Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN Latar Belakang Perpindahan panas adalah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya

perbedaan suhu di antara benda atau material. Dari Thermodinamika telah diketahui bahwa energi yang pindah itu dinamakan kalor atau panas. Ilmu perpindahan kalor tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari benda satu ke benda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisikondisi tertentu. Apa yang ada pada perpindahan panas tidak dapat diukur atau diamati secara langsung, tetapi pengaruhnya dapat diamati dan diukur. (J.P. Holman ,1991) Perhitungan perpindahan panas pada sebuah benda dapat dilakukan dengan banyak metode salah satunya yaitu metode analisis numerik dimana sebuah benda dimensi yang dibagi atas sejumlah jenjang tambahan kecil yang sama (equal increment) pada arah x dan arah y, sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Titik node diberi diberi tanda seperti pada gambar itu, lokasi m menunjukkan tambahan pada arah x, dan lokasi n tambahan pada arah y. Dalam penyelesaiannya dapat digunakan beda-beda berhingga untuk mendekati tambahan deferensial pada koordinat ruang dan suhu. Makin kecil tambahan berhingga yang kita gunakan, makin baik baik pula pendekatan terhadap distribusi suhu sebenarnya.
m-1, n m, n

m, n+1 y

m+1, n

y m, n-1 x x

Gambar 1. analisis numerik kondusi kalor dua-dimensi Penelitian tentang pengaruh posisi pipa segi empat dalam aliran fluida terhadap perpindahan panas. Menyimpulkan posisi pipa segi empat terhadap aliran mempunyai pengaruh terhadap perpindahan panasnya. Posisi pipa dengan salah satu sudut segi empatnya diarahkan ke datangnya aliran mempunyai perpindahan panas lebih baik dibandingkan dengan pipa yang mana salah satu didingnya dipasang tegak lurus dengan aliran Variasi kedua sudut diding segi empat dengan lebar dinding yang sama mempengaruhi besar perpindahan panasnya, semakin naik sudutnya maka semakin naik linier perpindahan panasnya dan sebaliknya. Setiap perubahan sudut kemiringan 150 maka perubahan perpindahan panas sekitar 1,5%. Batasan yang dapat direalisasikan sebaiknya untuk pipa segi empat dengan geometri 450600. (Kaprawi, 2000) Penelitian tentang komputasi perpin dahan panas konduksi dua dimensi untuk konveksi dan radiasi thermal menyimpulkan bahwa Metode komputasi volume hingga (Finite Elemen) merupakan metode kom putasi yang tangguh untuk menyelesaikan persoalan-persoalan perpindahan panas transient baik satu dimensi, dua dimensi bahkan tiga dimensi. Pada kasus-kasus tertentu dengan bentuk geometri yang

bagaimanapun, metode tangguh.

ini

tetap lebih

Pada kasus-kasus yang melibatkan kondisi-kondisi batas radiasi termal atau kombinasi konveksi dan radiasi termal, maka pemilihan metode linierisasi suku sumber pada persamaan aljabar kondisi batas sangat menentukan realitas dari hasil simulasi. Dalam hal ini, metode linierisasi atau metode quesi-linierisasi merupakan metode yang direkomendasikan untuk digunakan, karena menghasilkan profil temperatur lebih realistis. (L. Buchori, dkk 2000) Perumusan Masalah Memperhatikan penelitian tentang komputasi perpindahan panas konduksi dua dimensi untuk konveksi dan radiasi termal yang telah dibuat oleh L. Buchori maka rumusan masalah ini adalah apakah software Ansys 11 sp 1 mampu untuk menyelesaikan permasalahan perpindahan panas dan membandingkan hasilnya dengan hasil perhitungan analisis numerik. Batasan Masalah Untuk menghindari melebarnya masalah, maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut yaitu : 1. Eksperimen dibatasi hanya untuk mengetahui karakteristik pendistribu sian panas pada retangular duct 2. Nilai perpindahan kalor yang dicari adalah kalor pada setiap node pada retangular duct. 3. Hasil analisis menggunakan software Ansys 11 sp1 yang kemudian hasilnya akan divalidasi dengan perhitungan metode analisis numerik.

4. Benda yang akan diuji adalah retangular duct yang ditanam di dalam tanah. 5. Analisis dilakukan pada retangular duct secara dua dimensi. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa perhitungan nilai kalor pada node-node sebuah retangular duct baik dihitung secara komputasi atau secara perhitungan matema tis adalah mempunyai hasil yang sama, sehingga software ansys 11 sp1 dapat digunakan untuk melakukan analisis perpindahan panas dengan hasil yang sama dengan perhitungan matematis. Metodologi Penelitian Metode penelitian dapat diungkap kan dengan bentuk flocart sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Alir

Teori Dasar Perpindahan Kalor Proses perpindahan kalor adalah proses pemindahan energi/transport energi pada suhu yang tinggi kesuhu yang rendah atau dari temperatur benda yang satu ke benda yang lain. Perpindahan kalor dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: 1. Perpindahan kalor secaraKonduksi atau hantaran (conduction) 2. Perpindahan kalor secara radiasi atau pancaran (radiation) 3. Perpindahan kalor secara konveksi atau lilian (convection) Energi yang berpindah secara konduk si atau hantaran, laju perpindahan berban ding dengan gradient suhu normal, sesuai dengan hokum Fourier: .......................(1) Jika dimasukkan konstata proporsionalitas (Proportionalitas Constan) atau tetapan kesebandingan, maka: ..(2) Dimana: Q = laju perpindahan kalor (Kj) K = konduktifitas thermal (W/moc) = gradient suhu A = luas permukaan (m2)

Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila bendabenda itu terpisah di dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara bendabenda tersebut. (3) Dimana : Q = laju perpindahan kalor (Kj) =konstanta proporsionalitas dan disebut konstanta Stefan-Bolzmann dengan nilai 5,669 x 10-8 W/m2.K4. A = luas permukaan (m2) T = temperatur (0C) Persamaan diatas untuk radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam,sedangkan untuk memperhitungkan sifat kelabu maka ditambahkan emisivitas (4) Dimana: Q = laju perpindahan kalor (Kj) F = fungsi emisitas FG = fungsi geometric A = luas permukaan (m2) T = temperatur (0C) Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas. Sebuah plat panas seperti pada Gambar 3. Suhu plat ialah T, dan suhu fluida T. (5)

Dimana qc = A = laju perpindahan panas dengan cara konveksi, Btu/h luas perpindahan panas, ft2 beda antara suhu permukaan T2 dan suhu fluida T di lokasi yang ditentukan (biasanya jauh dari permukaan), F permukaan perpindahan panas atau koefisien perpindahan panas konveksi, Btu/h ft2 F.

Metode Numerik Metode numerik merupakan suatu metode analisis secara matematis berupa sistem persamaan aljabar simultan untuk menyelesaikan masalah keakuratan perhitungan. Sebuah benda yang dibagi atas sejumlah jenjang tambahan kecil yang sama (equal increment) pada arah x dan arah y, sebagaimana terlihat pada Gambar. 3
m, n+1

T =

c =

m-1, n

y m, n m+1, n

Konduksi Keadaan Tunak-satu dimensi Jika sebuah benda padat tiba-tiba mengalami perubahan lingkungan, maka diperlukan beberapa waktu sebelum suhu benda itu berada kembali pada keadaan seimbang. Keadaan seimbang ini yang disebut keadaan tunak (steady state) Hukum fourier (6) Dimana: Q = laju perpindahan kalor (Kj) K = konduktifitas thermal (W/moc) x = tebal dinding (m) T1 dan T2 adalah suhu muka dinding (0C) Konduksi Keadaan Tunak-dua dimensi Untuk keadaan persamaan laplace tunak berlaku
y m, n-1

Gambar.3 Bagan yang menunjukkan nomen klataur yang digunakan dalam analisis numeric konduksi duadimensi Lokasi m menunjukkan tambahan pada arah x, dan lokasi n tambahan pada arah y. jika ingin menentukan suhu pada setiap node dapat menggunakan persamaan dibawah ini sebagai kondisi yang menentukan. Kita menggunakan beda-beda berhingga untuk mendekati tambahan deferensial pada koordinat ruang dan suhu. Makin kedil tambahan berhingga yang kita gunakan, makin baik pula pendekatan kita terhadap distribusi suhu sebenarnya. Gradien atau landaian suhu (temperature gradient) dapat dituliskan sebagai berikut:

.(7)

] ] ] ]
] ]

simpul pada sisinya, dan ada pula yang hanya pada ujungnya.

Gambar 4. (a) Struktur bidang dengan bentuk sembarangan. (b) Model elemen hingga yang mungkin pada struktur tersebut[4] beda berhingga Ada beberapa berbagai kemungkinan untuk melukiskan posisi dan bentuk menyangkut kendali volume berkenaan dengan grid. Dua pendekatan dasar yang dapat dibedakan (J. Blazek, 2001): Skema Cell-centred (lihat gambar 6.a), di sini jumlah arus berada pada pusat luasan grid. Volume kendali adalah grid itu sendiri. Skema Cell-Vertex (lihat gambar 6.b), di sini variabel arus berada pada titik grid.

Sehingga menjadi:

aproksimasi

0 Jika x = y, maka

Metode Elemen Hingga Metode elemen hingga adalah prosedur numerik untuk memecahkan masalah mekanika kontinum dengan ketelitian yang dapat diterima oleh rekayasawan. Pada Gambar. diperlihatkan model elemen hingga. Titik-titik hitam adalah titik simpul (node) dimanaelemen yang berhubungan dengan lainnya. Suatu jaring (mesh) adalah susunan titik simpul dan elemen. Bentuk jaring pada gambar tersebut terdiri atas elemen segitiga dan kuadrilateral, ada yang mempunyai titik

Gambar 5. skema dua buah control volume (a) cell-centred dan (b) cell-vertex

Metode Penelitian Bentuk rectangular yang akan dianalisis

Y2: 3.25. hasil rectangular duct (gambar 7.)


25 5 14 6.5 AREA 1 AREA 2

17.5

Gambar 6. Rectangular duct Dengan spesifikasi: Tebal Rectangular Duct : 50 mm Panjang Rectangular Duct : 1500 mm Lebar Rectangular Duct : 750 mm Jarak Duct dengan permuk tanah : 500 mm Kondutivitas Thermal duct : 0,2W/mK Koefisien perpindahan panas fluida : 400 W/m2K Suhu fluida yang mengalir dalam Duct : 358 K Suhu udara luar (T) : 30 oC (303 K) Koefisien perpindahan panas udara lua : 10 W/m2K Suhu dalam tanah (Tg) : 20 oC (293 K) Koduktivitas Thermal tanah k : 0.8W/mK Analisis dengan software 1. Preprocessing Terdiri dari: Penentuan element tipe dilanjutkan dengan pendefinisian material dengan memasukkan nilai koduktivitas thermal Pembuatan rectangular duct dengan koordinat X1:-12.5, X2: 12.5, Y1: -8,75, Y2: 8.75 untuk dimensi tanah dan X1:7.5, X2: 7.5, Y1: -3.75, Y2: 3.75 untuk sisi luar dari rectangular duct untuk bagian dalam, X1:-7, X2: 7, Y1: -3.25,

Gambar 7. Rectangular Duct Keterangan Area 1 merupakan tanah Area 2 merupakan duct Selanjutnya proses meshing dimana size element yang digunakan adalah 0,25 maksudnya element berukuran 0.25x0.25.

Gambar 8. Meshing 2. Solution Terdiri dari: Pemasukkan koefisien perpindahan pa nas dan mulai proses running 3. Postprocessing Untuk mengetahui suhu dari tiap nodal hasil dari perhitungan simulasi adalah

Gambar 9. Countour plot Analisis Dengan Metode Numerik Untuk metode numerik diambil seperempat bagian dari duct dengan 82 node, pembagian node terdapat pada gambar 10.

Gambar 10. Pembagian node Dari gambar diatas dapat dicari persamaan liniernya: Persamaan untuk node 1 sampai 28, dan 30, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77, 79 adalah Tm+1,n + Tm-1,n + Tm,n+1 + Tm,n-1 4Tm,n = 0 Dan persamaannya node 1. 293 + 293 + T2 + T30 4T1 = 0 node 2. T1 + 293 + T3 +T31 4T2 = 0 node 3. T2 + 293 + T3 + T32 -4T3 = 0 node 4. T3 + 293 + T5 + T33 4T4 = 0 node 5. T4 + 293 + T6 + T34 - 4T5 = 0

node 6. T5 + 293 + T7 + T35 - 4T6 = 0 node 7. T6 + 293 + T8 + T36 - 4T7 = 0 node 8. T7 + 293 + T9 + T37 - 4T8 = 0 node 9. T8 + 293 + T10 + T38 - 4T9 = 0 node 10. T9 + 293 + T11 + T39 - 4T10 = 0 node 11. T10 + 293 + T12 + T40 - 4T11 = 0 node 12. T11 + 293 + T13 + T41 - 4T12 = 0 node 13. T12 + 293 + T14 + T42 - 4T13 = 0 node 14. T13 + 293 + T15 + T43 - 4T14 = 0 node 15. T14 + 293 + T16 + T44 - 4T15 = 0 node 16. T15 + 293 + T17 + T45 - 4T16 = 0 node 17. T16 + 293 + T18 + T46 - 4T17 = 0 node 18. T17 + 293 + T19 + T47 - 4T18 = 0 node 19. T18 + 293 + T20 + T48 - 4T19 = 0 node 20. T19 + 293 + T21 + T49 - 4T20 = 0 node 21. T20 + 293 + T22 + T50 - 4T21 = 0 node 22. T21 + 293 + T23 + T51 - 4T22 = 0 node 23. T22 + 293 + T24 + T52 - 4T23 = 0 node 24. T23 + 293 + T25 + T53 - 4T24 = 0 node 25. T24 + 293 + T26 + T53 - 4T25 = 0 node 26. T25 + 293 + T27 + T54 - 4T26 = 0 node 27. T26 + 293 + T28 + T55 - 4T27 = 0 node 28. T27 + 293 + T29 + T56 - 4T28 = 0 node 30. 293 + T1 + T31 + T59 - 4T30 = 0 node 59. 293 + T30 + T60 + T61 - 4T59 = 0 node 61. 293 + T59 + T62 + T63 - 4T61 = 0 node 63. 293 + T61 + T64 + T65 - 4T63 = 0 node 65. 293 + T63 + T66 + T67 - 4T65 = 0 node 67. 293 + T65 + T68 + T69 - 4T67 = 0 node 69. 293 + T67 + T72 + T73 - 4T69 = 0 node 71. 293 + T69 + T72 + T73 - 4T71 = 0 node 73. 293 + T71 + T74 + T75 - 4T73 = 0 node 75. 293 + T73 + T76 + T77 - 4T75 = 0 node 77. 293 + T75 + T78 + T79 - 4T77 = 0 node 79. 293 + T77 + T80 + T81 - 4T79 = 0 persamaan untuk node 31

Dan persamaannya node 31. 35800 + 2T30 + 2T2 + T32 + T60 106 T31 = 0 persamaan linier untuk node 32 sampai 57 dan 60, 62, 64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80

Dan persamaannya node 32. 35800 + 104T32 = 0 node 33. 35800 + 104T33 = 0 node 34. 35800 + 104T34 = 0 node 35. 35800 + 104T35 = 0 node 36. 35800 + 104T36 = 0 node 37. 35800 + 104T37 = 0 node 38. 35800 + 104T38 = 0 node 39. 35800 + 104T39 = 0 node 40. 35800 + 104T40 = 0 node 41. 35800 + 104T41 = 0 node 42. 35800 + 104T42 = 0 node 43. 35800 + 104T43 = 0 node 44. 35800 + 104T44 = 0 node 45. 35800 + 104T45 = 0 node 46. 35800 + 104T46 = 0

2T2 + T31 + T33 2T3 + T32 + T34 2T4 + T33 + T35 2T5 + T34 + T36 2T6 + T35 + T37 2T7 + T36 + T38 2T8 + T37 + T39 2T9 + T38 + T40 2T10 + T39 + T41 2T11 + T40 + T42 2T12 + T41 + T43 2T13 + T42 + T44 2T14 + T43 + T45 2T15 + T44 + T46 2T16 + T45 + T47

node 47. 35800 104T47 = 0 node 48. 35800 104T48 = 0 node 49. 35800 104T49 = 0 node 50. 35800 104T50 = 0 node 51. 35800 104T51 = 0 node 52. 35800 104T52 = 0 node 53. 35800 104T53 = 0 node 54. 35800 104T54 = 0 node 55. 35800 104T55 = 0 node 56. 35800 104T56 = 0 node 57. 35800 104T67 = 0 node 60. 35800 104T60 = 0 node 62. 35800 104T62 = 0 node 64. 35800 104T64 = 0 node 66. 35800 104T66 = 0 node 68. 35800 104T68 = 0 node 70. 35800 104T70 = 0 node 72. 35800 104T72 = 0 node 74. 35800 104T74 = 0 node 76. 35800 104T76 = 0

+ 2T17 + T46 + T48 + 2T18 + T47 + T49 + 2T19 + T48 + T50 + 2T20 + T49 + T51 + 2T21 + T50 + T52 + 2T22 + T51 + T53 + 2T23 + T52 + T54 + 2T24 + T53 + T55 + 2T25 + T54 + T56 + 2T26 + T54 + T57 + 2T27 + T55 + T58 + 2T59 + T31 + T62 + 2T61 + T60 + T64 + 2T63 + T62 + T66 + 2T65 + T64 + T68 + 2T67 + T66 + T70 + 2T69 + T68 + T72 + 2T71 + T70 + T75 + 2T73 + T72 + T76 + 2T75 + T74 + T78

node 78. 35800 + 2T77 + T76 + T80 104T78 = 0 node 80. 35800 + 2T79 + T78 + T82 104T80 = 0 persamaan linier untuk node 29 dan 81 Tm,n+1 + Tm,n-1 + 2Tm-1,n 4Tm,n Dan persamaannya node 29. 2T28 + 293 + T58 4T29 = 0 node 81. 293 + 2T79 + T82 4T81 = 0 persamaan linier untuk node 58 dan 82 ( ) Gambar 12. Distribusi temperature pada sudut rectangular duct Dari hasil gradasi warna mampu diketahui nilai temperature tertinggi adalah pada plat yang bersentuhan langsung dengan fluida panas yaitu suhu tertinggi mencapai 357.940 K yang disimbolkan dengan warna merah dan temperatur terendah adalah bagian duct yang bersentuhan langsung dengan tanah, nilai yang ditunjukkan 2930K yang disimbolkan dengan warna biru tua. Dari hasil simulasi diketahui suhu yang terdapat pada tiap node adalah: Tabel 1. Suhu tiap node hasil simulasi

Dan persamaannya node 58. 17900 + T29 + T57 52 T58 = 0 node 82. 17900 + T80 + T81 -52 T82 = 0 penyelesain persamaan linier diatas menggunakan bantuan software Macro Addin Matrix dengan metode eliminasi Gaussjordan. HASIL dan PEMBAHASAN Hasil analisa simulasi

Gambar 11. Gradasi warna perpindahan panas

Hasil yang didapat Table 2. suhu tiap node hasil analisa metode numerik

Hasil Analisa Metode Numerik

Gambar 11. Penentuan node pada analisis metode numerik

mendekati benar serta meminimalisasi kesalahan dalam perhitungan. SARAN 1. Perlu dilakukan perbandingan dengan metode analisa lain untuk mendapatkan nilai perpindahan kalor yang lenih mendekati benar. 2. Dalam perhitungan analisis numerik diperlukan ketelitian khususnya pada perhitungan sistem persamaan liniernya. 3. Dalam perhitungan analisis dengan Software perlu ketelitian pada pemasukan data boundary condition karena kesalahan dalam pemasukan data akan sangat mempengaruhi hasil analisis. 4. Sebagai bahan perbandingan sebaiknya diambil dari teori-terori atau hasil eksperimen yang yang aktual dan terkini yang terdapat dalam jurnal ataupun referensi lain. 5. Untuk menghasilkan penulisan yang bermutu dianjurkan dalam suatu penelitian harus didasari pemahaman teori yang matang dan apabila dalam penelitian menggunakan bantuan sebuah program maka perlu adanya kemampuan dalam aplikasi program tersebut.

Dari kedua tabel tersebut dapat dibuat grafik Grafik perbandingan hasil analisa simulasi dan analisa metode numerik.

Gambar 12. Grafik perbandingan hasil anali sa simulasi dan analisa metode numerik

KESIMPULAN 1. Bahwa penyelesaian soal perpindahan panas dengan bantuan software Ansys 11 sp1 mempunyai hasil yang akurat hal itu dibuktikan dengan perbandingan antara perhitungan komputasi dengan perhitungan analisis numerik mempunyai hasil yang relatif sama. 2. Hasil dari analisis baik dengan simulasi atau dengan analisis numerik akan mempunyai ketelitian yang tinggi apabila nilai x dan y semakin kecil. 3. Bahwa penelitian dengan software mampu mempersingkat waktu dan mampu memperoleh hasil yang

PERSANTUNAN Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing tugas akhir, seluruh dosen teknik mesin UMS dan para pengabdi ilmu yang telah memberikan persembahan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai