Anda di halaman 1dari 58

PERAN SILIN UNTUK PENINGKATAN

PRODUKTIVITAS HUTAN

Prof. Dr. Ir. Mohammad Na’iem M.AgrSc


Widiyatno
Fakultas Kehutanan UGM
Yogyakarta
Global Change: HUMAN WELL-BEING: Basic
ECOSYSTEM Climate, land use , material for a good life, food and
SERVICES species introduction etc. fuel security, health etc

ECOSYSTEM SERVICES
BIODIVERSITY
Genotype Richness; Evenness; Providing Services: Food,
Composition; Interaction Fiber; Genetic Resource,
Freshwater, etc.
Cultural Services; Spiritual and
recreation & Aesthetic value
(Ecotourism) etc
ECOSYSTEM PROCESSES
 Production of plant and animal Supporting Services: provision
biomass of habitat, nutrient cycling etc .
 Nutrient cycling Regulation services: climate
 Movement of pollen and seed
regulation, pest and disease, seed
dispersal by animal, etc dispersal, pollination etc
Source : MAE 2005
BENIH UNGGUL AKAN MENGUNTUNGKAN,
TIDAK MEMBUAT BANGKRUT (GOOD SEED IS
NOT COST, IT PAYS)

30 m3/Ha/35 tahun 150 m3/Ha/20 tahun

2019
STATUS KEHUTANAN INDONESIA

 Penurunan luas areal hutan produksi


 Penurunan produksi kayu komersial
 Penurunan IUPHHK-HA dan Industri pengelolaan
kayu
 Permasalahan pangan
 Permasalahan energi
Sistem Silvikultur Tebang Pilih Pada Hutan Alam

Inventarisasi Hutan
dan Penebangan

Karakterristik Hutan Alam


Indonesia:
• Keragaman Hayati yang
tinggi
Pemeliharaan • Multi umur dan strattum
hutan • Kerapatan pohon tinggi
(30 tahun) dan didominasi oleh Permududaan
dipterocarps species alami

 Untuk mensuplai kebutuhan


kayu pada rotasi berikutnya
 Kepadatan jenis komersial
terbatas/rendah
STATUS PENGELOLAAN HUTAN ALAM DI INDONESIA
Tahun Jumlah Luas Hutan Produksi Kayu
IUPHHK (Juta ha) (Juta m3)
1992 580 61.4 26.1

2003 267 27.8 11


2007 323 27.8 9,1
2011 295 23.4 5.6
2015 269 20.6 5.6
2016 265 19.3 5.4
2017 260 18.9 5.4

si
rs nti
ek
Te era
100 N

el
LI

M
SI
k i

80
kn
Te
Volume (m3/ha)

60
g nt
tin me

Pe
an h
pl ric

P r n ur u
En

40 od
u k n an
si Rotasi
ka
yu Selanjutnya
20

-
First Second Third
Rotasi 1 Rotasi 2 Rotasi 3
Rotation
Hambatan Pengelolaan Hutan alam Dipterocarp
Note: tiga grup intensitas
penebangan pada hutan
alam dipterocarps
: intensitas
penebangann ringan

: intensitas
menengah
The yield sustainability of forest (wood
product) requires > 90-year felling : intensitas tinggi
cycle (Sist et al. 2003)

Kelompok Jenis Kelas Diameter (cm) Jumlah Individu per Ha


1994 2016
Meranti ≥ 50 2 2
Meranti 40-49,99 3 3
Meranti 30-39,99 3 3
Meranti 20-29,99 6 6
Meranti 10-19,99 117 112
Rimba Campuran ≥ 50 8 8
Rimba Campuran 40-49,99 6 6
Rimba Campuran 30-39,99 20 18
Rimba Campuran 20-29,99 44 43
Rimba Campuran 10-19,99 268 264
Krisnawati and Wahjono 2010
Kelompok Jenis Kelas Diameter (cm) Jumlah Individu per Ha
1994 2016
PERKEMBANGAN Meranti ≥ 50 2 2
Meranti 40-49,99 3 3
TANAMAN PADA Meranti 30-39,99 3 3
PUP Meranti 20-29,99 6 6
Meranti 10-19,99 117 112
Rimba Campuran ≥ 50 8 8
Rimba Campuran 40-49,99 6 6
Rimba Campuran 30-39,99 20 18
Rimba Campuran 20-29,99 44 43
Rimba Campuran 10-19,99 268 264
PUP PT XXXXX

Kelas Diameter 2014 2015 2016 2017 2018


> 50 cm 12 13 13 13 14
40-49,99 cm 18 18 19 19 20
30-39.99 cm 32 36 38 39 39
20-29,99 cm 66 73 78 85 91
10-19,99 cm 232 219 235 261 265

2014 2015 2016 2017 2018


JENIS
D1 D2 D3 D4 D5 POHON
62.9 63.2 63.4 63.7 63.8
2014 2015 2016 2017 2018
51.2 52.0 52.3 52.3 62.5
54.3 55.2 55.5 57.0 57.7 JENIS
POHON D1 D2 D3 D4 D5 Riap 5
60.4 61.3 61.8 62.5 63.1
65.4 66.1 66.2 66.9 67.6 0.63694
Merbau
47.9 48.8 49.4 49.7 50.4 15.9 16.6 17.6 17.9 19.1 3
47.0 48.2 49.1 50.3 54.5 1.01067
Merbau
31.0 32.5 33.5 34.7 36.0 5
50.0 50.5 51.0 51.1 52.3
1.08280
56.1 57.0 57.3 57.4 57.5 Merbau
29.9 31.2 32.5 33.2 35.4 3
57.0 57.3 57.7 58.0 58.7
0.69426
56.9 57.3 58.0 58.1 58.6 Merbau
17.0 17.9 18.2 19.5 20.4 8
56.4 56.7 56.8 57.0 57.7 0.43312
55.9 56.4 57.0 57.3 58.3 Merbau
11.5 11.8 12.5 12.8 13.7 1
Merbau 36.5 37.1 37.7 38.6 39.6 0.621185
REALISISI TEBANGAN PT XXX

Rencana Realisasi Potensi (m3/ha)


Luas
Tahun
(ha) Jml Vol Jml Vol Rencan Realisa
(btg) (m3) (btg) (m3) a si
2007 493 12.783 33.800 1.106 6.603 68,6 13,4
2008 998 23.354 60.700 4.202 22.405 60,8 22,4
2009 971 12.907 35.500 3.942 21.695 36,6 22,3
2010 811 10.295 25.000 3.591 18.497 30,8 22,8
2011 805 6.095 18.000 3.345 16.630 22,4 20,7
2012 1.252 4.259 18.450 3.793 17.855 14,7 14,3
2013 1.150 5.462 25.000 4.521 24.329 21,7 21,2
2014 1.288 7.324 33.000 6.248 31.724 25,6 24,6
2015 1.220 5.370 23.000 5.217 22.050 18,9 18,1
2016 1.335 10.212 40.797 5.845 37.009 30,6 27,7
2017 1.214 7.014 30.976 4.837 23.078 25,5 19,0
2018 1.050 7.817 22.873 4.554 21.886 21,8 20,8
HUTAN SEKUNDER UMUR 30 Tahun setelah Penebangan
P STRATEGI
PENGEMBANGAN BENIH
UNGGUL MERANTI
Kebun Benih Semai Penghasil
Benih Unggul Meranti umur
14 Tahun di Beberapa HPH

KBS Meranti di PT. SBK KBS Meranti di PT. Erna

Kebun Benih Semai S. leprosula di PT. Sarpatim


Eight years and six months
INTENSIVE SILVICULTURE old of (Teak) Jati Mega
PROGRAM ON SOME SPECIES

Env.ironment
Manipulation

a. Ecological related issues


b. Forest management issues
Improved species Integrated. Pest
analog .Man

Intensive silviculture

a. Foundation of the house


b. Structur of the house

Hybrid E.peliita and Twelve years old


STRATEGI REHABILITASI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS LAHAN
YANG TERDEGRADASI

SILVIKULTUR INTENSIF
 Pemuliaan pohon
 Manipulasi Lingkungan
 Pengelolaan Organisme Pengganggu
Tanaman
Lahan Kosong Hutan Sekunder

Tanah Kosong

Penanaman
• Rehabilitasi
Pengkayaan
PENANAMAN PENGKAYAAN
DIPTEROCAPS PADA HUTAN TROPIS

Penanaman Umur 1 tahun Umur 15 Tahun


PRINSIP PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
POLA TANAM RUMPANG
Model Pertanaman Rumpang

Umur 2 Tahun Umur 3 Tahun

Umur 1 bulan Umur 1 Tahun Umur 12 Tahun


Prediksi Produksi Akhir Daur Pola Tanam Rumpang

Tanaman ( 222 -278 Tnm)


dipertahankan : 40% - 50% Asumsi
Volume Per Pohon : 1,22 M3
Diameter Rata-
rata 43 Cm
Tinggi Bebas
Cabang 12 M
Bilangan
Bentuk 0,7
Produksi Per ha : 270,84 - 338,55 M3
POLA TANAM
RUMPANG

Pola Rumpang Umur 5 Tahun di PT SBK

2 Ha

Pola Rumpang Umur 12 Tahun di PT Sarpatim


(sumber Rotax 2018)
POLA TANAM JALUR
PENANAMAN PENGKAYAAN
DIPTEROCAPS PADA HUTAN TROPIS

Penanaman Umur 1 tahun Umur 12 Tahun


Prediksi Produksi Akhir Daur Pola Jalur

Prediksi Produksi Akhir


Daur :
Tanaman ( 80 -120 Tnm)
dipertahankan : 40% - 50% Asumsi yang jadi
Volume Per Pohon : 1,22 M3
Diameter Rata-rata 43 Cm
Tinggi Bebas
Cabang 12 M
Bilangan
Bentuk 0,7
Produksi M3/Ha : 97,60 - 146,00
MODEL PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN ALAM
SEKUNDER:
• POLA TANAM RUMPANG
• POLA TANAM JALUR

Asumsi:
No Jenis Kegiatan Model Jalur Rumpang
 Penanaman per petak 100 ha adalah
1 Biaya Penanaman 8,037,488 12.000.000 20% (20 Ha)
269,431,164 123,475,436  Asumsi potensi hutan adalah 140
2 NPV (6%)
m3/ha
3 NPV (8%) 101,586,777 58,377,898  Harga jual kayu adalah Rp. 2.000.000
4 IRR 10% 14% /m3
Peran Silvikultur Intensif
Intensive Silviculture (SILIN)

Env. Man

Improved Environmental
Species Manipulation
Improved .Int. Pest Man
species

Accelerated optimal growth


Improved Pemilihan jenis meranti unggul
Species Pemilihan pohon plus
Uji keturunan/klon

The Conceptual
Relationship between
Genetic Variability
and Genetic Gain. Production
Population
Genetic
gain

Breeding Population

Base Population

Genetic variability
Kegiatan Pemuliaan Pohon Terdiri dan Terkait
Langsung dengan :

1). Penentuan jenis, asal provenans dari species yang


akan dikembangkan pada areal tertentu
2). Menentukan jumlah, macam dan penyebab
terjadinya variasi paaa genetik pada suatu species
3). Mengemas sifat yang diinginkan kedalam individu-
individu hasil pemuliaan
4). Memproduksi secara masal individu unggul untuk
tuiuan rehabilitasi
5). Mempertahankan basis genetik yang luas dan
mengembangkannya untuk peningkatan
produktivitas untuk generasi yang akan datang
Manfaat dari Program Pemuliaan
 Sifat yang termuliaakan dapat disimpan hingga
bergenerasi
 Genotipe sifat yang unggul dapat disimpan secara
permanen dalam bentuk pohon sambungan atau kebun
pangkas
 Variasi genetik pohon hutan sangat luas, sehingga
kegiatan pemuliaan sangat memberi harapan
 Breeder dapat mengkombinasikan beberapa sifat
menarik, ke dalam individu baru yang akan
dikembangkan
The Conceptual Relationship between
Genetic Variability and Genetic Gain.

Production
Population
Genetic gain

Breeding Population

Base Population

Genetic variability
Tree Improvement Strategy for improving
genetically planting stocked materials
Base Population

Plus Trees

Seed Collection
Collection of Vegetative Bank clones

First Generation
Hedge Orchard Establishmen
Progeny test of clonal Seed Plantation
Orchard Production
Clonal Test First
Rogueing
Generation

First Generation Hedge orchard from First generation


SSO the best clone CSO

Gen.Infusion Production
plantation
External Pop
Pemilihan Jenis Meranti Unggul Untuk pertanaman Meranti
 Shorea platyclados, S.
leprosula, S. macrophylla S.
parvifolia, S. dasyphylla, S.
johorensis, dan S. stenoptera
mempunyai riap yang lebih
tinggi (diameter > 1,7
cm/tahun)

 Hasil petumbuhan ini lebih


besar dibandingkan dengan
pertumbuhan meranti secara
alami (natural regeneration),
yang berkisar 0,2-0,6
cm/tahun

Pengembangan penanaman
Widiyatno et al. 2014 pengkayaan (enrichment
planting) pada hutan bekas
tebangan:
 Pola Jalur
 Pola Rumpang
Uji Jenis Meranti Umur 10 Tahun

Shorea platyclados Shorea parvifolia Shorea leavis


Diameter Umur 10 tahun Diameter Umur 10 tahun Diameter Umur 10 tahun
22 cm 18 cm 11 cm
Grafik Rerata Pertumbuhan Diameter
2.50

2.00 1.91 1.95


1.87 1.87
1.79
1.65 1.71
1.60 1.64
Pertambahan Diameter (Cm/Th)

1.50
1.50 1.35 1.36
1.31 1.34 1.34
1.14

1.00

0.50

av
i s
in
is
ter
a
o sa i m
a an l la
x
ill
a
ana y lla e ns d os u la
n sis ill
a
o lia
f s w a h i c s h f
l e em ph er tis ra .f op ith ph es cla ro or
e yp vy
S. s r o ti n a g e S ys m r o i r ty ep h as ar
S. ac ar in an cr .s ac .v pl
a .l jo d p
. m S.
cu m
. m S . S . m S
S. S S . S. S.
S a H S
S.
Progeny Test PROGENY TEST
S.macrophylla Umur Shorea macrophylla
10 Thn, Rerata DBH = UMUR 10 TAHUN
25cm, Famili terbaik
26014=34 cm
Umur 2 Tahun Umur 3 Tahun

Umur 1 bulan Umur 1 Tahun Umur 4 Tahun


45
40 rerata max
35
30
Diameter (cm)

25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 7 9 10.5

Umur (tahun)
PROGENY TEST Shorea leprosula
UMUR 3,5 TAHUN

• The Best Famili of Shorea leprosula adalah


Progeny Test S.leprosula Umur 1 Tahun Famili 21047, Rerata DBH Umur 3,5 Tahun
adalah 13,6 cm
• DBH Terbesar Fam 21047 adl 17,5 cm
• DBH Terkecil Fam 21047 adalah 9,1 cm
25

20
Diameter (cm)

15

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur (tahun)
MANIPULASI LINGKUNGAN
PELUANG PENANAMAN
PADA HUTAN SEKUNDER

PETAK 10B PETAK 9P

Efektif areal untuk Tidak efektif untuk penanaman


penanaman (Areal ternaung/tertutup)
Tanah
Horison A PUP 1 Tahun PUP 5 Tahun
Titik
Sampel
0-10 cm C N C/N C N C/N

…..%..... …..%.....

10-20 cm Horison A 4.74 0.29 16.70 4.31 0.27 15.67

0-10 1.49 0.11 13.70 1.35 0.10 13.00

10-20 1.22 0.09 13.90 1.60 0.10 14.33


Rerata P2O5, Ca, Mg, K, dan Na pada PUP 1 dan 5
P2O5 Ca Mg K Na

Lapisan
Tanah
ppm ……….………..cmol(+)/kg………………..
PUP 1Tahun
Horison A 21.05 0.831 0.507 0.147 0.032
0 - 10 7.06 0.42 0.191 0.081 0.038
10 - 20 5.21 0.419 0.181 0.07 0.027
PUP 5 Tahun
Horison A 28.7 0.9 0.4 0.1 0.00
0 - 10 9.32 0.52 0.19 0.07 0.00
Keterangan : semua unsur diuji dengan uji T tidak berbeda nyata dalam taraf kepercayaan 95%
TANAMAN UMUR 1 Tahun
PERTUMBUHAN
TANAMAN UMUR 3
TAHUN PADA SISTEM
TPTJ
PERTUMBUHAN TANAMAN
UMUR 10 TAHUN PADA
SISTEM TPTJ

 Rerata Pertumbuhan diameter


umur 10 tahun = 11 cm (riap
diameter 1,1 cm/tahun)
 Persen hidup tanaman 50%
KENDALA PERKEMBANGAN TANAMAN DENGAN SISTEM TPTJ

Penyiapan lahan yang tidak optimal yang


disebabkan karena masih tingginya tegakan
tinggal, sehingga pembukaan ruang vertikal
untuk pertumbuhan tanaman tidak optimal

 Pertumbuhan tanaman (riap diameter) tidak


mencapai sesuai dengan target yang
direncanakan (riap diameter 1,6 cm/tahun)
 Persen hidup tanaman +/- 50%
PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Pemeliharaan Th 1 ( 2x )
2. Pemeliharaan Th 2 (1-2X)
3. Pemeliharaan Th 3, dan 5 (1x)

Kegiatan Pemeliharaan
4. Penyiangan
5. Pendangiran
6. Penyulaman
7. Pemberian Mulsa
8. Pembuatan Piringan dan
Pemangkasan
9. Penjarangan
PENGELOLAAN ORGANISME
PENGGANGGU TANAMAN
PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN BERBASIS EKOSISTEM

Pengelolaan organisme pengganggu tanaman (OPT) diarahkan untuk


meminimalisir ancaman kerusakan hutan sistem
Defoliation Pada Shorea leprosula

 Hama ulat dan belalang ditandai daun yang berlubang-lubang


 Serangan ulat dapat mengganggu proses fostosintesis

Perkembangan populasi ulat daun


perlu diwaspadai.
PERENCANAAN TAPAK  Areal hutan produksi bekas
SILIN tebangan dengan potensi rendah;
 Kemiringan areal penanaman
Peta Pohon hasil ITSP dan Pasca Pemanenan maksimum 25 %;
 Aksesibilitas baik;
 Drainase baik;
 Jenis tanaman adalah meranti
unggul
 Pemanenan pada tanaman, baik
pada pola jalur atau rumpang,
dilakukan dengan tebang habis
sesuai daur ekonomis (≥10 tahun)
dan pada jalur antara atau areal
antar rumpang dipanen dengan
tebang pilih sesuai siklus dalam
sistem silvikultur hutan alam.
 Penerapan prinsip-prinsip
pembalakan berdampak rendah
(Reduced Impact Logging/RIL)
Keterangan: untuk mengurangi dampak
: Pohon Inti penebangan terhadap tanah dan
: Pohon komersial tidak tertebang vegetasi.
SIMULASI DATA ITSP dan PEMANENAN

PETA KELERENGAN/TOPOGRAFI
PETA SEBARAN POHON/PETA POHON

• KEGIATAN PENEBANGAN
• PETA SEBARAN POHON/PETA POHON
SETELAH PENEBANGAN

• POTENSI KETERBUKAAN AREAL


• PENENTUAN LOKASI PENANAMAN
MODEL JALUR DAN RUMPANG
2,0 Ha 2,0 Ha

H a
, 0.
2

Ecosystem
Services

Unproductive LOA can be managed


for increasing wood productivity, the
others for ecosystem services

Anda mungkin juga menyukai