Anda di halaman 1dari 28

Dr. Dedy Zairus, Sp.

Suspek

TB adalah seseorang dengan gejala / tanda TB. Gejala umum TB Paru adalah Batuk produktif lebih dari 2 minggu yg disertai gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, Hemoptisis) dan / gejala tambahan (tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam, dan mudah lelah)

1. Berdasarkan Letak Anatomi Penyakit a. Tuberkulosis Paru adalah kasus TB yg mengenai Parenkim Paru b. TB Ekstra Paru adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru ( Pleura, Kelenjar Getah bening, Kulit, Sendi, Tulang dan Selaput Otak)

2.Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak atau Bakteriologi a. Tuberkulosis Paru BTA Positif minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak menunjukkan hasil pada laboratorium yang memenuhi syarat quality external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari.

b.TB Paru BTA Negatif, apabila hasil pemeriksaan dahak negatif tapi hasil kultur Positif. c. Kasus Bekas TB Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam 2bulan) menunjukkan gambaran yang menetap.

3. Berdasarkan Riwayat pengobatan sebelumnya a. Pasien Baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan TB sebelumnya / sudah pernah mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan b. Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang sudah pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya minimal 1 bulan dengan hasil dahak BTA positif / negatif dengan lokasi anatomi penyakit dimanapun

Gambaran klinis gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu Gejala Lokal dan Gejala Sistemik.

1.

Gejala Respiratori a. Batuk lebih dari 2 minggu b. Batuk darah c. Sesak napas d. Nyeri dada

2. Gejala Sistemik a. Demam b. Gejala Sistemik lainnya malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun 3. Gejala TB Ekstraparu Tergantung dari organ yang terlibat misalnya pada Limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening.

Pada TB Paru kelainan yang didapat tergantung dari luas kelainan struktur paru. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum

Bahan Pemeriksaan pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman TB mempunyai arti yg sangat penting diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pluera, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoaveolar lavage/BAL, urine, feses dan jaringan biopsi. Cara pengambilan dahak 2 kali dengan minimal satu kali dahak pagi hari

PCR-Based Methods of IS6110 Genotyping ICT TB Ig-G Anti TB Uji Tuberkulin

Pemeriksaan Standar Foto toraks PA Gambaran Radiologi yg dicurigai lesi TB Aktif adalah Bayangan berawan / Noduler Kapitas Bayangan bercak milier Efusi Pleura Unilateral / Bilateral Gambaran Radiologi yg dicurigai lesi lesi TB Inaktif Fibrotik Kalsifikasi Schwarte atau penebalan pleura

Analisis Cairan Pleura Pemeriksaan Histo Patologi Jaringan Pemeriksaan Darah Laju endap darah (LED) jam pertama dan jam kedua dpr digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pd proses aktif, tetapi laju endap darah yg normal tidak menyingkirkan TB

Tujuan pengobatan TB adalah : Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas Mencegah kematian karena penyakit TB aktif / efek lanjutannya Mencegah kekambuhan Mengurangi transmisi / penularan kepada yang lain Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya Pengobatan TB terbagi 2 fase yaitu fase Intensif dan fase Lanjutan.

Obat yang dipakai : 1. Jenis obat lini pertama adalah : INH Rifampisin Pirazinamid Etambutol Streptomisin 2. Jenis obat lini kedua adalah : Kanamisin Kapreomisin Amikasin Kuinolon Sikloserin Etionamid / Protionamid Para-Amino Salisilat (PAS)

Obat-obatan yang efikasinya belum jelas (makrolid, amoksisilin + asam klavulanat, linezolid, clofazimin) OAT lini kedua hanya digunakan untuk kasus resistensi obat, terutama TB Multidrug Resisten (MDR)

Obat
INH

Per hari
5 (4-6), max 300/h

3x/Minggu
10

RIF
PZA EMB Streptomisin

10 (8-12), max 600/h


25 (20-30) anak: 20 (15-25)* dewasa: 15 (15-20)* 15 (12-18)

10 (8-12) max 600/h


35 (30-40) 30 (25-35) 15 (12-18)

*Dosis harian yg direkomendasikan utk etambutol lebih tinggi pada anak (20 mg/kg) dibandingkan untuk dewasa (15mg/kg), karena perbedaan farmakokinetik (konsentrasi serum puncak etambutol pada anak lebih rendah dibandingkan pada dewasa yg mendapat dosis mg/kg sama)
ISTC Training Modules 2008

Kategori Program

Kasus
TB paru BTA+ kasus baru BTA -, lesi luas/kasus berat TB ekstrapulmonal berat TB kasus berat HIV + Kambuh Gagal Pengobatan Putus berobat

Paduan OAT
Program Nasional

Paduan
alternatif

2 HRZE/ 4 H3R3

2 HRZE/ 4 HR

II

2 HRZES/ 1 HRZE 5 H3R3E3

2HRZES/1 HRZE 5 HRE

III

TB paru BTA 2 HRZE/ 4 H3R3 lesi minimal,HIV 2 HRZE/ 6 HE Ekstrapulmonal ringan HIV TB Kronik MDR TB Rujuk ke spesialis

2 HR Z/ 4 HR 2 HR Z/ 6 HE

IV

ISTC Training Modules 2008

Untuk mendapat OAT lini 2 * (Etambutol termasuk dalam anjuran WHO, dgn beberapa kekecualian)

Efek Samping
Ruam Sakit/masalah perut

OAT
PZA, INH, RIF, EMB PZA, RIF

Hepatotoksisitas
Peripheral neuropathy Optic neuritis

PZA, INH, RIF


INH, (EMB) EMB

Gout

PZA

OAT diurutkan berdasarkan kemungkinan menyebabkan efek samping. INH/RIF and RIF/PZA mempunyai efek sinergistik dalam menyebabkan hepatitis
ISTC Training Modules 2008

Indikasi rawat Inap : TB Paru isertai keadaan/komplikasi sbb: a. Batuk darah masif b. Keadaan umum buruk c. Pneumothoraks d. Empiema e. Efusi pleura masif / bilateral f. Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)

TB di luar paru yang mengancam jiwa : a. TB Paru milier b. Meningitis TB

Indikasi operasi 1. Indikasi mutlak a. pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif b. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif 2. Indikasi relatif a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang b. Kerusakan satu paru/lobus dengan keluhan c. Sisa kavitas yang menetap

Tindakan Invasif (Selain Pembedahan) Bronkoskopi Punksi Pleura Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD)

Pasien TB Paru yg memerlukan uji HIV yaitu : a. Ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV b. Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan c. MDR TB / TB Kronik Pemeriksaan Minimal yg perlu dilakukan untuk memastikan diagnosa TB Paru adalah 1. BTA dahak 2. Foto toraks 3. Pemeriksaan CD4

Infeksi dini (CD4 > 200 / mm3)


Dahak mikroskopis TB ekstra paru Mikobakterimia Tuberkulin Foto Toraks Adenopati hilus/ Mediastinum Sering Positif Jarang Tidak ada Positif Reaktivasi TB, Kavitas di puncak Tidak ada

Infeksi lanjut (CD4 < 200 / mm3)


Sering negatif Umum / banyak Ada Negatif Tipikal primer TB Milier / interstisial Ada

Efusi Pleura

Tidak ada

Ada

Pada dasarnya pengobatannya sama dengan pengobatan TB pada HIV / AIDS Prinsip pengobatan adalah menggunakan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis serta jangka waktu yang tepat Pemberian tiasetazon pada pasien HIV / AIDS sangat berbahaya karena akan menyebabkan efek toksik berat pada kulit Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat suntik sekali pakai yang steril

Pemakaian obat HIV / AIDS misalnya zidovudin akan meningkatkan kemungkinan terjadinya efek toksik OAT Tidak ada interaksi bermakna antara OAT dengan ARV golongan nukleotida, kecuali Didanosin (ddl) yang harus diberikan selang 1 jam dengan OAT karena bersifat sebagai buffer antasida Pertimbangan pemberian ARV segera setelah diagnosis TB ialah bahwa angka kematian pada pasien TB-HIV terjadi umumnya pada 2 bulan pertama pada pemberian OAT. Setiap penderita TB-HIV harus diberikan profilaksis kontrimoksasol dengan dosis 960 mg/hari (dosis tunggal) selama pemberian OAT

Anda mungkin juga menyukai