Anda di halaman 1dari 15

REFERAT THT-KL OTITIS MEDIA AKUT

PIPIH PERTIWI 08310236

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Penyakit pada telinga tengah lazim ditemukan di seluruh dunia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa otitis media merupakan masalah paling umum kedua di praktek pediatrik, setelah pilek. Infeksi ini terjadi pada 25% anak, dan umumnya terjadi pada dua tahun pertama kehidupan, sedangkan insidensi puncak kedua terjadi pada tahun pertama usia sekolah. Otitis media juga sering ditemukan pada populasi masyarakat dengan keadaan sanitasi lingkungan yang buruk, dan seringkali faktor genetik juga ikut berperan. (Paparella, Adams, dan Levine, 1997). Otitis media biasanya mengikuti kejadian infeksi nasofaring. Infeksi nasofaring menyebabkan gangguan fungsi tuba pada 66% anak usia sekolah dan pada 75% anak dengan demam dan dalam masa pengobatan. (Hendley, 2002) Sejak penggunaan antibiotik secara luas terhadap otitis media pada pertengahan 1930-an, angka mortalitas telah sangat menurun. Namun, sekarang penyakit telinga tengah seringkali ditemui dalam bentuk kronik yang menyebabkan kehilangan pendengaran yang mengganggu fungsi sosial, pendidikan, dan profesional. (Paparella, Adams, dan Levine, 1997)

BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

Telinga adalah organ pendengaran dan organ keseimbangan. Secara anatomi, telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Menurut embriologinya, telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam berkembang seluruhnya dari plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami kelainan kongenital sementara bagian lain berkembang normal. PERKEMBANGAN TELINGA Telinga Luar Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis bangun ini. Pinna berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama dan kedua. Aurikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis. Telinga Tengah Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi udara ini meluas ke dalam resesus tubotimpanikus yang selanjutnya

meluas di sekitar tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah mastoid. Osikula berasal dari rawan arkus brankialis. Untuk mempermudah pemikiran ini, maleus dapat dianggap berasal dari rawan arkus brankialis pertama (kartilago meckel), sedangkan inkus dan stapes dari rawan arkus brankialis kedua (kartilago reichert). Saraf korda timpani berasal dari arkus kedua (fasialis) menuju saraf pada arkus pertama (mandibularis-lingualis). Saraf timpanikus (dari jacobson) berasal dari saraf arkus brankialis ketiga

(glossofaringeus) menuju saraf fasialis. Kedua saraf ini terletak dalam rongga telinga tengah. Otot-otot telinga tengah berasal dari berasal dari otot arkus brankialis. Otot tensor timpani yang melekat pada maleus, berasal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf mandibularis. Otot stapedius berasal dari arkus kedua, dipersarafi oleh suatu cabang saraf ketujuh. Telinga Dalam Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda ini kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur di bawah permukaan sebagai vesikel otika. Letak vesikel dekat dengan otak belakang yang sedang berkembang dan sekelompok neuron yang dikenal sebagai ganglion akustikofasialis. Ganglion ini penting dalam perkembangan dari saraf fasialis, akustikus, dan vestibularis. Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum yang terletak dekat terhadap tabung saraf yang sedang berkembang dan kelak akan menjadi duktus endolimfatikus. Vesikel otika kemudian kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan sakulus inferior. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan

membran yang jauh dari perifer gelang diserap, meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik, organ-organ akhir untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan sakulus untuk membentuk makula, dan dalam koklea untuk membentuk organ korti. Organ-organ akhir ini kemudian berhubungan dengan neuron-neuron ganglion akustikofasialis. Neuron-neuron inilah yang membentuk ganglia saraf vestibularis dan ganglion spiralis dari saraf koklearis. Mesenkim di sekitar ganglion otikum memadat untuk membentuk suatu kapsul rawan di sekitar turunan membranosa dari vesikel otika. Rawan ini diserap pada daerah-daerah tertentu di sekitar apa yang sekarang dikenal sebagai labirin membranosa, menyisakan suatu rongga yang berhubungan dengan rongga yang terisi LCS melalui akuaduktus koklearis, dan membentuk rongga perilimfatik labirin tulang. Labirin membranosa berisi endolimfe. Tulang yang berasal dari kapsula rawan vesikel otika adalah jenis tulang khusus yang dikenal sebagai tulang endokondral. Tulang Temporal Tulang temporal yang membungkus telinga berasal dari empat bagian terpisah. Bagian liang telinga yang bertulang berasal dari cincin timpani. Prosesus stiloideus berasal dari rawan brankial kedua. Pars skuamosa berkembang dalam rawan, sedangkan pars petrosa berasal dari kapsula kartilaginosa vesikel otika. Terdapat garis-garis sutura di antara bagian-bagian ini yang terlihat pada tulang temporal. Prosesus mastoideus belum terbentuk pada saat lahir dan ini berarti

saraf fasialis bayi terletak sagat superfisial. Turunan resesus tubotimpanikus yang terisi udara dari telinga tengah dari aditus sampai di antrum, yaitu daerah yang berisi udara dalam tulang mastoid. Namun demikian seberapa jauh perluasan pneumatisasi pada prosesus mastoideus yang tersisa sangatlah bervariasi. Sebagian tulang amat buruk pneumatisasinya atau menjadi sklerotik, lainnya pneumatisasi sedang atau diploik, tapi tulang mastoid, sebagian besar tulang petrosa dan bahkan tulang skuamos temporal umumnya dapat terisi oleh sel-sel udara. ANATOMI TELINGA Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari rawan yang diliputi kulit. Bentuk rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus diusahakan untuk mempertahankan bangunan ini. Kulit dapat terlepas dari tulang rawan di bawahnya oleh hematombatau pus, dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada pinna. Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di sebelah medial seringkali ada penyempitanliang telinga pada perbatasan tulang dengan rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap liang telinga sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju stiloideus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan di bawah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf fasialis, patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.

Membran Timpani Membran timpani atau gendang telinga adalaha satu bangunan bebrbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membran timpani umumnya bulat. Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus da inkus, meluas melampaui batas atas membran timpani, dan bahwa ada bagian hipotimpanum yang meluas di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat di atas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timpani yang disebut membrana sharpnell menjadi lemas (flaksid). Telinga Tengah Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari membrana timpani sehingga kotak tersebut sempit pada bagian tengah. Dinding superior berbatasn dengan lantai fosa kranii media. Pada bagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan dibawahnya adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf

lingualis dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari dua pertiga anterior lidah. Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah superolateral menjadi sinus sigmodeus dan lebih ke tengah menjadi sisnus transversus. Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis ini, muara tuba eustakius dan otot tensor timpani yang menempati daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus. Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding epitimpanum di bagian atas, membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpani di bagian bawah. Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah

promontorium yang menutup lingkaran koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintasi promontorium ini. Fenestra rotundum terletak posteroinferior dari promontorium. Kanalis falopii bertulang yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari prosessus kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior. Rongga mastoid berbentuk seperti piramid berisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fossa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah dura mater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semisirkularis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari

tulang temporal melalui foramen stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di posterior aurikula. Tuba Eustakius Tuba eustakius menghubungkan rongga telinga tengah dengan

nasofaring. Bagian lateral tuba eustakius adalah yang bertulang. Sementara dua pertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk maasuk ke faring di atas otot onstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat dibuka melalui kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustakius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. Telinga Dalam Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut sebagai labirin. Derivat vesikel otika membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin membran yang terisi endolimfe, satu-satunya cairan ekstraseluler dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan perilimfe yang terdapat dalam kapsula otika bertulang. Labirin tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan bagian koklear. Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu setengah putaran. Aksis dari spiral tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf

dan suplai arteri dari arteri vertebralis . serabut saraf kemudian berjalan menerobos suatu lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk mencapai sel-sel sensorik organ korti. Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe. Bagian atas adalah skala vestibuli, berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrana reisner yang tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe dan dipisahkan duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan membrana basilaris. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal sebagai helikoterma. Membrana basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar pada apeksnya (nada rendah). Terletak di atas membrana basilaris dari basis ke apeks adalah organ korti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Sel ini menggantung lewat lubang-lubang horizontal dari suatu jungkat-jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aseluler, dikenal sebagai membrana tektoria. Membrana tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus. Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi

oleh sel rambut. Menutupi sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi maka gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui duktus sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidag yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel rambut krista. Sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan

membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor. FUNGSI TELINGA Sampai tingkat tertentu pinna adalh suatu pengumpul suara, sementara liang telinga karena bentuk dan dimensinya, dapat sangat memperbesar suara dalam rentang 2 sampai 4 kHz, perbesaran pada frekuensi ini adalah sampai 10 hingga 15 dB. Maka suara dalam rentang frekuensi ini adalah yang paling berbahaya jika ditinjau dari sudut trauma akustik. Pada telinga tengah terdapat maleus, inkus, dan stapes. Tangkai dari maleus terletak dalam membran timpani, sedangkan otot tensor timpani berinsersi pada leher maleus. Kaput maleus bersendi dengan permukaan anterior korpus inkus dalam epitimpanum. Inkus memiliki prosesus brevis yang menonjol ke

belakang dan prosesus longus yang berjalan ke bawah untuk bersendi dengan kaput stapes. Sumbu rotasi maleus dan inkus yang alami adalah sepanjang garis yang ditarik dari prosesus brevis inkus hingga daerah leher maleus. Stapes adalah tulang yang berbentuk sanggurdi. Kontraksi otot stapedius dapat diukur dengan audiometri hambatan (impedance audiometry), dan teknik ini merupakan alat bantu klinis yang penting. Telinga tengah adalah suatu alat penghilang hambatan antara udara dan cairan telinga dalam. Ketika gelomnbang suara yang dihantarkan udara mencapai cairan, maka 99,9% energinya akan dipantulkan. Jadi hanya 0,1% energi yang diteruskan. Telinga tengah dapat mengkompensasi kehilangan tersebut terutama karena luas membran timpani 17 kali lebih besar dari luas basis stapes. Rangkaian osikula ikut pula berperan. Getaran suara dihantarkan lewat liang telinga dan telinga tengah ke telinga dalam melalui stapes, menimbulkan suatu gelombang berjalan di sepanjang membran basilaris dan organ kortinya. Puncak gelombang berjalan di sepanjang membran basilaris yang panjangnya 35 mm tersebut, ditentukan oleh frekuensi gelombang suara. Hal ini berakibat membengkoknya stereosilia oleh kerja pemberat membrana tektoria, dengan demikian menimbulkan depolarisasi sel rambut dan menciptakan potensial aksi pada serabut-serabut saraf pendengaran yang melekat padanya. Di sinilah gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia agar dapat ditransmisikan melalui saraf kranialis ke-8. Paling tidak sebagian analisis frekuensi telah terjadi pada tingkat organ korti. Peristiwa listrik pada organ korti dapat diukur dan dikenal sebagai mikrofonik koklearis.

Peristiwa listrik yang berlangsung dalam neuron juga dapat diukur dan sebagai potensial aksi. Ligamentum spiralis terletak di lateral dinding tulang dari duktus koklearis. Merupakan jangkar lateral dari membrana basilaris dan mengandung stria vaskularis, satu-satunya lapisan epitel bervaskularisasi dalam tubuh. Dua dari tiga jenis sel pada stria vaskularis kaya mitokondria dan memiliki luas permukaan yang sangat besar dibandingkan dengan volume sel. Maka stria merupakan satu sistem transpor cvairan dan elektrolit yang dirancang unik. Diduga memainkan peranan penting dalam pemeliharaan komposisi elektrolit cairan endolimfe dan sebagai baterai kedua untuk organ korti. Juga merupakan sumber potensi arus searah (80 milivolt) dari skala media. Darah merupakan sumber nutrisi utama untuk sel-sel tubuh dan alirannya menimbulkan suara bising, namun stria vaskularis merupakan suatu adaptasi yang unik dimana dapat menyuplai organ korti dari jarak tertentu, dengan demikian memperbaiki rasio sinyal bising organ korti. Terdapat sekitar 30.000 neuron aferen yang mempersarafi 15.000 sel rambut pada tiap koklea. Masing-masing sel rambut dalam disarafi oleh banyak neuron. Hanya persentase kecil neuron aferen yang mempersarafi sel rambut luar, akan tetapi terdapat percabangan-percabangan sedemikian rupa sehingga tiap neuron aferen berasal dari banyak sel rambut luar dan tiap sel rambut luar dipersarafi oleh banyak neuron aferen. Juga ada sekitar 500 serafbut eferen yang mencapai tiap koklea. Serabutserabut ini bercabang secara ekstensif sehingga setiap sel rambut luar memiliki

banyak ujung saraf eferen. Ujung-ujung saraf eferen dari sel rambut luar tidak seluruhnya berasal dari satu serabut eferen. Serabut-serabut saraf koklearis berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis. Sebagian besar serabut dari inti melintasi garis tengah dan berjalan naik menuju kolikulus inferior kontralateral, namun sebagian serabut tetap berjalan ipsilateral. Penyilangan selanjutnya terjadi pada inti lembiskus lateralis dan kolikulus inferior. Dari kolikulus inferior, jaras pendengaran berlanjut ke korpus genikulatum dan kemudian ke korteks pendengaran pada lobus temporalis. Karena seringnya penyilangan serabut-serabut saraf tersebut, maka lesi sentral jaras pendengaran hampir tidak pernah menyebabkan ketulian unilateral. Serabut-serabut saraf vestibularis berjalan menuju salah satu dari keempat inti vestibularis, dan dari sana disebarkan secara luas dengan jaras-jaras menuju medula spinalis, serebelum dan bagian-bagian susunan saraf pusat lainnya.

BAB III OTITIS MEDIA AKUT

Anda mungkin juga menyukai