Anda di halaman 1dari 4

mutiarazuhud.

com

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/07/22/ilmu-hisab/

Mutiara Zuhud Letakkan dunia pada tanganmu dan akhirat pada hatimu
Kami sampaikan tanpa cinta dunia
Pengumpan: Tulisan Komentar

Ilmu hisab
22 Juli 2012 oleh mutiarazuhud Ilmu hisab adalah alat bantu rukyat Setelah kami telusuri mereka yang menetapkan awal bulan kamariah dengan menggunakan ilmu hisab (perhitungan) sebagai hisab hakiki wujudul hilal (berapapun derajat positif tinggi hilal maka ditetapkan hilal sudah wujud) mengemukakan hasil ijtihad (wajh al-istidlal ) mereka sebagai berikut, ***** awal kutipan ***** Dalam penentuan awal bulan kamariah, hisab sama kedudukannya dengan rukyat [Putusan Tarjih XXVI, 2003]. Oleh karena itu penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan kamariah adalah sah dan sesuai dengan Sunnah Nabi saw. Dasar syari penggunaan hisab adalah, a . Al-Quran surat ar-Rahmn ayat 5: Artinya:Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan (ar-Rahmn (55) : 5) b. Al-Quran surat Ynus ayat 5 Artinya:Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan Bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) (Yunus (10) : 185). c. Hadis al-Bukhari dan Muslim Artinya:Apabila kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila kamu melihatnya beridultrilah! Jika Bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka estimasikanlah [HR al-Bukhari, dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim].

1 of 4

25/07/2012 21:49

mutiarazuhud.com

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/07/22/ilmu-hisab/

d. Hadis tentang keadaan umat yang masih ummi, yaitu sabda Nabi saw, Artinya: Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari [HR al-Bukhari dan Muslim]. Cara memahaminya (wajh al-istidlal -nya) adalah bahwa pada surat ar-Rahman ayat 5 dan surat Yunus ayat 5, Allah swt menegaskan bahwa benda-benda langit berupa matahari dan bulan beredar dalam orbitnya dengan hukum-hukum yang pasti sesuai dengan ketentuan-Nya. Oleh karena itu peredaran benda benda langit tersebut dapat dihitung (dihisab) secara tepat. Penegasan kedua ayat ini tidak sekedar pernyataan informatif belaka, karena dapat dihitung dan diprediksinya peredaran benda benda langit itu, khususnya matahari dan Bulan, bisa diketahui manusia sekalipun tanpa informasi samawi. Penegasan itu justru merupakan pernyataan imperatif yang memerintahkan untuk memperhatikan dan mempelajari gerak dan peredaran benda benda langit itu yang akan membawa banyak kegunaan seperti untuk meresapi keagungan Penciptanya, dan untuk kegunaan praktis bagi manusia sendiri antara lain untuk dapat menyusun suatu sistem pengorganisasian waktu yang baik seperti dengan tegas dinyatakan oleh ayat 5 surat Yunus ( agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu). Pada zamannya, Nabi saw dan para Sahabatnya tidak menggunakan hisab untuk menentukan masuknya bulan baru kamariah, melainkan menggunakan rukyat seperti terlihat dalam hadis pada butir c di atas dan beberapa hadis lain yang memerintahkan melakukan rukyat. Praktik dan perintah Nabi saw agar melakukan rukyat itu adalah praktik dan perintah yang disertai illat (kausa hukum). Illatnya dapat dipahami dalam hadis pada butir d di atas, yaitu keadaan umat pada waktu itu yang masih ummi. 1. Keadaan ummi artinya adalah belum menguasai baca tulis dan ilmu hisab (astronomi), sehingga tidak mungkin melakukan penentuan awal bulan dengan hisab seperti isyarat yang dikehendaki oleh al-Quran dalam surat ar-Rahman dan Yunus di atas. Cara yang mungkin dan dapat dilakukan pada masa itu adalah dengan melihat hilal (bulan) secara langsung: bila hilal terlihat secara sik berarti bulan baru dimulai pada malam itu dan keesokan harinya dan bila hilal tidak terlihat, bulan berjalan digenapkan 30 hari dan bulan baru dimulai lusa. Sesuai dengan kaidah kih (al-qawaid al-qhiyyah) yang artinya: Hukum itu berlaku menurut ada atau tidak adanya illat dan sebabnya maka ketika illat sudah tidak ada lagi, hukumnya pun tidak berlaku lagi. Artinya ketika keadaan ummi itu sudah hapus, karena tulis baca sudah berkembang dan pengetahuan hisab astronomi sudah maju, maka rukyat tidak diperlukan lagi dan tidak berlaku lagi. Dalam hal ini kita kembali kepada semangat umum dari al-Quran, yaitu melakukan perhitungan (hisab) untuk menentukan awal bulan baru kamariah ***** akhir kutipan ***** Dari uraian mereka dapat kita ketahui bahwa mereka dengan ilmu hisab membatalkan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk melihat hilal (rukyatul hilal) dikarenakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para Sahabat pada masanya dalam keadaan ummi dan tidak bisa melakukan hisab (perhitungan) ? Dengan kata lain berdasarkan cara mereka mempergunakan ilmu hisab (astronomi) maka sama saja mereka mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para Sahabat pernah melakukan kesalahan karena terlambat mengawali puasa Ramadhan dan pernah berpuasa Ramadhan pada 1 Syawal karena antara hilal dapat terlihat oleh mata manusia dengan hilal sudah wujud menurut ilmu hisab (astronomi) ada perbedaan yang signikan (perbedaan nyata).
2 of 4 25/07/2012 21:49

mutiarazuhud.com

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/07/22/ilmu-hisab/

Perlu kita ingat bahwa hilal sudah wujud belum tentu dapat terlihat oleh mata manusia. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam urusan ummat atau urusan agama akan terjaga dari kesalahan. Mereka tampak salah memahami hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang artinya (menurut mereka) Apabila kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila kamu melihatnya beridultrilah! Jika Bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka estimasikanlah [HR al-Bukhari, dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim]. Dari hadits ini maka ilmu hisab (astronomi) digunakan sebagai alat bantu (alat estimasi) untuk melihat hilal dan menghilangkan batasan terhalang oleh awan. Ilmu hisab (perhitungan) adalah sebagai alat bantu untuk merukyat (melihat hilal). Kita dapat menggunakan ilmu hisab (perhitungan) untuk mengetahui posisi dan ketinggian Hilal. Begitu pula lamanya hilal di atas atau di bawah ufuk itu bisa diketahui dengan ilmu hisab. Adapun lamanya hilal di atas ufuk hanya sekitar beberapa menit atau detik saja, tergantung hilalnya. Kyai Thobary Syadzily mengatakan Ilmu hisab itu ibarat alamat lengkap seseorang, sedangkan rukyat itu ibaratnya rumahnya. Bagaimana kita bisa menemukan rumah seseorang kalau tanpa adanya alamat jelas Jadi ilmu hisab (perhitungan) digunakan untuk mentaati sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk melihat hilal dengan mensimulasikan keadaan bagaimana hilal terlihat oleh mata manusia atau yang disebut kriteria visibilitas hilal atau imkanur rukyat. Perhitungan astronomis menyatakan, tinggi hilal sekitar 2 derajat dengan beda azimut 6 derajat dan umur bulan sejak ijtimak 8 jam. Jarak sudut Bulan-Matahari 6,8 derajat, dekat dengan limit Danjon yang menyatakan jarak minimal 7 derajat untuk mata manusia rata-rata yang dapat dikatakan hilal terlihat. Kriteria tinggi 2 derajat dan umur bulan 8 jam ini yang kemudian diadopsi sebagai kriteria imkanur rukyat MABIMS (negara-negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) pada tahun 1996. Bahkan berdasarkan kajian astronomis yang dilakukan LAPAN terhadap data rukyatul hilal di Indonesia (1962-1997) yang didokumentasikan oleh Departemen Agama RI diperoleh dua kriteria visibilitas hilal (hilal terlihat) yang rumusannya disederhanakan sesuai dengan praktik hisabrukyat di Indonesia. Awal bulan ditandai dengan terpenuhi kedua-duanya, bila hanya salah satu maka dianggap belum masuk tanggal. Kriteria Hisab-Rukyat Indonesia adalah sebagai berikut, Pertama, umur hilal minimum 8 jam. Kedua, tinggi bulan minimum tergantung beda azimut Bulan-Matahari. Bila bulan berada lebih dari 6 derajat tinggi minimumnya 2,3 derajat. Tetapi bila tepat berada di atas matahari, tinggi minimumnya 8,3 derajat. Kesimpulan akhir adalah kita harus tetap mentaati sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk melihat hilal dan mempergunakan ilmu hisab (astronomi) atau ilmu-ilmu lainnya yang akan ditemukan pada masa depan untuk dapat mensimulasikan keadaan hilal terlihat yang disebut kriteria visibilitas hilal (imkanur rukyat). Jadi kebutuhan untuk mempersatukan umat Islam guna mentaati sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk melihal hilal atau alat bantu melihat hilal lebih awal dari waktu

3 of 4

25/07/2012 21:49

mutiarazuhud.com

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/07/22/ilmu-hisab/

sesungguhnya adalah menetapkan kriteria visibilitas hilal (imkanur rukyat) untuk mensimulasikan (mengestimasikan) keadaan hilal terlihat bukan hilal sudah wujud Wassalam Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830 Ditulis dalam Islam, Umum | Bertanda alat bantu, astronomi, bukan wujud hilal berdasarkan perhitungan, falak, ilmu hisab, keadaan hilal terlihat, melihat hilal, memproyeksikan, mengestimasikan, mensimulasikan, oleh mata manusia, perhitungan, rukyat | 1 Komentar

Satu Tanggapan

1. pada 24 Juli 2012 pada 9:36 am | Balas adin mantan wahabi Kalangan Nahdliyin, juga bisa mengumumkan 1 ramadhan lebih awal seperti halnya Muhammadiyah dan sama dengan Rukyat (melihat bulan). Terbukti Kalender yang dikelurakan NU pada 21 Juli 2012 disampimgnya tertulis (dengan huruf arab) 1 Ramadhan. Tapi mengapa itu tidak dilakukan NU mungkin takut tidak sama hisab dan rukyat jadi mengumkannya menunggu hasil Rukyat, ternyata hasil hisab yg digunakan untuk mencetak Kalender NU sama dengan Hasil Rukyat.

Komentar RSS

Blog pada WordPress.com. Tema: MistyLook oleh WPThemes.

4 of 4

25/07/2012 21:49

Anda mungkin juga menyukai