Patofisiologi TB paru
Tuberkulosis asalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis (Kuman batang aerobik dan tahan asam). Bakteri masuk melalui sal. Pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit Alveolus reaksi inflamasi leukosit polimorfonuklear makrofag konsolidasi alveoli pneumonia akut nekrosis kaseosa fokus ghon + terserangnya kelenjar getah bening regional kompleks ghon aktif/dorman
Penularan TB paru
Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri MTB yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk, bersin, atau berbicara. Lingkungan hidup yang sangat padat & pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar mempermudah proses penularan & berperan atas peningkatan jumlah kasus TB. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam ( BTA ). Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung. Infeksi yang disebabkan oleh M.bovis dapat disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi
Sbr: http://jundul.wordpress.com/2008/09/
Sbr: http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/05/pathway-efusi-pleura.html
Pemeriksaan Fisik
Status kesehatan umum:
Kaji adanya nafsu makan, anoreksia, BB , kesadaran Inspeksi: Adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, RR -dispneu, ada tidaknya pembesaran jantung, sianosis, abdomen membuncit atau datar. Palpasi: Fremitus suara menurun, heart rate , adanya thrill yaitu getaran, adanya gallop dan murmur, ictus cordis, takipnea, takikardia, turgor kulit . Perkusi: Suara ketok redup-peka. Auskultasi: Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring, suara nafas menurun sampai menghilang, bising usus (normal 5-35 x /menit),
Tes tuberkulin
Dinyatakan positif mempunyai arti: Pernah menderita infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit. Menderita TB yg masih aktif Menderita TB yg sudah sembuh Pernah mendapatkan vaksinasi BCG Adanya rx silang krn infeksi mikobakterium atipik.
Pemeriksaan bakteriologik
Bahan pemeriksaan: Dahak Cairan pleura Bilasan bronkus Bilasan lambung Liquor cerebrospinalis Jaringan (biopsi)
Pemeriksaan radiologik
Foto toraks PA Foto lateral Top lordotik CT scan
http://3.bp.blogspot.com/_2mhOStlCEEk/Sh1YaKe7txI/AAAAAAAAAFY/Zrm7DF7zERM/s320/TBC.jpg
Foto toraks pada TB: multiform Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus, paratrakeal, dan mediastinum, ateletaksis, konsolidasi, efusi pleura, kavitas dan gambaran milier.
Pemeriksaan khusus
BACTEC (tes kerentanan Mycobacterium tuberculosa terhadap pyrazinamide) Polymerase chain reaction (PCR) Pemeriksaan serologi a. Enzym link immunosorbent assay (ELISA) b. Immuno chromatographic tuberculosis (ICT) c. Mycodot d. PAP e. IgG TB
Manajemen pengobatan
Sejarah penanggulangan TB paru di RI 1. Dimulai tahun 1908, pemerintah Belanda dalam perkumpulan swasta Centrale Vereninging Voor Tuberculose Bestridjing (CVT). Usahanya terbatas pada pengasingan penderita dalam sanaorium dgn istirahat dan terapi diet. 2. Pada tahun 1933, prinsip pengobatan sebelumnya diganti dengan tindakan aktif dengan pembedahan terapi kolaps 3. Tahun 1952, pelaksanaan vaksinasi BCG dengan didahului tes manoux 4. Penanggulangan sekarang meliputi: Vaksinasi BCG, penemuan kasus secara aktif dan pasif, pengobtan dan pengobtan ulang terhadap penderita TB, Penyuluhan kesehtan, dan evaluasi program.
Manajemen Pengobatan
Pemberian obat: dlm kombinasi, jumlah cukup, dosis tepat (min, 6-8 bulan)
TAHAP INTENSIF: Mendapat obat setiap hari. Jika pengobatan diberikan secara tepat penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
DOSIS
TAHAP LANJUT: Jenis obat lebih sedikit, jangka waktu lebih lama. Membunuh kuman persisten (dormant sehingga mencegah kekambuhan)
Kategori 2
Obat diberikan pada: 1. 2. 3. Penderita kambuh (relaps) Penderita gagal (failure) Penderita dng pengobatan setelah lalai (after default) Tahap intensif tdd: HRZES diberikan selama 2 bulan setiap hari, dilanjutkan HRZE diberikan 1 bulan/ hari. Tahap lanjut: HRE selama 5 bulan, diberikan 3 kali dalam seminggu.
Kategori 3
Obat diberikan pada: 1. Penderita baru BTA (-) & rontgen (+) sakit ringan, 2. Penderita ekstra paru ringan (TBC Kel limfe, pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang, sendi, & kel adrenal) Tahap intensif: HRZ diberikan selama 2 bln setiap hari Tahap lanjut: HR selama 4 bulan , diberikan 3 kali seminggu.
Paru-paru terinfeksi
Metabolisme
Malaise
Cemas
Intoleransi aktivitas
Batuk darah
Peningkatan sekresi
Sbr: http://www.scribd.com/doc/20358065/TUBERKULOSIS-PARU
Cont...
Masalah keperawatan yang dapat muncul: Ketidakpatuhan terhadap regimen obat Ggn. Peran Ggn konsep diri: HDR kronik Ggn. Pola tidur
Intervensi keperawatan
Efusi pleura Perawat menyiapkan serta memposisikan klien u/ tindakan torasentesis (proses pembuangan cairan u/ mendapatkan spesimen guna keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dispnea) dan memberikan dukungan sepanjang prosedur dilakukan. Jika drainase selang dada dan sistem WSD yang digunkan, perawat bertanggung jawab u/ pemantauan fungsi sistem dan mencatat jumlah drainase pada interval yang diharuskan
TB paru Peningkatan bersihan jalan nafas dengan meningkatkan masukan cairan, posisi terbaiok yang dapat memudahkan drainase, pemakaian humidifier atau masker wajah yang dapat mnegncerkan sekresi Mendukung kepatuhan regimen pengobatan Meningkatkan aktivitas dan nutrisi yang adekuat dengan suplemen nutrisi cair Penyuluhan klien dan pertimbangan perawatan di rumah
Peran Edukator
Berikan edukasi mengenai: penularan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan TBC-efusi pleura jadwal medikasi dan kelanjutan tes sputum penatalaksanaan obat efek samping obat Pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam untuk meningkatkan keefektifan jalan napas batuk dan nafas dalam yang efektif kebersihan perorangan, sistem ventilasi yang baik, dan kebersihan lingkungan. Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat untuk mengurangi risiko transmisi infeksi
Secara umum meningkatnya masalah TB dunia disebabkan oleh keadaan seperti kemiskinan diberbagai negara, malnutrisi, kondisi perumahan yang kumuh, tidak cukupnya fasilitas kesehatan, terlambatnya atau kurangnya biaya program TB (7,8,9). Situasi ini diperburuk lagi dengan timbulnya resistensi obat/resistensi obat ganda (DR-MDR TB), penyebaran HIV/AIDS dan krisis ekonomi yang mengakibatkan pendanaan tidak dapat mengikuti kebutuhan dengan meningkatnya kasus TB (10).
Referensi
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/25253f3383a7c6c0c5f56146c78a46540 d1a329c.pdf http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-tuberkolusisparu.html GANDA. E.M. TAMPUBOLON. SITUASI EPIDEMIOLOGI TUBERKULOSIS PARU. (1999). http://members.fortunecity.com/bheru/referat/0012/gand1000. Waspadai Penyakit TB paru Seorang penderita dewasa bisa menulari sepuluh anak. (2004). http://agnes.ismailfahmi.org/wp/archives/330 http://library.usu.ac.id/download/fk/paru-amira.pdf Smeltzer, Suzzane C., (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth vol. 1. Jakarta: EGC. DEPKES-RI. (2002). Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis Cetakan ke-8. JKT Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: konsep, klinis, proses-proses penyakit vol. 2. Jakarta: EGC.