Anda di halaman 1dari 3

Critical Review: Why Some Countries Go Bust Mata Kuliah Keterampilan Akademik Ayu Wima Fadilah (B.HI.

2) / 115120400111014

Saat membaca judul bahan bacaan kuis, saya menerka bacaan ini berisi tentang pertumbuhan suatu negara, karena kata Bust dalam judul Why Some Countries Go Bust jika dipakai dalam era saat ini, akan lebih mengarah kepada kebangkrutan atau ketidakmampuan suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Bukan kehancuran secara fisik negara tersebut. Lebih jauh, tulisan Adam Davidson ini berisi tentang review dari buku karya Daren Acemoglu dan James Robinson Why Nation Fail yang menjawab pertanyaan: mengapa ada negara kaya dan ada negara miskin? Dalam bukunya, Acemoglu dan Robinson berargumen bahwa kekayaan suatu negara berhubungan dengan seberapa meratanya pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dirasakan oleh warganya. Ide ini bermula dari Adam Smith, yang tidak dihiaraukan oleh para ekonom karena para ekonom menjadi lebih fokus pada model teori ekonomi ideal. Acemoglu memberikan bukti Cina pada tahun 1978, ketika mereka memperbolehkan para petani untuk mengambil untung dari kelebihan hasil produksi mereka. Hal ini dinilai menjadi salah satu faktor pemicu tumbuhnya ekonom Cina sampai saat ini. Acemoglu juga menyatakan jika pemerintah mengahalangi kaum kecil untuk mengambil keuntungan dari hasil kerjanya, maka pemberantasan penyakit, nasihat ekonomi bahkan bantuan luar sekalipun tidak akan sanggup membantu. Davidson lalu membuktikan pernyataan Acemoglu ini dengan mengamati petani mangga di Haiti. Setiap petani hanya memiliki 2-3 pohon mangga meski tanah yang ada terbentang luas sepanjang sungai yang mampu mengairi lahan tersebut dan memungkinkan untuk ratusan pohon mangga ditanam. Para petani tersebut menyadari hal tersebut. Namun mereka mengungkapkan, tidak ada satupun dari mereka yang tahu pasti siapa pemilik dari tanah tersebut. Jika para petani benar benar menanam banyak, mereka menakutkan akan terjadi perampasan dengan munculnya sosok elit yang mengaku memiliki tanah tersebut.

Sampai pada bagian tersebut, saya sendiri masih belum benar-benar paham mengenai konsep kekayaan negara menurut Acemoglu, pun dengan observasi yang dilakukan Davidson. Tetapi saya setuju dengan argumen Acemoglu mengenai pemerataan pertumbuhan ekonomi suatu negara yang akan berimplikasi pada kekayaan suatu negara. Indonesia sendiri, yang pertumbuhan ekonominya relatif stabil, distribusi hasil pertumbuhan ekonominya dirasa kurang merata. Semakin saya membaca tulisan ini, semakin saya merasa bahwa sudut pandang yang digunakan Acemoglu adalah sudut pandang liberal. Awalnya saya tidak paham sama sekali dengan konsep mengambil untung dari kelebihan produksi. Namun saat ini saya memahaminya dengan simplifikasi privatisasi dari tangan tangan pemerintah, yang berarti para pedagang sendiri yang mengatur harga dari kelebihan produksinya. Davidson menilai Acemoglu dan Robinson tidaklah membenarkan bahwa insentif akan menyelesaikan semuanya, bukan juga mengamini gagasan mengenai campur tangan politik dalam pertumbuhan ekonomi. Bagaimanapun, Acemoglu dan Robinson telah memberikan kontribusi dengan studi historis yang membuktikan bahwa slogan lama ternyata benar adanya: nilai yang paling berharga yang dimiliki suatu bangsa adalah rakyatnya. Jika badan pemerintah memberikan kesempatan bahkan bagi warga termiskinnya untuk memberdayakan dirinya melalui hak kepemilikan, sistem peradilan yang baik, dan akses ke pasar maka warganya pun akan melakukan apa saja untuk memperkaya dirinya dan negerinya. Setelah membaca bagian diatas, saya merasa ada banyak kemiripan penilaian Davidson tersebut dengan prinsip PNPM Mandiri yang saat ini menjadi agenda pemerintah Indonesia yang bertujuan memberdayakan warga kurang mampu melalui pinjaman untuk usaha. Namun apakah PNPM Mandiri ini akan bermuara pada peningkatan kekayaan Indonesia? ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar tentunya, namun selama kita optimis bukan tidak mungkin kesejahteraan akan meningkat. Selanjutnya dari bacaan ini mengenai bagian lain dari buku Why Nation Fail yang berisi efek dari perubahan sistem ekonomi dan politik dari masa ke masa yang dihubungkan dengan keadaan Amerika Serikat saat ini. Acemoglu dan Robinson ada di pihak yang pesimis terhadap kebangkitan Amerika Serikat, walaupun begitu Acemoglu cukup semangat dengan naiknya kaum Tea Party yang menolak pajak secara berlebihan. Selama warga Amerika merasa mampu mempengaruhi jalannya proses politik di negara tersebut, maka segala

kemungkinan masih ada. Sebaliknya, Amerika Serikat benar-benar dalam masalah ketika warganya diam dalam dendam terhadap segala kebijakan ekonomi yang diambil. Hal ini menerangkan kembali tentang people power. Dan membenarkan tentang slogan lama yang telah disebutkan sebelumnya. Secara keseluruhan saya amat setuju dengan pendapat Acemoglu dan Davidson mengenai betapa berharganya warga bagi bangsanya. Tetapi, saya mendapati diri saya masih belum benar benar memahami bacaan ini, sehingga analisis yang ada tidaklah tajam, karena kemampuan membaca saya yang masih surface reading. Yang bisa saya kritisi daari bacaan ini ialah, teori pemberian hak milik (atau PNPM Mandiri) tidaklah selalu efektif, karena bergantung lagi kepada masing-masing warganya. Bisa saja bantuan tersebut disalahgunakan oleh yang menerima Yang bisa pemerintah lakukan adalah memberikan akses yang adil bagi seluruh rakyatnya, dan memberikan kesadaran bahwa yang mampu membuat maju dan memperkaya suatu negara adalah rakyatnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai