Anda di halaman 1dari 26

Akibat berguru atau mengambil pendapat dari orang yang

mendalami ilmu agama secara otodidak


Imam Malik ~rahimahullah berkata: Janganlah engkau membawa ilmu agama (yang
kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui sanad ilmu (sanad guru) dan dari
orang yang mendustakan perkataan manusia (ulama) meskipun dia tidak
mendustakan perkataan (hadits) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Orang-orang yang mendustakan perkataan ulama adalah
1. Orang-orang yang merusak peninggalan para ulama seperti mengutip atau
mencetaknya dengan ada yang dihilangkan atau dengan ditambah, yang merusak isi
dan menghilangkan tujuannya.
2. Orang-orang yang tidak memiliki hak untuk menyampaikan atau menjelaskan
perkataan ulama karena tidak memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari ulama
bersangkutan.
Salah satu ulama panutan mereka yakni Abu Yahya Badrussalam Lc dalam video yang
diupload pada http://www.youtube.com/watch?v=mmRMK1_65fk telah memfitnah
Syaikh Abdul Qodir al Jilani bahwa Beliau beraqidah mengikuti aqidah para Sahabat
sebagaimana mazhab Hanbali.
Para pengikut Wahabisme penerus kebidahan Ibnu Taimiyyah bukanlah Hanabila
atau bukanlah pengikut Imam Ahmad bin Hambal sebagaimana yang telah
disampaikan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/09/18/bukanlahhanabila/
Fitnah tersebut berasal dari pihak-pihak yang menyisipkan atau memalsukan kitab Al
Ghunyah karya Syaikh Abdul Qodir al Jilani sebagaimana yang diinformasikan pada
http://santri.net/fiqih/bedah-kitab/kitab-al-ghunyah-karya-syeikh-abdul-qadirsudah-dipalsu-wahabi/
Mereka memfitnah Syaikh Abdul Qodir al Jilani beritiqod bahwa Allah Taala
bersemayam dalam makna dzahir yakni bertempat atau menetap tinggi di atas Arsy.
Istawa dalam bahasa Indonesia telah disepakati oleh para ulama artinya
bersemayam. Bersemayam mempunyai dua makna yakni makna dzahir dan makna
majaz sebagaimana yang telah diuraikan dalam tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/04/istawa-artinya-bersemayam/
Mereka juga memfitnah Asyariyah bahwa Allah Taala bertempat di mana mana.

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 1

Ungkapan-ungkapan seperti
Allah wujud (ada) di mana mana
apa yang terlihat di mana mana adalah wujud (keberadaan) Allah
Hakekat alam dan isinya atau atau semua yang terlihat oleh mata, hakekatnya
adalah wujud Allah
Bukan berarti Allah Taala bertempat di mana mana namun maknanya adalah bahwa
dengan kita memperhatikan alam dan isinya atau semua yang terlihat oleh mata
yang merupakan tanda-tanda kekuasaanNya atau disebut juga ayat-ayat kauniyah
maka kita bisa mengetahui dan meyakini keberadaan dan kebesaran Allah
Subhanahu wa Taala
Manusia mengenal Allah (makrifatullah) melalui tanda-tanda kekuasaanNya yang
merupakan ayat-ayat kauniyah yaitu ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah
berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya. Ayat-ayat ini meliputi segala
macam ciptaan Allah,baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar
(makrokosmos).
Firman Allah Taala yang artinya
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al
Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa
sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. Fush Shilat [41]:53)
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran [3]:191).
Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman. (QS Yunus [10] : 101).
Ibn al Jawzi menjelaskan bahwa mereka tidak puas dengan hanya mengatakan Sifat
Fiil (sifat perbuatan) saja bagi Allah hingga mereka mengatakan Sifat Dzt
Kita mengetahui Sifat Fiil (sifat perbuatan) bagi Allah seperti Maha Melihat , Maha
Mendengar namun terlarang mensifatkan DzatNya seperti Allah memiliki wajah,
pinggang, dua mata, dua tangan dan keduanya kanan dan lain lainnya karena tidak
ada yang dapat mengetahui Dzat Allah Subhanahu wa Taala kecuali Dia.
Begitupula Rasulullah melarang kita untuk memikirkan DzatNya dan menyarankan
untuk meyakini keberadaan Allah dengan memikirkan nikmat yang telah
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 2

diberikanNya atau dengan memikirkan tanda-tanda (kekuasaan) Allah Azza wa Jalla


sebagai wujud perbuatan Allah Subhanahu wa Taala.
Rasulullah bersabda, Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-kali
engkau berfikir tentang Dzat Allah.
Abu Yahya Badrussalam pernah juga meremehkan peranan para Wali Allah yakni
Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di negeri kita sebagaimana yang telah
disampaikan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/02/22/qodhi-tolakwahabisme/
Dalam ceramahnya di tv @SalamDakwah mempertanyakan bukti otentik tentang
sejarah Walisongo, penyebar Islam di Indonesia sebagaimana yang dikabarkan pada
http://www.muslimedianews.com/2015/05/ini-wahabi-yang-mengatakan-tidakada.html
Rekaman video ceramah berdurasi sekitar 2 menit diupload di Youtube pada
http://www.youtube.com/watch?v=-3RzxQWdtMA
Semua itu adalah akibat mereka berguru dengan orang-orang yang mendalami ilmu
agama dan berfatwa secara otodidak (shahafi) menurut akal pikiran mereka sendiri.
Cara efektif untuk mengadu domba umat Islam dan menghancurkan dari dalam
adalah dengan hasutan untuk kembali kepada Al Quran dan As Sunnah
bersandarkan mutholaah (menelaah kitab) secara otodidak (shahafi) dengan akal
pikiran masing-masing.
Rasulullah bersabda,Barangsiapa menguraikan Al Quran dengan akal pikirannya
sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan. (HR.
Ahmad).
Pada hakikatnya orang-orang yang mengaku muslim namun memusuhi bahkan
membunuhi muslim lainnya yang tidak sepaham (sependapat) dengan mereka
adalah korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) yang
dilancarkan oleh kaum Yahudi atau yang kita kenal sekarang dengan Zionis Yahudi
karena kaum yang diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla mempunyai rasa permusuhan
terhadap umat Islam adalah kaum Yahudi
Firman Allah Taala yang artinya, orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik (QS Al
Maaidah [5]: 82)
Mereka yang terhasut atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) yang
dilancarkan oleh kaum Yahudi atau yang kita kenal sekarang dengan zionis Yahudi
menjadikan mereka sombong mengikuti kaum Yahudi.
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 3

Firman Allah Taala yang artinya, Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul
membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu
menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan
beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (QS Al Baqarah [2] : 87)
Mereka menjadi sombong dan mengabaikan siapapun yang mengingatkan atau
memberikan petunjuk kepada mereka karena mereka hanya berpegang pada
pemahaman atau pendapat mereka sendiri terhadap Al Quran dan As Sunnah secara
otodidak (shahafi)
Cara atau upaya kaum Yahudi atau yang kita kenal sekarang dengan Zionis Yahudi
untuk menyesatkan para pengikut ulama Najed, ditengarai adalah dengan
menyodorkan kitab-kitab Ibnu Taimiyyah sebelum bertaubat kepada Muhammad bin
Abdul Wahhab
Kitab pokok atau kitab dasar aqidah ajaran atau paham Wahabi (wahabisme) adalah
kitab Al Aqidah Al Wasithiyah karya Ibnu Taimiyyah sebelum bertaubat yang diangkat
kembali oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dan disebarluaskan oleh kerajaan
dinasti Saudi
Muhammad Khalil Harras adalah salah satu penulis penjelasan atau syarah kitab
Aqidah Wasithiyah yang merupakan pemahaman Ibnu Taimiyyah yang diangkat
kembali oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Kitab syarah tersebut dicetak oleh
Universitas Islam Madinah dalam 176 halaman. Kemudian dicetak lagi dengan
pembenahan dan komentar dari Ismail Al Anshoriy, dicetak di Riasah Al-Amaah
liidaratil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta wad Dakwah wal Irsyaad dalam 187 halaman
pada tahun 1403 H.
Selain Muhammad Khalil Harras penulis penjelasan atau syarah kitab Aqidah
Wasithiyah masih ada penulis-penulis lain seperti Abdurrahman As-Sadi, Ibnul
Utsaimin, Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani (lebih dari
15 penulis) sebagaimana yang tercatat pada http://id.wikipedia.org/wiki/AlAqidah_Al-Wasithiyah
Ibnu Taimiyyah dipenjara oleh keputusan atau fatwa Qodhi empat mazhab yakni
para fuqaha, para ulama yang paling faqih dalam menggali hukum dari Al Quran dan
As Sunnah berdasarkan mazhab yang empat
Qodhi empat mazhab dengan menghadirkan kitab aqidahnya Ibnu Taimiyyah, AlWasithiyyah dan dibacakan dalam persidangan yang kemudian diputuskan bahwa
pemahaman Ibnu Taimiyyah adalah sesat dan menyesatkan yang ditetapkan oleh
1. Mufti Hanafi Qodhi Muhammad bin Hariri Al-Anshori rhm.
2. Mufti Maliki Qodhi Muhammad bin Abi Bakar rhm.

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 4

3. Mufti Syafii Qodhi Muhammad bin Ibrahim rhm.


4. Mufti Hanbali Qodhi Ahmad bin Umar Al-Maqdisi rhm.
Bahkan Syeikhul Islam Imam Taqiyuddin As-Subki rhm dalam kitab Fataawaa AsSubki juz 2 halaman 210 menegaskan : Dia (Ibnu Taimiyyah) dipenjara dengan Ijma
Ulama dan Umara.
Dan di tahun 707 hari ke-6 bulan Rabiul Awwal hari Kamis, Ibnu Taimiyyah
menyatakan taubatnya dari aqidah dan ajaran sesatnya di hadapan para ulama Ahlus
sunnah wal jamaah dari kalangan empat madzhab, bahkan ia membuat perjanjian
kepada para ulama dan hakim dengan tertulis dan tanda tangan untuk tidak kembali
ke ajaran sesatnya, namun setelah itu ia pun masih sering membuat fatwa-fatwa
nyeleneh dan mengkhianati surat perjanjiannya hingga akhirnya ia mondar-mandir
masuk penjara dan wafat di penjara setelah sidang ke empat. Beliau wafat pada
malam hari tanggal 22, Dzulqodah tahun 728 H
Ibnu Taimiyyah adalah seorang ulama yang mendalami ilmu agama secara otodidak
(shahafi) seperti contoh informasi dari
http://zakiaassyifa.wordpress.com/2011/05/10/biografi-tokoh-islam/
***** awal kutipan ******
Ibn Taimiyyah juga seorang otodidak yang serius. Bahkan keluasan wawasan dan
ketajaman analisisnya lebih terbentuk oleh berbagai literatur yang dia baca dan dia
teliti sendiri.
***** akhir kutipan ******
Perhatikanlah kitab-kitab Muhammad bin Abdul Wahhab maupun Ibnu Taimiyyah
pada umumnya mereka tidak merujuk kepada pendapat mazhab yang empat
melainkan pendapat atau fatwa mereka sendiri secara otodidak (shahafi)
Walaupun pada awalnya Muhammad bin Abdul Wahhab mendalami ilmu agama
dengan berguru pada guru yang mumpuni namun pada akhirnya beliau lebih banyak
mendalami ilmu agama secara otodidak (shahafi) menduplikati (meneladani) Ibnu
Taimiyyah sebagaimana contoh informasi dari kalangan mereka sendiri yang
mengakui bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai imam mereka pada
http://rizqicahya.wordpress.com/2010/09/01/imam-muhammad-bin-abdul-wahhabbag-ke-1/
***** awal kutipan *****
Untuk itu, beliau mesti mendalami benar-benar tentang aqidah ini melalui kitab-kitab
hasil karya ulama-ulama besar di abad-abad yang silam.
Di antara karya-karya ulama terdahulu yang paling terkesan dalam jiwanya adalah
karya-karya Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah.
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 5

Demikianlah meresapnya pengaruh dan gaya Ibnu Taimiyah dalam jiwanya, sehingga
Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab bagaikan duplikat (salinan) Ibnu Taimiyah.
Lengkaplah sudah ilmu yang diperlukan oleh seorang yang pintar yang kemudian
dikembangkan sendiri melalui metode otodidak (belajar sendiri) sebagaimana
lazimnya para ulama besar Islam mengembangkan ilmu-ilmunya. Di mana bimbingan
guru hanyalah sebagai modal dasar yang selanjutnya untuk dapat dikembangkan dan
digali sendiri oleh yang bersangkutan
***** akhir kutipan *****
Begitupula mereka sendiri yang menyatakan bahwa ulama panutan mereka yakni Al
Albani sangat terkenal sebagai ulama yang banyak menghabiskan waktunya untuk
membaca hadits di balik perpustakaan alias mendalami ilmu agama secara otodidak
(shahafi) sebagaimana contoh informasi pada
http://cintakajiansunnah.blogspot.com/2013/05/asy-syaikh-muhammadnashiruddin-al.html
**** awal kutipan *****
Semakin terpikatnya Syaikh al-Albani terhadap hadits Nabi, itulah kata yang tepat
baginya. Bahkan hingga toko reparasi jamnya pun memiliki dua fungsi, sebagai
tempat mencari nafkah dan tempat belajar, dikarenakan bagian belakang toko itu
sudah diubahnya sedemikian rupa menjadi perpustakaan pribadi. Bahkan waktunya
mencari nafkah pun tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan waktunya untuk
belajar, yang pada saat-saat tertentu hingga (total) 18 jam dalam sehari untuk
belajar, di luar waktu-waktu salat dan aktivitas lainnya (Asy Syariah Vol. VII/No.
77/1432/2011 hal. 12, Qomar Suaidi, Lc)
***** akhir kutipan *****
Rasulullah telah bersabda bahwa salah satu tanda akhir zaman adalah diambilnya
ilmu agama dari al ashaaghir yakni orang-orang yang mendalami ilmu agama secara
otodidak (shahafi) menurut akal pikiran mereka sendiri.
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Qaasim dan Saiid bin Nashr, mereka
berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Qaasim bin Ashbagh : Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismaaiil At-Tirmidziy : Telah
menceritakan kepada kami Nuaim : Telah menceritakan kepada kami IbnulMubaarak : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Lahiah, dari Bakr bin Sawaadah,
dari Abu Umayyah Al-Jumahiy : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam bersabda : Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat ada tiga macam
yang salah satunya adalah diambilnya ilmu dari Al-Ashaaghir (orang-orang kecil /
ulama yang baru belajar).

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 6

Nuaim berkata : Dikatakan kepada Ibnul-Mubaarak : Siapakah itu Al-Ashaaghir?. Ia


menjawab : Orang yang berkata-kata menurut pikiran mereka semata. Adapun
seorang yang kecil yang meriwayatkan hadits dari Al-Kabiir (orang yang tua / ulama
senior / ulama sebelumnya), maka ia bukan termasuk golongan Ashaaghir itu.
Syaikh Nashir al-Asad menyampaikan bahwa para ulama menilai sebagai ulama dlaif
(lemah) bagi orang-orang yang hanya mengambil ilmu melalui kitab saja tanpa
memperoleh dan memperlihatkannya kepada ulama
Syaikh Nashir al-Asad ketika diajukan pertanyaan, Apakah orang yang otodidak dari
kitab-kitab hadits layak disebut ahli hadits ?, menjawabnya bahwa Orang yang
hanya mengambil ilmu melalui kitab saja tanpa memperlihatkannya kepada ulama
dan tanpa berjumpa dalam majlis-majlis ulama, maka ia telah mengarah pada
distorsi. Para ulama tidak menganggapnya sebagai ilmu, mereka menyebutnya
shahafi atau otodidak, bukan orang alim. Para ulama menilai orang semacam ini
sebagai orang yang dlaif (lemah). Ia disebut shahafi yang diambil dari kalimat tashhif,
yang artinya adalah seseorang mempelajari ilmu dari kitab tetapi ia tidak
mendapatkan dan mendengar langsung dari para ulama, maka ia melenceng dari
kebenaran. Dengan demikian, Sanad dalam riwayat menurut pandangan kami adalah
untuk menghindari kesalahan semacam ini (Mashadir asy-Syiri al-Jahili 10)
Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan
menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa
menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia
tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya sendiri menurut akal
pikirannya sendiri.
Boleh kita menggunakan segala macam wasilah atau alat atau sarana dalam
menuntut ilmu agama seperti buku, internet, audio, video dan lain lain namun kita
harus mempunyai guru untuk tempat kita bertanya karena syaitan tidak berdiam diri
melihat orang memahami Al Quran dan Hadits
Man la syaikha lahu fasyaikhuhu syaithan yang artinya barang siapa yang tidak
mempunyai guru maka gurunya adalah syaitan
Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ;
Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu
lagi niscaya gurunya syetan Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203.
Jadi pengikut syaitan atau wali syaitan dapat diakibatkan karena salah memahami Al
Quran dan As Sunnah seperti orang-orang yang mengaku muslim namun pengikut
radikalisme dan terorisme.

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 7

Kekerasan yang radikal adalah kekerasan yang memperturutkan hawa nafsu sehingga
menzhalimi orang lain karena salah memahami Al Quran dan As Sunnah.
Kekerasan yang tidak radikal adalah kekerasan yang dilakukan berdasarkan perintah
ulil amri sebenarnya yakni para fuqaha
Mantan mufti agung Mesir Syeikh Ali Jumah telah mengajukan untuk menyatukan
lembaga fatwa di seluruh dunia untuk membentuk majelis permusyawaratan ulama
tingkat dunia yang terdiri dari para fuqaha.
Piihak yang dapat mengeluarkan fatwa sebuah peperangan adalah jihad (mujahidin)
atau jahat (teroris) sehingga dapat diketahui apakah mati syaihd atau mati sangit
adalah ulil amri di antara kamu (QS An Nisaa [4]:59) atau ulil amri setempat yakni
para fuqaha setempat karena ulama di luar negara (di luar jamaah minal muslimin)
tidak terbebas dari fitnah sebagaimana yang telah disampaikan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2015/06/02/radikal-al-qaeda-dan-isis/
Oleh karena mereka mendalami ilmu agama dan berfatwa secara otodidak (shahafi)
sehingga mereka terjerumus mengikuti orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah,
penduduk Najed dari bani Tamim yakni orang-orang yang menyalahkan umat Islam
lainnya yang tidak sepaham (sependapat) dengan mereka sehingga mereka
menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul azham) yang
disebut dengan khawarij
Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang
keluar.
Oleh karena orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah, penduduk Najed dari bani
Tamim salah memahami Al Quran dan As Sunnah sehingga mereka bersikap takfiri
yakni mengkafirkan umat Islam yang tidak sepaham (sependapat) dengan mereka
dan berujung menghalalkan darah atau membunuhnya.
Dzul Khuwaishirah tokoh penduduk Najed dari bani Tamim juga termasuk salaf
karena bertemu dengan Rasulullah namun tidak mendengarkan dan mengikuti
Rasulullah melainkan mengikuti pemahaman atau akal pikirannya sendiri yang
berakibat menjadikannya sombong dan durhaka kepada Rasulullah yakni merasa
lebih pandai dari Rasulullah sehingga berani menyalahkan dan menghardik
Rasulullah
Abu Said Al Khudriy radliallahu anhu berkata; Ketika kami sedang bersama
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang sedang membagi-bagikan
pembagian(harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu
berkata; Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil. Maka beliau berkata: Celaka
kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 8

kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil. (HR
Bukhari 3341)
Rasulullah telah menubuatkan bahwa kelak akan bermunculan orang-orang seperti
Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim yakni orang-orang yang
terjerumus kafir tanpa sadar , orang-orang yang menuduh muslim lainnya yang
tidak sepaham (sependapat) dengan mereka telah musyrik, laknatullah atau bukan
Islam atau kafir namun karena salah memahami Al Quran dan As Sunnah maka
akan kembali kepada si penuduh.
Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah
membaca al-Quran, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Quran
dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Quran, membuangnya di
belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan
menuduhnya musyrik. Aku (Hudzaifah) bertanya, Wahai nabi Allah, siapakah yang
lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?. Beliau menjawab,
Penuduhnya.
Rasulullah bersabda: Siapa pun orang yang berkata kepada saudaranya, Wahai
kafir maka sungguh salah seorang dari keduanya telah kembali dengan kekufuran
tersebut, apabila sebagaimana yang dia ucapkan. Namun apabila tidak maka ucapan
tersebut akan kembali kepada orang yang mengucapkannya. (HR Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
orang yang bangkrut (muflis) dari kalangan umatku adalah orang yang datang pada
hari kiamat dengan membawa (pahala) ibadah shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi
dia pun datang dengan membawa dosa berupa mencaci orang ini, memfitnah
(menuduh) orang ini, menumpahkan darah orang ini, menyiksa orang ini, lalu
diberikanlah kebaikannya (pahala) kepada orang-orang yang dizhaliminya. Sewaktu
kebaikannya (pahala) tidak lagi cukup membayar kesalahan (dosa) nya maka
diambillah dosa-dosa orang-orang yang dizhaliminya dan ditimpakan kepada dirinya.
Setelah itu dia dilemparkan ke neraka. (HR Muslim 2581)
Jadi tujuan hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) untuk mendalami ilmu
agama secara otodidak (shahafi) dengan akal pikiran sendiri sehingga menyempal
keluar dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul azham) adalah untuk
menjerumuskan umat Islam menjadi bangkrut (muflis) atau kafir tanpa sadar
sehingga lepas dari tali (agama) Allah
Rasulullah telah memfatwakan, telah murtad (keluar dari Islam) bagaikan anak
panah meluncur dari busurnya bagi orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah
penduduk Najed dari bani Tamim yang diberi julukan anak muda atau orangorang muda yakni orang-orang yang belum memahami agama dengan baik, mereka
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 9

seringkali mengutip ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits Nabi, tapi itu semua
dipergunakan untuk menyesatkan, atau bahkan untuk mengkafirkan orang-orang
yang berada di luar kelompok mereka atau yang tidak sepaham (sependapat) dengan
mereka.
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami
Sufyan dari Al Amasy dari Khaitsamah dari Suwaid bin Ghafalah berkata, Ali
radliallahu anhu berkata; Sungguh, aku terjatuh dari langit lebih aku sukai dari pada
berbohong atas nama beliau shallallahu alaihi wasallam dan jika aku sampaikan
kepada kalian tentang urusan antara aku dan kalian, (ketahuilah) bahwa perang itu
tipu daya. Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang bersabda:
Akan datang di akhir zaman orang-orang muda dalam pemahaman (lemah
pemahaman atau sering salah pahaman). Mereka berbicara dengan ucapan manusia
terbaik (Khairi Qaulil Bariyyah, maksudnya suka berdalil dengan Al Quran dan
Hadits)) namun mereka keluar dari agama bagaikan anak panah melesat keluar dari
target buruan yang sudah dikenainya. Iman mereka tidak sampai ke tenggorokan
mereka. (HR Bukhari 3342)
Orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim membaca
Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka,
namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka
Rasulullah bersabda: Akan muncul suatu sekte/firqoh/kaum dari umatku yang
pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat
mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al
Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka,
namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak
sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak
panah meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1773)
Jadi ilmu agama justru bencana bagi mereka sehingga semakin jauh dari Allah karena
salah memahami Al Quran dan As Sunnah.
Berikut kutipan nasehat salah satu gurunya Muhammad bin Abdul Wahhab yakni
Syaikh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafii, yang berisi nasehat agar ia tidak
menyempal keluar dari mayoritas kaum muslim (as-sawad al azham)
***** awal kutipan *****
Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari
mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang
ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia
kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat
maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 10

mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul Azham (kelompok mayoritas) diantara kaum


muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari
kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan
muslimin.
***** akhir kutipan ******
Sebutan Wahabi itu pertama kali dimunculkan oleh Syaikh Sulamain bin Abdul
Wahab al-Hanbali. Beliau adalah saudara kandung dari Muhammad bin Abdul
Wahab.
Sulaiman bertanya kepada adiknya: Berapa, rukun Islam
Muhammad menjawab: lima.
Sulaiman: Tetapi kamu menjadikan 6!
Muhammad: Apa?
Sulaiman: Kamu memfatwakan bahwa siapa, yang mengikutimu adalah mumin dan
yang tidak sesuai dengan fatwamu adalah kafir.
Muhammad : Terdiam dan marah.
Sesudah itu ia berusaha menangkap kakaknya dan akan membunuhnya, tetapi
Sulaiman dapat lolos ke Makkah dan setibanya di Makkah ia mengarang buku As
Shawaiqul Ilahiyah firraddi alal Wahabiyah (Petir yang membakar untuk menolak
paham Wahabi) sebagaimana gambar pada
http://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2010/02/as-shawaiqul-ilahiyah-firraddialal-wahabiyah.jpg
Hal yang sama diungkapkan oleh ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin
Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ala
Dharaih al-Hanabilah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri
Wahhabi, sebagai berikut:
Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul
Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan
bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul
Fashl al-Khithab fi al-Radd ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah
menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia
sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh
darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia
tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim orang
yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena
pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang
menyelisihinya. (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ala Dharaih al-Hanabilah,
hal. 275).

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 11

Begitupula ulama madzhab al-Maliki, Al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi alMaliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahhabi,
berkata dalam Hasyiyah ala Tafsir al-Jalalain sebagai berikut:
Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi
penafsiran al-Quran dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah
dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan
mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah,
mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal
merekalah orang-orang pendusta. (Hasyiyah al-Shawi ala Tafsir al-Jalalain, juz 3,
hal. 307).
Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang
populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd alMuhtar sebagai berikut:
Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada
masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab
yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka
mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja
kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah
orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh
Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka,
merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233
H. (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ala al-Durr al-Mukhtar, juz 4, hal. 262).
Contohnya Abu Yahya Badrussalam Lc, pengikut Wahabisme penerus kebidahan
Ibnu Taimiyyah dalam sebuah video yang diupload pada
http://www.youtube.com/watch?v=MnW6wJYjIlU
Pada menit 13:47 menyampaikan dan menyebarluaskan ajaran atau pemahaman
Muhammad bin Abdul Wahhab yang dengan tegas mengatakan bahwa umat Islam
yang berdoa kepada Allah dengan bertawassul dengan Rasulullah maupun para Wali
Allah (kekasih Allah) yang telah wafat adalah syirik akbar.
Salah satu ciri khas dari orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah, penduduk Najed dari
bani Tamim atau kaum khawarij adalah menggunakan ayat-ayat yang diturunkan
bagi orang-orang kafir untuk menyerang kaum muslim
Abdullah bin Umar ra dalam mensifati kelompok khawarij mengatakan: Mereka
menggunakan ayat-ayat yang diturunkan bagi orang-orang kafir lantas mereka
terapkan untuk menyerang orang-orang beriman.[Lihat: kitab Sahih Bukhari jilid:4
halaman:197]

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 12

Salah satu dalil yang umumnya disalahgunakan mereka untuk melarang bertawassul
dengan Rasulullah maupun para Wali Allah (kekasih Allah) yang sudah wafat adalah
ayat yang diturunkan bagi orang-orang kafir seperti firman Allah Taala yang artinya,
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orangorang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah
mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekatdekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa
yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar. (QS Az Zumar [39]:3)
Mereka memahami tawasul dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maupun
para kekasih Allah (wali Allah) yang telah wafat sebagai bentuk penyembahan
kepada selain Allah.
Mereka mendudukan para ahli takwa dan orang-orang sholeh yang dijadikan sarana
(wasilah) dalam bertawasul sebagai berhala yang disembah oleh kaum muslim
Mereka menyamakan kaum muslim yang bertawassul kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam maupun para kekasih Allah (wali Allah) yang telah wafat dengan
orang-orang kafir ketika menyembah berhala yang dianggapnya sebuah perantara
kepada Allah.
Mereka menyamakan argumen kaum jahiliyah ketika diminta berhenti menyembah
berhala, Kami tidak menyembah mereka (berhala-hala), kecuali untuk mendekatkan
diri kami sedekatnya dengan Allah (QS Al-Zumar [39]:3).
Padahal kalau kita cermati perbedaan antara tawassul kaum muslim dan ritual orang
kafir seperti disebutkan dalam ayat tersebut adalah
1. Tawassul kaum muslim semata-mata dalam berdoa kepada Allah dan tidak ada
unsur menyembah kepada yang dijadikan tawassul , sedangkan orang kafir telah
menyembah perantara
2. Tawassul kaum muslim dengan sesuatu yang dicintai Allah sedangkan orang kafir
bertawassul dengan berhala yang sangat dibenci Allah.
Tawassul kaum muslim dengan sesuatu yang dicintai Allah yakni dengan amal
kebaikan berupa bacaan surat, ucapan salam atau pujian bagi ahli kubur maupun
istighatsah dengan menyebut nama para Nabi , para kekasih Allah (Wali Allah) atau
orang-orang sholeh.
Prof. DR. Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani menjelaskan bahwa orang
yang bertawassul dengan siapa pun itu karena ia mencintai orang yang dijadikan

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 13

tawassul tersebut dan meyakini keshalihan, kewalian dan keutamaannya serta


meyakini Allah Subhanahu wa Taala mencintai orang yang dijadikan tawassul
Berikut kutipan penjelasannya
****** awal kutipan *******
Tawassul dengan dzat pada dasarnya adalah tawassulnya seseorang dengan amal
perbuatannya, yang telah disepakati merupakan hal yang diperbolehkan.
Seandainya orang yang menolak tawassul yang keras kepala melihat persoalan
dengan mata hati niscaya persoalan menjadi jelas, keruwetan terurai dan fitnah yang
menjerumuskan mereka yang kemudian memvonis kaum muslimin telah musyrik dan
sesat, pun hilang.
Akan saya jelaskan bagaimana orang yang tawassul dengan orang lain pada dasarnya
adalah bertawassul dengan amal perbuatannya sendiri yang dinisbatkan kepadanya
dan yang termasuk hasil usahanya.
Saya katakan : Ketahuilah bahwa orang yang bertawassul dengan siapa pun itu
karena ia mencintai orang yang dijadikan tawassul tersebut. Karena ia meyakini
keshalihan, kewalian dan keutamaannya, sebagai bentuk prasangka baik
terhadapnya. Atau karena ia meyakini bahwa orang yang dijadikan tawassul itu
mencintai Allah SWT, yang berjihad di jalan Allah. Atau karena ia meyakini bahwa
Allah SWT mencintai orang yang dijadikan tawassul, sebagaimana firman Allah :
atau sifat-sifat di atas seluruhnya berada pada orang yang dijadikan
obyek tawassul.
Jika anda mencermati persoalan ini maka anda akan menemukan bahwa rasa cinta
dan keyakinan tersebut termasuk amal perbuatan orang yang bertawassul. Karena
hal itu adalah keyakinan yang diyakini oleh hatinya, yang dinisbatkan kepada dirinya,
dipertanggungjawabkan olehnya dan akan mendapat pahala karenanya.
Orang yang bertawassul itu seolah-olah berkata, Ya Tuhanku, saya mencintai fulan
dan saya meyakini bahwa ia mencintai-Mu. Ia orang yang ikhlas kepadaMu dan
berjihad di jalanMu. Saya meyakini Engkau mencintainya dan Engkau ridlo
terhadapnya. Maka saya bertawassul kepadaMu dengan rasa cintaku kepadanya dan
dengan keyakinanku padanya, agar Engkau melakukan seperti ini dan itu.
Namun mayoritas kaum muslimin tidak pernah menyatakan ungkapan ini dan merasa
cukup dengan kemaha-tahuan Dzat yang tidak samar baginya hal yang samar, baik di
bumi maupun langit. Dzat yang mengetahui mata yang berkhianat dan isi hati yang
tersimpan.
Orang yang berkata : Ya Allah, saya bertawassul kepada-Mu dengan Nabi-Mu, itu
sama dengan orang yang mengatakan : Ya Allah, saya bertawassul kepada-Mu
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 14

dengan rasa cintaku kepada Nabi-Mu. Karena orang yang pertama tidak akan berkata
demikian kecuali karena rasa cinta dan kepercayaannya kepada Nabi. Seandainya
rasa cinta dan kepercayaan kepada Nabi ini tidak ada maka ia tidak akan bertawassul
dengan Nabi. Demikian pula yang terjadi pada selain Nabi dari para wali.
****** akhir kutipan ******
Salah satu perintah Allah Azza wa Jalla adalah berdoa kepadaNya dengan bertawasul
Firman Allah Taala yang artinya Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan carilah jalan (washilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (QS Al
Maaidah [5]: 35 )
Pada hakikatnya hadiah bacaan Al Fatihah, surat Yasin dan surat lainnya bukanlah
transfer pahala namun bagian dari tawasul dengan amal kebaikan berupa bacaan
surat sebelum doa inti kepada Allah Azza wa Jalla yang kita panjatkan untuk ahli
kubur maupun kepentingan kita sendiri.
Apa yang mereka katakan sebagai penyembahan kepada kuburan atau ahli kubur
adalah umat Islam yang berdoa kepada Allah dengan bertawasul yakni berdoa
kepada Allah diawali dengan permohonan keberkahan (berrabarruk) kepada Allah
dengan hadiah bacaan surat, ucapan salam atau pujian bagi ahli kubur ataupun
istighatsah dengan menyebut para Nabi, para kekasih Allah (wali Allah) atau orangorang sholeh sebelum doa inti kepada Allah Azza wa Jalla yang dipanjatkan untuk ahli
kubur maupun kepentingan sendiri
Pada hakikatnya bertawassul adalah adab dalam berdoa sebelum doa inti yang
dipanjatkan kepada Allah dan sekaligus untuk menyambung tali silaturrahmi dengan
ahli kubur.
Sedangkan berdoa kepada Allah diawali bertawassul dengan para Wali Allah maupun
guru-guru agama kita terdahulu adalah sebagai wujud syukur kita kepada mereka
sehingga agama Islam sampai kepada kita
Tabaruk berasal dari kata al-Barakah. Arti al-Barakah adalah tambahan dan
perkembangan dalam kebaikan / keutamaan (az-Ziyadah Wa an-Nama Fi al-Khair)
atau sesuatu yang mempunyai keutamaan (berkat).
Contoh berdoa kepada Allah untuk kesembuhan, bertawasul dengan bertabarruk
atau berperantara dengan barokah bacaan Al Fatihah
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi; Telah mengabarkan
kepada kami Husyaim dari Abu Bisyr dari Abu Al Mutawakkil dari Abu Said Al Khudri
bahwa beberapa orang sahabat melakukan perjalanan jauh dan berhenti untuk
istirahat pada salah satu perkampungan Arab, lalu mereka minta dijamu oleh
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 15

penduduk kampung itu. Tetapi penduduk enggan menjamu mereka. Penduduk


bertanya kepada para sahabat; Adakah di antara tuan-tuan yang pandai mantera?
Kepala kampung kami digigit serangga. Menjawab seorang sahabat; Ya, ada!
Kemudian dia mendatangi kepala kampung itu dan memanterainya dengan
membaca surat Al Fatihah. Maka kepala kampung itu pun sembuh. Kemudian dia
diberi upah kurang lebih tiga puluh ekor kambing. Tetapi dia enggan menerima
seraya mengatakan; Tunggu! Aku akan menanyakannya lebih dahulu kepada Nabi
shallallahu alaihi wasallam, apakah aku boleh menerimanya. Lalu dia datang kepada
Nabi shallallahu alaihi wasallam menanyakannya hal itu, katanya; Ya, Rasulullah!
Demi Allah, aku telah memanterai seseorang dengan membacakan surat Al Fatihah.
Beliau tersenyum mendengar cerita sahabatnya dan bertanya: Bagaimana engkau
tahu Al Fatihah itu mantera? Kemudian sabda beliau pula: Terimalah pemberian
mereka itu, dan berilah aku bagian bersama-sama denganmu. Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Basysyar dan Abu Bakr bin Nafi keduanya dari Ghundar
Muhammad bin Jafar dari Syubah dari Abu Bisyr melalui jalur ini, dia menyebutkan
di dalam Haditsnya; Kemudian orang itu mulai membacakan Ummul Quran, dan
mengumpulkan ludahnya lalu memuntahkannya, setelah itu orang itu sembuh. (HR
Muslim 4080)
Contoh berdoa kepada Allah meminta kesembuhan, bertawassul dengan bertabarruk
atau berperantara dengan barokah Muawwidzat (surat Al Ikhlas, An Nas dan Al
Falaq)
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf Telah mengabarkan kepada
kami Malik dari Ibnu Syihab dari Urwah dari Aisyah radliallahu anha, bahwasanya;
Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menderita sakit, maka beliau
membacakan Al Muawwidzaat untuk dirinya sendiri, lalu beliau meniupkannya. Dan
ketika sakitnya parah, maka akulah yang membacakannya pada beliau, lalu
mengusapkan dengan menggunakan tangannya guna mengharap keberkahannya.
(HR Bukhari 4629)
Contoh berdoa kepada Allah untuk kesembuhan, bertawasul dengan bertabarruk
atau berperantara dengan ludah sebagian kami yakni ludah hambaNya yang telah
meraih maqom (derajat) disisiNya.
Telah menceritakan kepadaku Shadaqah bin Al Fadl telah mengabarkan kepada kami
Ibnu Uyainah dari Abdurrabbihi bin Said dari Amrah dari Aisyah dia berkata;
Biasanya dalam meruqyah, beliau membaca: BISMILLAHI TURBATU ARDLINA BI
RIIQATI BADLINA YUSYFAA SAQIIMUNA BI IDZNI RABBINA (Dengan nama Allah, Debu
tanah kami dengan ludah sebagian kami semoga sembuh orang yang sakit dari kami
dengan izin Rabb kami (HR Bukhari 5304)
Contoh berdoa kepada Allah untuk kesembuhan, bertawasul dengan bertabarruk
atau berperantara dengan barokah jubah atau gamis
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 16

Firman Allah taala yang artinya,


Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia kewajah
ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya
kepadaku (QS Yusuf [12]:93)
Setelah itu, ia meneruskan ucapannya; Jubah ini dahulu ada pada Aisyah hingga ia
meninggal dunia. Setelah ia meninggal dunia, maka aku pun mengambilnya. Dan
dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sering mengenakannya. Lalu kami pun
mencuci dan membersihkannya untuk orang sakit agar ia lekas sembuh dengan
mengenakannya. (HR Muslim 3855)
Contoh berdoa kepada Allah untuk kesembuhan, bertawasul dengan bertabarruk
atau berperantara dengan barokah menyebut nama orang yang dicintai dari para
kekasih Allah (Wali Allah)
Dari Al Haitsam ibn Khanas, ia berkata, Saya berada bersama Abdullah Ibn Umar.
Lalu kaki Abdullah mengalami kram. Sebutlah orang yang paling kamu cintai !,
saran seorang lelaki kepadanya. Yaa Muhammad, ucap Abdullah. Maka seolah-olah
ia terlepas dari ikatan.
Dari Mujahid, ia berkata, Seorang lelaki yang berada dekat Ibnu Abbas mengalami
kram pada kakinya. Sebutkan nama orang yang paling kamu cintai, kata Ibnu Abbas
kepadanya. Lalu lelaki itu menyebut nama Muhammad dan akhirnya hilanglah rasa
sakit akibat kram pada kakinya.
Begitupula yang sudah kita kenal adalah sunnah Rasulullah bertawasul (beperantara)
sebelum doa inti yang dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla dengan permohonan
keberkahan (bertabarruk) kepada Allah dengan tempat seperti Multazam, Raudah,
Hijr Ismail, Hajar Aswad, Maqom Ibrahim (tempat pijakan Nabi Ibrahim Alaihisalam)
dan lain lain.
Begitupula sunnah Rasulullah agar doa inti yang kita panjatkan kepada Allah lebih
mustajab maka kita disunnahkan diawali bertawasul dengan amal kebaikan berupa
sholawat yakni menghadiahkan doa selamat bagi Rasulullah sebelum doa inti kita
panjatkan kepada Allah Azza wa Jalla
Anas bin Malik r.a meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
bersabda: Tiada doa kecuali terdapat hijab di antaranya dengan di antara langit,
hingga bershalawat atas Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka apabila dibacakan
shalawat Nabi, terbukalah hijab dan diterimalah doa tersebut, namun jika tidak
demikian, kembalilah doa itu kepada pemohonnya.
Contoh sunnah Rasulullah agar doa inti yang kita panjatkan kepada Allah lebih
mustajab maka kita disunnahkan diawali bertawasul dengan amal kebaikan berupa
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 17

memuji Allah Subhanahu wa Taala dan bertawasul dengan amal kebaikan berupa
sholawat (menghadiahkan doa selamat bagi Rasulullah) sebelum doa inti kita
panjatkan kepada Allah Azza wa Jalla
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda Jika salah seorang di antara kalian
berdoa maka hendaknya dia memulainya dengan memuji dan menyanjung Allah,
kemudian dia bershalawat kepada Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, kemudian
setelah itu baru dia berdoa sesukanya. (HR Ahmad, Abu Dawud dan dishahihkan
oleh At Tirmidzi)
Umat Islam setiap hari selalu bertawasul dengan Rasulullah yang sudah wafat dengan
mengucapkan ASSALAAMU ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA
BARAKAATUH,
Sejak dahulu kala, para Sahabat bertawasul dengan penduduk langit yakni para
malaikat dan kaum muslim yang meraih manzilah (maqom/derajat) disisiNya yakni
orang-orang shalih baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup
Pada awalnya para Sahabat bertawasul dengan ucapan
ASSALAAMU ALAA JIBRIIL, ASSSALAAMU ALAA MIKAA`IIL, ASSALAAMU ALAA
FULAAN WA FULAAN
(Semoga keselamatan terlimpah kepada Jibril, Mikail, kepada fulan dan fulan)
Namun kemudian Rasulullah menyederhanakan ucapan tawasulnya dengan ucapan
ASSALAAMU ALAINAA WA ALA IBAADILLAAHISH SHAALIHIIN
(Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih)
Kemudian Rasulullah menjelaskan
Sesungguhnya jika ia mengucapkannya, maka hal itu sudah mencakup seluruh
hamba-hamba yang shalih baik di langit maupun di bumi
Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami
Ayahku telah menceritakan kepada kami Al Amasy dia berkata; telah menceritakan
kepadaku Syaqiq dari Abdullah dia berkata; Ketika kami membaca shalawat di
belakang Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka kami mengucapkan: ASSALAAMU
ALALLAHI QABLA IBAADIHI, ASSALAAMU ALAA JIBRIIL, ASSSALAAMU ALAA
MIKAA`IIL, ASSALAAMU ALAA FULAAN WA FULAAN (Semoga keselamatan
terlimpahkan kepada Allah, semoga keselamatan terlimpah kepada Jibril, Mikail,
kepada fulan dan fulan). Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam selesai
melaksanakan shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda:
Sesungguhnya Allah adalah As salam, apabila salah seorang dari kalian duduk dalam
shalat (tahiyyat), hendaknya mengucapkan; AT-TAHIYYATUT LILLAHI WASHhttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 18

SHALAWAATU WATH-THAYYIBAATU, ASSALAAMU ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA


RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ALAINAA WA ALA
IBAADILLAAHISH SHAALIHIIN, (penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya milik
Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai
Nabi. Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih).
Sesungguhnya jika ia mengucapkannya, maka hal itu sudah mencakup seluruh
hamba-hamba yang shalih baik di langit maupun di bumi, lalu melanjutkan; ASYHADU
ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA
RASUULUH (Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah, dan
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Setelah itu ia boleh memilih doa yang
ia kehendaki. (HR Bukhari 5762)
Oleh karenanya berdoa setelah sholat lebih mustajab karena sholat berisikan pujian
kepada Allah, bertawasul dengan bershalawat kepada Nabi -shallallahu alaihi
wasallam dan tawasul dengan hamba-hamba yang shalih baik di langit maupun di
bumi
Begitupula dalam susunan doa setelah sholat, sebelum doa inti, kita bertawasul
dengan memohonkan ampunan kepada kaum muslim yang telah wafat.
Astaghfirullahalazim li wali waa lidaiya wali jami il muslimina wal muslimat wal
mukminina wal mukminat al ahya immin hum wal amwat
Ampunilah aku ya Allah yang Maha Besar, kedua ibu bapaku, semua muslimin dan
muslimat, mukminin dan mukminat yang masih hidup dan yang telah mati.
Sebaliknya penduduk langit mendoakan penduduk dunia yang menjalin tali
silaturahmi dengan mereka
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Hidupku lebih baik buat kalian dan
matiku lebih baik buat kalian. Kalian bercakap-cakap dan mendengarkan percakapan.
Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku menemukan kebaikan maka
aku memuji Allah. Namun jika menemukan keburukan aku memohonkan ampunan
kepada Allah buat kalian. (Hadits ini diriwayatkan oelh Al Hafidh Ismail al Qaadli
pada Juzu al Shalaati ala al Nabiyi Shallalahu alaihi wasallam. Al Haitsami
menyebutkannya dalam Majmau al Zawaaid dan mengkategorikannya sebagai
hadits shahih)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya perbuatan kalian
diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia.
Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika
selain daripada itu, maka mereka berkata: Ya Allah, janganlah engkau matikan
mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau
memberikan hidayah kepada kami. (HR. Ahmad dalam musnadnya).
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 19

Jadi jelaslah bahwa oleh karena mereka mendalami ilmu agama dan berfatwa secara
otodidak (shahafi) dengan akal pikiran mereka sendiri dan mereka selalu berpegang
pada nash secara dzahir atau pemahaman mereka selalu dengan makna dzahir
sehingga mereka terjerumus menjadi orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah,
penduduk Najed dari bani Tamim yang sombong dan menyalahkan atau bahkan
mengkafirkan muslim lain yang tidak sepaham (sependapat) dengan mereka.
Contohnya mereka yang terjerumus mengikuti orang-orang seperti Dzul
Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim sehingga menjadi sombong dan
durhaka kepada Rasulullah, salah satunya mereka menganggap Rasulullah yang telah
wafat tidak dapat mendengar karena pemahaman mereka selalu dengan makna
dzahir dan mengingkari makna majaz (makna metaforis atau kiasan) sehingga salah
memahami firman Allah yang artinya
dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.
Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat
mendengar (QS Faathir [45]:22)
Para mufassir (ahli tafsir) menyampaikan bahwa kamu sekali-kali tiada sanggup
menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar adalah dalam makna
majaz (kiasan) yang maknanya adalah Rasulullah tidak dapat memberi petunjuk
kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
Kata mendengar di ayat tersebut adalah makna majaz yang artinya menerima
ajakan.
Allah Azza wa Jalla menjadikan orang-orang kafir seperti orang mati yang tak bisa
mengikuti bila ada yang mengajaknya.
Orang yang mati, walaupun bisa mengerti dan memahami maknanya, namun tetap
tak bisa menjawab ucapan dan melaksanakan apa yang diperintahkanNya serta
menjauhi apa yang dilarangNya.
Seperti orang kafir yang dijelaskan dalam firmanNya yang artinya
kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah
menjadikan mereka dapat mendengar. dan Jikalau Allah menjadikan mereka dapat
mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri
(dari apa yang mereka dengar itu). (Q.S Al Anfaal [8] :23)
Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati
itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar
seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang* (Q.S Ar Ruum: [30]: 52)
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 20

Orang-orang kafir itu disamakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan orang-orang mati
yang tidak mungkin lagi mendengar yakni menerima atau mengikuti ajakan.
Begitupula orang-orang kafir itu disamakan dengan orang-orang tuli yang tidak bisa
mendengar (menerima atau mengikuti ajakan) sama sekali apabila mereka sedang
membelakangi kita.
Oleh karenanya jangan sampai pendengaran kita seperti pendengaran orang yang
telah mati atau orang kafir yaitu mendengar dan memahami makna dari ajakan
orang untuk berbuat kebaikan, namun tidak dapat menjawab atau melaksanakan
perintah dan menjauhi laranganNya.
Sedangkan orang-orang yang telah wafat pada kenyataannya dapat mendengar apa
yang orang masih hidup bicarakan dan dapat melihat apa yang dilakukan orang yang
masih hidup namun mereka tidak dapat menjawab atau berkomunikasi secara
langsung.
Dari Tsabit Al Bunani dari Anas bin Malik Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam
meninggalkan jenazah perang Badar tiga kali, setelah itu beliau mendatangi mereka,
beliau berdiri dan memanggil-manggil mereka, beliau bersabda: Hai Abu Jahal bin
Hisyam, hai Umaiyah bin Khalaf, hai Utbah bin Rabiah, hai Syaibah bin Rabiah,
bukankah kalian telah menemukan kebenaran janji Rabb kalian, sesungguhnya aku
telah menemukan kebenaran janji Rabbku yang dijanjikan padaku. Umar mendengar
ucapan nabi Shallallahu alaihi wa Salam, ia berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana
mereka mendengar dan bagaimana mereka menjawab, mereka telah menjadi
bangkai? Beliau bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, kalian tidak
lebih mendengar ucapanku melebihi mereka, hanya saja mereka tidak bisa
menjawab. (HR Muslim 5121)
Rasulullah bersabda, Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan
duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan
menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu. (HR. Ibnu Abu Dunya
dari Aisyah dalam kitab Al-Qubr).
Rasulullah bersabda, Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang
mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu
mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya
itu. (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar
dan At-Tamhid).
Pada suatu waktu Hasan al Qassab dan kawannya datang berziarah ke kuburan
muslimin. Setelah mereka memberi salam kepada ahli kubur dan mendoakannya,
mereka kembali pulang. Di perjalanan ia bertemu dengan salah satu temannya dan
berkata kepada Hasan al-Qassab : Ini hari adalah hari Senin. Coba kamu bersabar,

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 21

karena menurut Salaf bahwa ahli kubur mengetahui kedatangan kita di hari Jumat
dan sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya
al-Imam Sofyan al-Tsauri.rhm telah diberitahukan dari al-Dhohhak bahwa siapa yang
berziarah kuburan pada hari Jumat dan Sabtu sebelum terbit matahari maka ahli
kubur mengetahui kedatangannya. Hal itu karena kebesaran dan kemuliaan hari
Jumat.
Diriwayatkan salah satu dari keluarga Asem al Jahdari pernah bermimpi melihatnya
dan berkata kepadanya : Bukankan kamu telah meninggal dunia? Dan dimana kamu
sekarang? Asem berkata : Saya berada di antara kebun-kebun sorga. Saya
bersama teman-teman saya selalu berkumpul setiap malam Jumat dan pagi hari
Jumat di tempat Abu Bakar bin Abdullah al Muzni. Di sana kita mendapatkan beritaberita tentang kamu di dunia. Kemudian saudaranya yang bermimpi bertanya :
Apakan kalian berkumpul dengan jasad-jasad kalian atau dengan ruh-ruh kalian?
Maka mayyit itu ( Asem al-Jahdari ) berkata : Tidak mungkin kami berkumpul
dengan jasad-jasad kami karena jasad- jasad kami telah usang. Akan tetapi kami
berkumpul dengan ruh-ruh kami .. Kemudian ditanya : Apakah kalian mengetahui
kedatangan kami ? . Maka dijawab : Ya!.. Kami mengetahui kedatangan kamu pada
hari Jumat dan pagi hari Sabtu sampai terbit matahari . Kemudan ditanya :
Kenapa tidak semua hari-hari kamu mengetahui kedatangan kami? . Ia (mayyit) pun
menjawab : Ini adalah dari kebesaran dan keafdholan hari Jumat .
Ibunya Utsman al Tofawi disaat datang sakaratul maut, berwasiat kepada anaknya :
Wahai anakku yang menjadi simpananku di saat datang hajatku kepadamu. Wahai
anakku yang menjadi sandaranku disaat hidupku dan matiku. Wahai anakku
janganlah kamu lupa padaku menziarahiku setelah wafatku. Setelah ibunya
meninggal dunia, ia selalu datang setiap hari Jumat kekuburannya, berdoa dan
beristighfar bagi arwahnya dan bagi arwah semua ahli kubur. Pernah suatu hari
Utsman al Tofawi bermimpi melihat ibunya dan berkata : Wahai anakku
sesunggunya kematian itu suatu bencana yang sangat besar. Akan tetapi,
Alhamdulillah, aku bersyukur kepada-Nya sesungguhnya aku sekarang berada di
Barzakh yang penuh dengan kenikmatan. Aku duduk di tikar permadani yang penuh
dengan dengan sandaran dipan-dipan yang dibuat dari sutera halus dan sutera tebal.
Demikianlah keadaanku sampai datangnya hari kebangkitan..
Utsman al Tofawi bertanya : Ibu!.. Apakah kamu perlu sesuatu dari ku ?
Ibunya pun menjawab : Ya!..Kamu jangan putuskan apa yang kamu telah lakukan
untuk menziarahiku dan berdoa bagiku. Sesungguhnya aku selalu mendapat
kegembiraan dengan kedatanganmu setiap hari Jumat. Jika kamu datang ke
kuburanku semua ahli kubur menyambut kedatanganmu dengan gembira.
al-Fadhel bin Muaffaq disaat ayahnya meninggal dunia, sangat sedih sekali dan
menyesalkan kematiannya. Setelah dikubur, ia selalu menziarahinya hampir setiap
hari. Kemudian setelah itu mulai berkurang dan malas karena kesibukannya. Pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 22

suatu hari dia teringat kepada ayahnya dan segera menziarahinya. Disaat ia duduk
disisi kuburan ayahnya, ia tertidur dan melihat seolah-olah ayahnya bangun kembali
dari kuburan dengan kafannya. Ia menangis saat melihatnya. Ayahnya berkata :
wahai anakku kenapa kamu lalai tidak menziarahiku? Al-Fadhel berkata : Apakah
kamu mengetahui kedatanganku? Ayahnya pun menjawab : Kamu pernah datang
setelah aku dikubur dan aku mendapatkan ketenangan dan sangat gembira dengan
kedatanganmu begitu pula teman-temanku yang di sekitarku sangat gembira dengan
kedatanganmu dan mendapatkan rahmah dengan doa-doamu. Mulai saat itu ia
tidak pernah lepas lagi untuk menziarahi ayahnya
Oleh karenanya bagi umat Islam yang tidak lagi memiliki waktu untuk menziarahi ahli
kubur setiap hari Jumat maka untuk menjaga tali silaturahmi dapat mengirimi
hadiah bacaan setiap malam Jumat.
Jadi mereka yang melarang (mengharamkan) hadiah bacaan Yasin setiap malam
Jumat maka ketika mereka di alam barzakh (alam penantian) yang sangat lebih lama
dari alam dunia dalam kesendirian karena tidak ada yang bersilaturahmi.
Ada dari mereka yang bertanya: Kenapa ziarah maqam Auliya? Sedangkan mereka
tiada memberi kuasa apa-apa dan tempat meminta hanya pada Allah!
Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz menjawab:
Benar wahai saudaraku aku juga sama pegangan denganmu bahwa mereka tiada
mempunyai kekuasaan apa-apa.
Tetapi sedikit perbedaan aku dengan dirimu, karena aku lebih senang menziarahi
mereka karena bagiku mereka tetap hidup dalam membangkitkan jiwa yang mati ini
kepada cinta Tuhan.
Tapi aku juga heran, kenapa engkau tiada melarang aku menziarahi ahli dunia,
mereka juga tiada kuasa apa-apa. Malah mematikan hati. Yang hidupnya mereka
bagiku seperti mayat yang berjalan. Kediaman mereka adalah pusara yang tiada
membangkitkan jiwa pada cinta Tuhan.
Kematian dan kehidupan di sisi Allah adalah jiwa. Banyak mereka yang dilihat hidup
tapi sebenarnya mati, banyak mereka yang dilihat mati tapi sebenarnya hidup,
banyak yang menziarahi pusara terdiri dari orang yang mati sedangkan dalam pusara
itulah orang yang hidup.
Aku lebih senang menziarahi maqam kekasih Allah dan para syuhada walaupun
hanya pusara, tetapi ia mengingatkan aku akan kematian kerena ia mengingatkan
aku bahwa hidup adalah perjuangan. Karena aku dapat melihat jiwa mereka ada
kuasa cinta yang hebat sehingga mereka dicintai oleh Tuhan lantaran kebenarannya
cinta.
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 23

Wahai saudarakuku ziarah maqam auliya, karena pada maqam mereka ada cinta,
lantaran cinta Allah pada mereka seluruh tempat persemadian mereka dicintai Allah.
Cinta tiada mengalami kematian, ia tetap hidup dan terus hidup dan akan melimpah
kepada para pencintanya. Aku berziarah karena sebuah cinta mengambil semangat
mereka agar aku dapat mengikuti mereka dalam mujahadahku, mengangkat tangan
di sisi maqam mereka bukan meminta kuasa dari mereka, akan tetapi memohon
kepada Allah agar aku juga dicintai Allah sebagaimana mereka dicintai Allah.
Berikut ceramah Syaikh KH. Muhyiddin Abdul Qadir al-Manafi yang dikabarkan pada
http://talimulquranalasror.blogspot.com/2014/03/rasulullah-pernah-menyebutbangsa.html
******* awal kutipan *******
Tatkala salah satu guru Prof. DR. al-Muhaddits as-Sayyid Muhammad bin Alawi alMaliki dan Al-Allamah al-Arif billah Syaikh Utsman bersama rombongan ulama
lainnya pergi berziarah ke Makam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tiba-tiba
beliau diberikan kasyaf (tersingkapnya hijab) oleh Allah Subhanahu wa Taala. dapat
berjumpa dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Di belakang Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sangat banyak orang yang
berkerumunan. Ketika ditanya oleh guru as-Sayyid Muhammad al-Maliki itu: Ya
Rasulullah, siapakah orang-orang itu?
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun menjawab: Mereka adalah umatku yang
sangat aku cintai.
Dan diantara sekumpulan orang yang banyak itu ada sebagian kelompok yang sangat
banyak jumlahnya. Lalu guru as-Sayyid Muhammad al-Maliki bertanya lagi: Ya
Rasulullah, siapakah mereka yang berkelompok sangat banyak itu?
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kemudian menjawab: Mereka adalah bangsa
Indonesia yang sangat banyak mencintaiku dan aku mencintai mereka.
Akhirnya, guru as-Sayyid Muhammad al-Maliki itu menangis terharu dan terkejut.
Lalu beliau keluar dan bertanya kepada jamaah: Mana orang Indonesia? Aku sangat
cinta kepada Indonesia.
****** akhir kutipan ******
Bangsa Indonesia yang dikenal dan dicintai oleh Rasulullah adalah bagi mereka yang
mencintai Rasulullah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Demi Allah, salah seorang dari
kalian tidak akan dianggap beriman hingga diriku lebih dia cintai dari pada orang tua,

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 24

anaknya dan seluruh manusia. (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari
[I/58] no: 15, dan Muslim dalam Shahih-nya [I/67 no: 69])
Rasulullah mencintai bangsa Indonesia yang suka membaca surat Yasin untuk
menyambung tali silaturahmi dengan Beliau karena Yasin adalah nama panggilan
kesayangan Allah pada kekasihNya
Surah Yasin adalah surah yang menempati urutan ke 36 dalam mushaf Al-Quran.
Nama ini diambil dari ayat permulaan surah ini yang terdiri dari huruf singkatan
(muqaththaah) ya dan sin.
Ya adalah huruf untuk memanggil (nidaa) artinya wahai dan sin adalah singkatan dari
kata insan artinya manusia, maksudnya adalah manusia sempurna.
Manusia sempurna yang dituju oleh huruf muqaththaah ini adalah Sayyidina Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam karena beliaulah seorang nabi yang telah
menerirma wahyu Al-Quran, kitab suci Allah yang sempurna, sehingga seluruh
kehidupan beliau berada di atas jalan yang lurus benar.
Rasulullah mencintai bangsa Indonesia yang sering memanggil-memangil Beliau
dengan nama panggilan kesayangan Allah sebagaimana contoh yang terkandung
dalam sholawat Badar
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/02/sholawat-badar/ ulama keturunan
cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Kyai Ali Manshur, cucu Kyai Haji
Muhammad Shiddiq , anak saudara / keponakan dari Kiyai Ahmad Qusyairi bin
Shiddiq bin Abdullah bin Saleh bin Asy`ari bin Muhammad Adzro`i bin Yusuf bin
Sayyid Abdur Rahman (Mbah Sambu) bin Sayyid Muhammad Hasyim bin Sayyid
Abdur Rahman BaSyaiban bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Umar bin Sayyid
Muhammad bin Sayyid Ahmad bin Sayyid Abu Bakar BaSyaiban bin Sayyid
Muhammad AsadUllah bin Sayyid Hasan at-Turabi bin Sayyid Ali bin al-Faqih alMuqaddam Muhammad Ba Alawi al-Husaini menuliskan sholawat badar yang
memuat salah satu nama panggilan kesayangan Allah Taala kepada Sayyidina
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Shalatullah salamullah, ala Thaha Rasulillah
Shalatullah salamullah, ala Yasin Habibillah
Semoga shalawat dan salam selalu kepada Thaaha, Rasulullah
Semoga shalawat dan salam selalu kepada Yasin, Rasulullah
(Thaha dan Yaasiin adalah panggilan / gelar untuk Rasulullah)
Bangsa Indonesia karena gemar bersholawat , tidak sebatas sholawat ketika sholat
saja sehingga dikenal dan dicintai oleh Rasulullah
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 25

Cara mendekati Rasulullah adalah dengan sering mendatangi Beliau, salah satunya
dengan sering bertawasul dengannya yakni bersholawat kepadanya.
Al Habib Umar bin Hafidz menasehatkan bahwa tanda kerinduan kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang sungguh-sungguh di dalam diri seseorang akan
menjadikannya benar-benar mengikuti Rasulullah dan banyak bersholawat padanya
Dari Ibnu Masud ra. bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
Orang yang paling dekat denganku nanti pada hari kiamat, adalah mereka yang
paling banyak membaca shalawat untukku (HR. Turmudzi)
Hujjatul Islam Al Ghazali meriwayatkan
***** awal kutipan *****
Ada seorang laki-laki yang lupa membaca shalawat kepada Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam. Lalu pada suatu malam ia bermimpi melihat Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam tidak mau menoleh kepadanya, dia bertanya, Ya Rasulullah, apakah
engkau marah kepadaku? Beliau menjawab, Tidak. Dia bertanya lagi, Lalu sebab
apakah engkau tidak memandang kepadaku? Beliau menjawab, Karena aku tidak
mengenalmu. Laki-laki itu bertanya, Bagaimana engkau tidak mengenaliku, sedang
aku adalah salah satu dari umatmu? Para ulama meriwayatkan bahwa sesungguhnya
engkau lebih mengenali umatmu dibanding seorang ibu mengenali anaknya?
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjawab, Mereka benar, tetapi engkau tidak
pernah mengingat aku dengan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah
menurut kadar bacaan shalawat mereka kepadaku.
Terbangunlah laki-laki itu dan mengharuskan dirinya untuk bershalawat kepada
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, setiap hari 100 kali. Dia selalu melakukan itu,
hingga dia melihat Rasululah Shallallahu alaihi wasallam lagi dalam mimpinya. Dalam
mimpinya tersebut Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sekarang aku
mengenalmu dan akan memberi syafaat kepadamu. Yakni karena orang tersebut
telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan
memperbanyak shalawat kepada beliau
***** akhir kutipan *****
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/09/berguru-dengan-otodidak/

Page 26

Anda mungkin juga menyukai