Anda di halaman 1dari 10

Nama : Cecep Triwibowo NIM : N1A 005025

Kontroversi ATM Kondom Terhadap Pencegahan Penyakit HIV/AIDS Di Indonesia 1. Pendahuluan Di penghujung tahun 2005 ini, keberadaan ATM kondom mulai dipromosikan dan disosialisasikan oleh pemerintah. Program pemerintah yang melegalkan ATM kondom mengundang banyak kontroversi baik pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Berbagai elemen masyarakat, baik dari pakar kesehatan, pakar pendidikan, pemuka agama, masyarakat umum, bahkan selebritis pun mulai angkat bicara mengenai hal ini. ATM Kondom menjadi sebuah topik pembicaraan yang sangat menarik bila diulas dari berbagai sisi. Meningkatnya penyakit HIV/AIDS pada masyarakat merupakan asal mula pemikiran terbentuknya ATM kondom. Pemerintah berfikir, dengan adanya ATM Kondom ini akan mengurangi prevalensi penyakit HIV/AIDS. Dengan adanya ATM kondom memudahkan para PSK untuk membeli kondom. Dengan hanya memasukan 3 koin Rp. 500, maka si pengguna akan mendapatkan satu pak kondom dengan berbagai rasa. Pemerintah mengemukakan, ATM Kondom tersebutkan dipasang pada tempat-tempat yang rawan terjadi hubungan seksual, seperti diskotik ataupun tempat hiburan malam lainnya. Lain halnya apabila ATM kondom di pandang dari segi agama. Para pemuka agama beranggapan bahwa ATM kondom merupakan bentuk legalisasi dari free seks yang notabene jauh sekali dari budaya Indonesia. Beberapa alasan inilah yang menguatkan penulis untuk mengambil judul "Kontroversi ATM Kondom Terhadap Pencegahan Penyakit HIV/AIDS Di

Indonesia" sebagai judul makalah supaya masyarakat Indonesia dapat mengambil sikap secara tepat dan benar dalam menyikapi masalah ATM kondom yang sampai saat inipun masih marak dibicarakan oleh masyarakat. Sebenarnya apa sich HIV/AIDS itu? Sampai sampai pemerintah harus melegalkan ATM kondom karena alasan untuk mengurangi prevalensi penyakit HIV AIDS. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini dicirikan dengan timbulnya berbagai penyakit infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus yang bersifat oportunistik atau keganasan seperti sarcoma Kaposi dan limfoma primer di otak. (Arif Mansjoer et al, 2000) HIV AIDS merupakan penyakit mematikan nomor 1 didunia yang sampai saat ini belum ada obatnya. Sebanyak 718.894 kasus AIDS dari 182 negara didunia melapor kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) sampai Juli 1993. Sedangkan, WHO memperkirakan sekitar 2,5 juta kasus AIDS dan 14 Juta HIV positif dengan perincian: Amerika Utara 1 juta, Amerika Latin 1,5 juta, Eropa Barat 0,5 juta, Eropa Timur dan Asia Tengah 50.000, Afrika Utara dan Timur Tengah 75.000, Afrika Sub Sahara 8 juta, Asia Timur dan Pasifik 25.000, Asia Selatan dan Tenggara 1,5 juta, dan Australia 25.000. (Joko Setyono, 2004) Data terakhir yang didapat pada akhir tahun 2004 penderita HIV/AIDS di dunia mengalami kenaikan yang cukup drastis yaitu terdapat sekitar 39,4 juta orang dengan HIV/AIDS diseluruh dunia. Sebanyak 17,6 juta (45 %) adalah perempuan dan 2,2 juta adalah anak anak berusia kurang dari 5 lima tahun. Penyebaran HIV AIDS di Indonesia juga patut diperhitungkan, menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS positif per januari per 2000 adalah 1080 kasus yang terdiri dari 794 kasus HIV (+) dan 286 kasus AIDS. (NN, 2006) Bagaimana HIV/AIDS menular? Penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual, tranfusi darah, jarum suntik, dan dari ibu hamil ke bayinya. Efektivitas penularan paling tinggi adalah melalui tranfusi darah. Sekitar 90 % penerima transfuse darah yang tercemar HIV akan tertular. Resiko penularan melalui

hubungan seksual berkisar antara 1 % - 1 setiap kali hubungan seksual dengan pasangan HIV positif. Resiko penularan ibu hamil HIV positif ke bayinya berkisar antara 15-40 %. Salah satu cara penularan yang sekarang ini semakin penting di Indonesia adalah penggunaan jarum suntik bersama di kalangan pecandu narkotika. Jumlah kasus inveksi HIV baru pada akhir tahun 1999 meningkat tajam karena tingginya angka HIV positif pada pecandu narkotika suntikan. Kebiasaan menggunkan jarum suntik bersama dan jarum yang tidak steril pada pecandu narkotika suntikan menyebabkan kelompok ini rentan terhadap penularan hepatitis C dan HIV. (Samsuridjal Djauzi, 2001) 2. Isi dan Pembahasan Niat baik belum tentu mendapat respon baik, tampaknya itulah yang sedang terjadi pada pemerintah yang kini sedang mensosialisasikan keberadaan ATM Kondom. Berbagai alasan dikemukakan oleh pemerintah agar keberadaan ATM kondom ini dapat diterima oleh masyarakat luas, antara lain : a. b. Mengingat tingkat risiko penularan penyakit kelamin dan HIV/AIDS Program pemerintah dalam Keluarga Berencana yang salah satu yang semakin tinggi di Indonesia. caranya dengan menggunakan alat kontrasepsi berupa kondom sehingga memudahkan pasangan yang ingin berhubungan seksual tanpa khawatir akan hamil dengan kemudahan membeli pengaman kondom. c. Tingkat kehidupan dalam sebagian masyarakat yang banyak melegalkan hubungan seks bebas, sehingga kebutuhan akan pengaman terutama kondom sangat di butuhkan sekali untuk mengurangi berbagai resiko. d. Keberadaan ATM Kondom dianggap sebagai bentuk pendidikan seks kepada masyarakat, dengan asumsi bahwa keberadaan ATM tersebut dapat menimbulkan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya pengamanan dalam kegiatan seksual untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Tri Wahyuni, 2006)

Gambar.1 ATM Kondom Bangsa Indonesia memang belajar dari negara-negara maju yang berhasil dengan program ATM kondomnya. Di luar negeri penyebaran HIV dan jumlah penderita AIDS bisa ditekan dan dicegah dengan pengadaan ATM kondom. Dengan pertimbangan inilah mungkin pemerintah menaruh harapan terhadapat ATM kondom agar angka kejadian tehadap HIV/AIDS dapat ditekan semaksimal mungkin karena memang prevalensi penyebaran HIV/AIDS di Indonesia sudah memasuki tahap epidemic (wabah). (Arixs, 2006) Sementara itu, hasil polling yang dilakukan oleh Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum (PSH FH) UII dengan 1000 responden melaporkan sekitar 27 % responden menyatakan setuju dengan keberadaan ATM kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, mendukung program KB, sebagai fasilitas wisatawan lokal atau asing, mengurangi aborsi serta untuk kemudahan. (NN, 2006) Sebuah radio di Yogyakarta "Global 107,6 FM" mengangkat tema "Kontroversi ATM Kondom" dalam acara "Rembug Jogja". Pak Budi seorang telepon dalam acara tersebut mengemukakan bahwa lepas dari pro dan kontra, beliau setuju dengan keberadaan ATM kondom yang penting tujuannya baik. "Kita bukan melegalkan penyimpangan seksual. Tujuan kita baik yakni untuk mencegah HIV/AIDS", lanjut pak Budi. Hal yang senada juga disampaikan oleh Pak Punut, beliau berpendapat bahwa sebenarnya sama saja membeli kondom baik di apotik

maupun melewati ATM Kondom, ATM kondom hanya bentuk modernisasi saja. (Ulya, 2006) Lain hati lain pula pendapatnya, dari sekian banyak yang menentang ATM kondom yang mengatasnamakan agamalah yang paling keras menentangnya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa pernyataan, antara lain : a. Dengan pelegalan ATM Kondom, maka secara tidak langsung akan menimbulkan pemikiran bahwa pemerintah melegalkan hubungan seks bebas dengan mempermudah akses pembelian Kondom pada ATM, dan dampak ini sangat berpengaruh besar pada generasi muda saat sekarang. b. Keberadaan ATM Kondom seakan sebagai sebuah tambahan semangat kepada masyarakat untuk melakukan hubungan seks bebas tanpa ada kekuatiran rasa hamil ataupun tanpa takut tertular resiko terjangkiti penyakit kelamin dan HIV AIDS. c. Masih rendahnya tingkat kesadaran dari masyarakat Indonesia akan kesadaran penggunaan kondom, sehingga keberadaan ATM Kondom dianggap sia-sia saja kegunaannya dan dicap sebagai bentuk pemborosan keuangan terhadap bangsa Indonesia sekarang yang banyak dirundung berbagai permasalahan. d. ATM Kondom bukan dianggap sebagai sex education yang baik kepada masyarakat. (Tri Wahyuni, 2006) Keberadaan ATM kondom pun, memaksa mahasiswa untuk mengambil sikap. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim (KAMMI) dalam pernyataan sikapnya menolak dengan tegas keberadaan ATM kondom. Pendirian ATM kondom sepertinya merupakan kelanjutan rencana Pemerintah untuk melakukan legalisasi (pengesahan) aborsi atau pengguguran kehamilan melalui revisi UU Kesehatan. Banyak pihak menghawatirkan upaya ini adalah pelegalan praktik seks bebas. Bila tujuannya untuk mencegah penyebaran virus HIV/AIDS, program kondomisasi ini dirasa tidak tepat, karena : a. Akar penyebab HIV/AIDS adalah seks bebas (pelacuran, gonta-ganti pasangan, pergaulan bebas, homoseksualitas/lesbianisme). Karena itu, perang terhadap seks bebas inilah yang seharusnya dilakukan Pemerintah.

b.

Pendirian ATM kondom hanya akan menyuburkan perilaku seks

bebas, khususnya di kalangan anak-anak muda. Dengan berbagai kemudahan mendapatkan kondom, anak-anak muda akan merasa lebih 'aman' melakukan seks bebas. c. Sebagian pakar kedokteran masih meragukan efektivitas kondom dalam mencegah HIV/AIDS. Alasannya, pori-pori karet lateks yang menjadi bahan pembuatan kondom adalah 0,003 mm, sedangkan ukuran virus AIDS adalah 0,000001 mm. Jadi, pendirian ATM kondom ini merupakan alat untuk menyuburkan liberalisasi budaya barat, khususnya seks bebas. Oleh sebab itu, kita, khususnya kaum Muslimin, harus waspada dan berani mengatakan ''tidak''. Karena program tersebut sama artinya dengan menyuruh orang untuk berbuat zina. (Neli Soraya, 2006) Kontroversi tentang keberadaan ATM Kondom tampaknya tidak hanya terjadi di kota kota besar saja, ini terbukti bahwa kota kecil seperti Purbalinga pun turut angkat bicara tentang pendirian ATM kondom. Masyarakat Purbalingga masih peduli dengan moral, etika, dan budaya bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan bahwa masyarakat Purbalingga menolak pengoperasian ATM kondom di berbagai wilayah, sebagai upaya untuk mengurangi menyebarnya virus HIV/AIDS. ATM kondom tersebut dinilai merupakan bagian dari upaya-upaya cultural imperialism atau penjajahan budaya di mana nilai-nilai ketimuran dan nilai-nilai keagamaan akan tereduksi dan bahkan akan terpinggirkan oleh desakan dari budaya yang tidak mendidik warga masyarakat. (MH Habieb Shaleh, 2006) Legalisasi ATM kondom yang dilakukan oleh pemerintah, dianggap oleh sebagian orang sama saja pemerintah melegalkan pornografi dan pornoaksi, akan tetapi bentuk ATM kondom ini lebih halus. Sebagaimana legalisasi aborsi, program "kondomisasi" disinyalir hanya merupakan alat untuk menyuburkan liberalisasi budaya Barat, khususnya seks bebas, di Indonesia. Pertanyaan selanjutnya, apakah benar dan tepat sasaran apa yang dilakukan oleh pemerintah tentang legalisasi ATM kondom sebagai bentuk untuk penyelamatan warga Indonesia bahaya HIV AIDS?. Memang benar penyebaran HIV/AIDS melalui seks bebas menduduki ranking pertama di dunia yaitu sekitar 90

%. Akan tetapi, apakah sama dengan yang terjadi di Indonesia?. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNAIDS penyebaran HIV/AIDS terbesar di Indonesia yaitu melalui jarum suntik oleh para pengguna narkoba yaitu sekitar 40 70 % baru kemudian di susul melalui Pekerja Seks Komersil (PSK). Jika memang benar apa yang menjadi dalih pemerintah yaitu untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS melalui Pekerja Seks Seksual, karena ini dianggap sebagai penularan terbesar HIV/AIDS di Indonesia. Lalu, apakah benar karena alasannya para penjaja PSK itu merasa kesulitan untuk memperoleh ATM kondom, sehingga pemerintah harus mengeluarkan biaya yang sangat banyak untuk mendirikan sebuah ATM kondom. Menurut penelitian, satu unit pendirian ATM kondom harus mengeluarkan uang sebanyak Rp. 7.500.000,00. (NN, 2006)

Gambar. 2. Bentuk Kondom Menurut penulis, apa yang menjadi dalih dan kebijaksanaan pemerintah ini tidak dapat dianggap sebagai jalan keluar terhadap penyebaran HIV AIDS di Indonesia. Hal ini tentu karena beberapa alasan, antara lain : a. Penyebaran HIV/AIDS terbesar di Indonesia bukan melalui Pekerja Seks Komersil melainkan melalui jarum suntik oleh para pengguna narkotika. Jadi, yang seharusnya di berantas dan memperoleh perhatian yang lebih adalah para pengguna narkotika. b. Permasalahan pada para pekerja seksual Komersil bukanlah merasa kesulitan memperoleh kondom karena apabila membeli di apotek pun dilayani dengan ramah. Akan tetapi permasalahan yang muncul adalah tidak adanya kesadaran menggunakan kondom khususnya para penjaja PSK untuk menghindari penyebaran penyakit HIV/AIDS. Hal ini dibuktikan saat dibagikan kondom secara gratis tidak memperoleh respon yang baik bagi para PSK maupun penjaja PSK, pembagian kondom gratis ini pernah

dilakukan di daerah lokalisasi Baturraden Purwokerto pada saat hari AIDS sedunia. Bahkan, ada salah satu penjaja PSK yang mengatakan bahwa menggunakan kondom tidak enak dan tidak nyaman. Dari pernyataan ini jelas, tidak ada kesadaran untuk menggunakan kondom. Jadi, keberadaan ATM kondom tidak dapat dikatakan sebagai penyelesaian yang tepat, kesadaran menggunakan kondomlah yang perlu mendapat perhatian apabila memang benar inilah yang menjadi pusat permasalahan penyebaran HIV/AIDS oleh pemerintah. c. Permasalahan yang muncul selanjutnya dari keberadaan ATM kondom adalah masalah etika. Apakah bisa ATM kondom yang merupakan benda mati dapat menyeleksi pembelinya, karena mungkin saja anak anak dibawah diumur dapat memperoleh kondom dengan mudahnya karena memang penggunaan ATM ini seperti menggunakan ATM ATM yang lainnya contohnya ATM uang dan hanya dengan koin Rp. 500,00 sebanyak tiga kali dapat memperoleh kondom sebanyak tiga buah dengan tiga rasa dan sejumlah uang tersebut mudah di dapatkan oleh anak di bawah usia. Apabila ini terjadi sangat memperihatinkan sekali, karena ini berarti seks bebas di bawah usia bisa saja terjadi selain di dorong oleh bacaan ataupun film porno yang memang mudah didapat pada zaman sekarang ini. Selain itu, mereka tidak perlu takut hamil karena sudah dilengkapi dengan pengaman yang disebut dengan kondom. Ironis sekali melihat hal ini, sungguh sangat bobrok moral bangsa Indonesia apabila hal ini benar benar terjadi. Berbeda halnya apabila hanya tersedia di apotek karena anak anak di bawah umur pasti ada perasaan tidak enak atau dalam bahasa jawanya rikuh untuk membeli kondom. d. Biaya produksi pendirian ATM kondom yang besar menjadi sebuah pemborosan tersendiri bagi pemerintah. Di saat banyak masyarakat Indonesia dengan kondisi yang sangat memperihatinkan seperti kelaparan sampai terjadi busung lapar, bencana alam yang sampai saat inipun korban bencana alam belum mendapat santunan yang layak dari pemerintah, serta kejadian flu burung yang sampai membawa korban mati dan hingga detik

ini pemerintah belum mampu mengatasinya, dengan santainya pemerintah mensosialisasikan pendirian ATM kondom. Padahal, uang dari pendirian ATM kondom tersebut dapat dimanfaatkan untuk yang lainnya dan tentunya lebih bermanfaat, bahkan dengan orang orang yang kondisinya seperti di atas lebih membutuhkan uang tersebut dari pada mengurusi PSK PSK dengan kondom kondomnya. 3. Kesimpulan Terlepas dari pro dan kontra, keberadaan ATM kondom memang sebuah dilema tersendiri. Setiap orang berhak untuk menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap ATM kondom. Akan tetapi apapun yang menjadi pilihannya, hendaknya dipikirkan dan diputuskan secara matang matang. Niat pemerintah untuk mendirikan ATM kondom memang baik yaitu untuk menekan angka penyebaran HIV / AIDS. Namun, apa yang menjadi niat baik pemerintah ini perlu dikaji ulang lagi, karena hal yang ditakutkan dengan keberadaan ATM kondom adalah tidak tepat sasaran. Dari apa yang sudah dipaparkan di atas mengenai kontroversi terhadap keberadaan ATM kondom baik yang setuju atau menolak, keberadaan ATM kondom ini tidak tepat baik untuk tujuannya yaitu menekan angka penyebaran HIV/AIDS maupun dengan culture yang ada di Indonesia. Keberadaan ATM kondom ini lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya. Masih banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk menekan angka penyebaran HIV/AIDS tanpa harus mendirikan ATM kondom. Dari apa yang dipaparkan diatas, masalah yang utama adalah kesadaran dan pengetahuan mengenai bahayanya HIV/AIDS yang masih rendah. Langkah utama yang harus ditempuh oleh pemerintah adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat akan bahayanya HIV/AIDS yang dapat menimbulkan kematian dan cara cara penularannya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan. Dan bagi para PSK dapat dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penggunaan kondom. Karena apabila informasi serta sosialisasi mengenai arti penting kondom belum mengena pada masyarakat khususnya para PSK dan para

penjaja PSK, maka walaupun pemerintah tetap bersikeras dengan keberadaan ATM kondom, akan dirasa ATM kondom tersebut kurang bermanfaat. Di samping itu, pendidikan seks yang aman dan positif yang tetap berpegang teguh pada jalur yang ada harus terus pelajari dan kita berikan kepada generasi muda, agar mereka nantinya tidak akan mudah terpengaruh pada dampak negatif dari perubahan-perubahan jaman yang ada. Karena kita memang tidak dapat membendung masuknya segala bentuk perubahan teknologi maupun perubahan perilaku pada bangsa kita, namun kita tetap dapat membentengi diri agar tidak turut dalam arus yang ada dengan bekal iman dan ketaqwaan yang kita miliki. Daftar Pustaka Arixs. 6 Februari 2006. Kontroversi Kondom Dalam Ranperda Kondom. http://www.cybertokoh.com/ Djauzi, Samsuridjal. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: AIDS. Jakarta : FKUI. Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Tiga Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. NN. 16 Januari 2006. "ATM Kondom" Legalisasi Seks Bebas. http://www.mujahid_bertopeng.blog.indosiar.com/ NN. 9 Februari 2006. Penempatan ATM Kondom Tak Sembarangan. http://www.koranmerapi.com/ NN. 14 April 2006. ATM Kondom Kebijakan Setengah Hati. http://www.boleh.com/ Setyono, Joko. Januari 2004. Jurnal Masalah Kesehatan: Mandala Of Health Volume 1. Purwokerto : PPD UNSOED. Shaleh, MH Habieb. 4 Februari 2006. Purbalingga Tolak ATM Kondom dan Play Boy. http://www.suaramerdeka.com/ Soraya, Neli. 14 Januari 2006. Pelegalan Prostitusi. http://www.republika.com/ Ulya. 26 Desember 2005. ATM Kondom. http://www.lkis.or.id/ Wahyuni, Tri. 17 Februari 2006. Mencermati Kontroversi ATM Kondom. http://www.penulislepas.com/

Anda mungkin juga menyukai