rata-
rata 90.000 Ha/th.
Alih fungsi lahan beririgasi teknis rata-rata 40.000 ha/tahun.
Alih fungsi sawah menjadi permukiman dan kegiatan usaha = 610.590 Ha
selama periode 2001 s/d 2003. (Dirjen Tanaman Pangan dalam Kompas 01 Mei
2004)
PENGEMBANGAN
PENGEMBANGANSISTEM
SISTEMIRIGASI
IRIGASI
1. Pengembangan sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER:
(pasal 41 ayat 2)
a. Lintas provinsi menjadi wewenang dan tanggung jawab
Pemerintah.
b. Lintas kabupaten/kota menjadi wewenang dan TJ Pem.
Provinsi.
c. Yang utuh pada satu kabupaten/kota menjadi wewenang dan TJ
Pem. Kab/Kota.
3. Pengembangan sistem irigasi dilakukan dengan
mengikutsertakan masyarakat. (pasal 41 ayat 4)
4. Pengembangan sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER dapat
dilakukan oleh perkumpulan petani pemakai air atau pihak
lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (pasal 41
ayat 5)
5. Pengembangan sistem irigasi TERSIER menjadi hak dan
tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air. (pasal 41
ayat 3)
PELAKSANAAN
PELAKSANAANO&P
O&PSISTEM
SISTEMIRIGASI
IRIGASI
1. Pelaksanaan O&P prasarana sumber daya air yang dibangun oleh badan
usaha, kelompok masyarakat, atau perseorangan menjadi tugas dan TJ
pihak-pihak yang membangun. (pasal 64 ayat 4)
2. Masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan O&P sumber daya air.
(pasal 64 ayat 5)
3. Pelaksanaan O&P sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER menjadi
wewenang dan TJ Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya. (pasal 64 ayat 6 huruf a)
4. Pengelolaan irigasi PRIMER dan SEKUNDER: (penjelasan pasal 41 ayat 2)

a. DI luas< 1.000ha (DI Kecil) DAN berada dalam satu


kabupaten/kota menjadi wewenang dan TJ pem. kab/kota.
b. DI luas 1.000 ha s/d 3.000 ha (DI Sedang), ATAU DI Kecil
lintas kab/kota menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
provinsi.
c. DI luas >3.000 ha, ATAU (DI Sedang) Lintas Prov menjadi
wewenang dan TJ Pemerintah Pusat.
4. Pelaksanaan O&P sistem irigasi TERSIER menjadi hak dan TJ
masyarakat petani pemakai air. (pasal 64 ayat 6 huruf b)
PEMBIAYAAN
PEMBIAYAANPENGELOLAAN
PENGELOLAANSISTEM
SISTEMIRIGASI
IRIGASI
1. Pembiayaan pengelolaan sumber daya air yang menjadi TJ
Pemerintah dan pemerintah daerah didasarkan pada
kewenangan masing-masing dalam pengelolaan sumber
daya air. (pasal 78 ayat 2)
2. Pembiayaan pelaksanaan KONSTRUKSI dan OP sistem
irigasi PRIMER dan SEKUNDER menjadi wewenang dan TJ
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dg
kewenangannya, dan DAPAT melibatkan peran serta
masyarakat petani. (pasal 78 ayat 3 huruf a)
3. Pembiayaan pelaksanaan KONSTRUKSI sistem irigasi
TERSIER menjadi TJ petani, dan dapat dibantu pemerintah,
kecuali bang.sadap, sal.sepanjang 50m dari bang.sadap,
dan boks tersier serta bang.pelengkap lainnya menjadi TJ
pemerintah. (pasal 78 ayat 3 huruf b)
4. Pembiayaan O&P sistem irigasi TERSIER menjadi TJ petani,
dan dapat dibantu Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
(pasal 78 ayat 3 huruf c)
KETENTUAN MENGENAI
PENGENDALIAN
DAYA RUSAK AIR
PENGENDALIAN
PENGENDALIANDAYA
DAYA RUSAK
RUSAKAIR
AIR
1. Dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya
PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN, dan PEMULIHAN. (pasal
51 ayat 1)
2. Menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah,
serta pengelola sumber daya air wilayah sungai dan
masyarakat. (pasal 51 ayat 3)
3. Mengutamakan upaya PENCEGAHAN melalui perencanaan
pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu
dan menyeluruh dalam POLA pengelolaan sumber daya air.
(pasal 51 ayat 2)
4. Upaya PENCEGAHAN lebih diutamakan pada KEGIATAN
NONFISIK. (pasal 53 ayat 2)
5. Kegiatan NONFISIK adalah kegiatan penyusunan dan/atau
penerapan piranti lunak yang meliputi antara lain
pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
(penjelasan pasal 53 ayat 2)
IMPLIKASI UU NO.7/2004
terhadap
INSTITUSI PEMERINTAH
Implikasi
ImplikasiUU
UUNo.7/2004
No.7/2004 thd
thdInstitusi
InstitusiPemerintah,
Pemerintah,a.l:
a.l:
1. Pem. Kabupaten/Kota menjamin kebutuhan pokok minimal
sehari-hari akan air. (pasal 16 huruf h)
2. Pem. Daerah memberi masukan kpd Pemerintah dalam
penetapan pembagian WS. (penjelasan pasal 13 ayat 2)
3. Menetapkan kebijakan SDA (Nasional, Provinsi, Kabupaten).
(pasal 14, pasal 15, pasal 16 huruf a)
4. Menetapkan Pola, Rencana, dan Program, serta
melaksanakan Pengelolaan SDA pada WS yg menjadi
kewenangannya. (pasal 14, pasal 15, pasal 16)
5. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penggunaan dan
pengusahaan SDA yg menjadi wewenang dan TJ-nya. (pasal
14, pasal 15, pasal 16)
6. Membentuk wadah koordinasi SDA. (pasal 14, pasal 15, pasal
16).
7. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban
pelaksanaan pengelolaan SDA yg menjadi wewenang dan
TJ-nya. (pasal 14, pasal 15, pasal 16).
Implikasi
ImplikasiUU
UUNo.7/2004
No.7/2004 thd
thdInstitusi
InstitusiPemerintah,
Pemerintah,a.l:
a.l:
8. Bertanggung jawab dalam pembiayaan pengelolaan SDA yg
menjadi wewenangnya. (pasal 78 ayat 2)
9. Menyediakan dana pelaksanaan KONSTRUKSI dan OP
sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER yg menjadi
wewenang dan TJ-nya. (pasal 78 ayat 3 huruf a)
10. Menyediakan dana pelaksanaan bang.sadap, sal.sepanjang
50m dari bang.sadap, dan boks tersier serta
bang.pelengkap lainnya. (pasal 78 ayat 3 huruf b)
11. Membantu pembiayaan O&P sistem irigasi TERSIER menjadi
TJ petani. (pasal 78 ayat 3 huruf c)
12. Bertanggung jawab dalam pengembangan sistem irigasi
PRIMER dan SEKUNDER. (pasal 41 ayat 2)
13. Menyediakan informasi SDA bagi semua pihak yg
berkepentingan dalam bidang SDA. (pasal 67 ayat 1)
14. Bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran, dan
ketepatan waktu atas informasi SDA. (pasal 67 ayat 3)
Implikasi
ImplikasiUU
UUNo.7/2004
No.7/2004 thd
thdInstitusi
InstitusiPemerintah,
Pemerintah,a.l:
a.l:
15. Menyelenggarakan pemberdayaan para pemilik
kepentingan dan kelembagaan SDA, melalui diklat, litbang,
dan pendampingan. (pasal 70 ayat 1 dan ayat 4)
16. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat atas
rancangan rencana pengelolaan SDA. (pasal 62 ayat 2)
17. Melaksanakan pengawasan thd seluruh proses dan hasil
pelaksanaan pengelolaan SDA di setiap WS. (pasal 75)
18. Bertindak apabila terdapat indikasi masyarakat menderita
akibat pencemaran dan/atau kerusakan yg mempengaruhi
kehidupan masyarakat. (pasal 91)
19. Pemerintah Pusat bertanggung jawab dalam
penanggulangan bencana akibat daya rusak air yg berskala
nasional. (pasal 55 ayat 1)
20. Dalam keadaan yg membahayakan, Gubernur dan atau
Bupati/Walikota berwenang mengambil tindakan darurat
guna penanggulangan daya rusak air. (pasal 56)
WILAYAH
WILAYAHSUNGAI,
SUNGAI, DAS,
DAS, CEKUNGAN
CEKUNGANAIR
AIRTANAH
TANAH
= WILAYAH SUNGAI = CEKUNGAN AIR TANAH

= SUNGAI = DAS

DAS B
DAS A

CAT 2
DAS E
CAT 1
DAS D CAT 3
CAT 4
DAS C
DAS F LAUT
SIKLUS HIDROLOGI

Anda mungkin juga menyukai