Anda di halaman 1dari 9

[previous][daftar isi buku]

BAB 8 Luas Dan Volume


Kemajuan dalam teknologi perangkat keras dan lunak komputer saat ini menjadikan media dijital (soft copy) sebagai media pilihan untuk penggambaran dan pemetaan. Bila gambar dan peta tersimpan dan tersajikan secara dijital menggunakan paket-paket program terapan kelompok CAD (computer aided drafting/design) ataupun GIS (geographical information systems), maka hitungan panjang, luas dan volume dari suatu gambar ataupun peta bisa diperoleh dengan mudah menggunakan program-program yang disediakan. Gambar yang akan dihitung luasnya bisa berupa gambar potongan, gambar kawasan yang dibatasi oleh poligon atau kawasan yang dibatasi oleh garis kontur. Bila penyimpanan dan penyajian menggunakan media konvensional maka bisa dilakukan hitungan luas cara numeris, grafis, mekanikal-grafis, mekanikal-grafis-dijital. Hitungan luas cara grafis sangat dipengaruhi oleh kestabilan media dan ketelitian gambar. Untuk pemakaian praktis sekarang ini dianjurkan hitungan panjang, luas dan volume dilakukan secara numeris menggunakan kalkulator berprogram ataupun komputer berprogram.

8.1 Luas
8.1.1 Bentuk dasar beraturan
Persegi empat Bila panjang persegi empat P dan lebar L, maka luasnya LPE= P x L. Segitiga Bila panjang satu sisi b dan tinggi segitiga pada sisi itu = h, maka luas segitiga LST = 1/2 bh Bila sudut a diketahui dan sisi pengapitnya b dan c diketahui, maka luas segitiga LST = 1/2 bc sin a Bila ketiga sisi segitiga masing-masing a, b dan c diketahui, maka luas segitiga LST = (s(s - a)(s - b)(s - c))1/2 dengan s = 1/2(a + b + c). Trapesium Bila kedua sisi sejajar trapesium b1 dan b2 serta tingginya h diketahui, maka luas trapesium LTRP = 1/2(b1 + b2)h

8.1.2 Bentuk bentukan dari bentuk dasar beraturan


Bentuk turunan trapesium Cara offset dengan interval tidak tetap: A = 1/2(S1y1 + S2y2 + S3y3 + ... + Snyn), dengan S1 = d1, S2 = d1 + d2, S3 = d2+ d3, S4 = d3 + d4 dan S5 = d4.

Gambar 8.1: Hitungan luas cara offset dengan interval tidak tetap. Cara offset dengan interval tetap: A = d{(y1+y2)/2 + y2 + y3 + ... + yn-1}, dengan d adalah interval yang sama. Pada Gambar x.1 di atas, d1 = d2 = d3 = d4 =d. Cara offset A = l (h1 + h2 + h3 + ... + hn) = l S hi, dengan i = 1 ... n.

Gambar 8.2: Hitungan luas cara offset pusat Bentuk turunan trapesium dan "parabola" Trapesium dan parabola sebagai pendekatan bentuk yang dibatasi oleh lengkungan polynomial: Cara Simpson 1/3, dua bagian dianggap satu set: A = l/3 (y0 + 4y1 + y2)

Gambar 8.3: Hitungan luas cara Simpson 1/3. Cara Simpson 1/3 untuk offset ganda berulang: A = l/3 {y0 + yn + 4(y2 + y4 +...+yn-1) + 2(y3 + y5 +...+ yn-2)}

8.1.3 Bentuk segi banyak cara koordinat


Bila koordinat (X,Y) suatu segi banyak diketahui, maka luasnya adalah: A = 1/2 S X(Y+1 - Yi-1) atau A = 1/2 S Yi(Xi-1 - Xi+1).

Gambar 8.4: Hitungan luas cara koordinat.

8.1.4 Bentuk luas berdasarkan typical cross-section


Typical cross section adalah bentuk potongan baku yang menunjukkan bentuk struktur bangunan pada arah potongan. Misal, pada konstruksi jalan beraspal, typical cross section jalan menunjukkan struktur pelapisan perkerasan jalan yang juga menunjukkan cara penimbunan ataupun penggalian bila diperlukan. Bentuk tanah asli beraturan: Luas dihitung menggunakan rumus "typical" pada bentuk yang beraturan tersebut. Contoh: Luas galian pada potongan yang ditunjukkan pada Gambar X.5 berikut adalah A = h(W + r1h)

Gambar 8.5: Luas galian pada bentuk tanah asli beraturan. Bentuk tanah asli tidak beraturan. Hitungan luas berdasarkan potongan lintang pada bentuk tanah asli tidak beraturan menggunakan cara koordinat. Koordinat perpotongan typical cross sections dengan tanah asli harus dihitung.

8.1.5 Luas Cara Grafis


Cara kisi-kisi Bagian yang akan ditentukan luasnya "dirajah" dengan menempatkan kisi-kisi transparan dengan ukuran tertentu di atasnya. Luas = jumlah kelipatan kisi-kisi satuan.

Gambar 8.6: Hitungan luas cara grafis kisi-kisi. Cara lajur Bagian yang akan ditentukan luasnya "dirajah" dengan menempatkan lajur-lajur transparan dengan ukuran tertentu di atasnya. Luas setiap lajur = dl, bila d adalah lebar lajur dan l panjang lajur.

Gambar 8.7: Hitungan luas cara grafis lajur

8.1.6 Luas Cara Mekanis Grafis


Luas gambar diukur dengan menelusuri batas tepinya menggunakan pelacak pada alat planimeter. Luas kawasan yang diukur diperoleh dengan mengalikan bacaan manual luas planimeter dikalikan dengan skala gambar. Pada planimeter dijital, bacaan luas planimeter secara dijital direkam dan sisajikan langsung oleh alat.

8.2 VOLUME
8.2.1 Cara Potongan Melintang
Cara potongan melintang rata-rata Bila A1 dan A2 merupakan luas dua buah penampang yang berjarak L, maka volume yang dibatasi oleh kedua penampang ini: V = 1/2(A1 + A2) L

Gambar 8.8: Volume cara potongan melintang rata-rata. Cara jarak rata-rata dari penampang V = 1/2(L1 + L2) Ao.

Gambar 8.9: Volume cara jarak rata-rata

8.2.2 Cara Prisma dan Piramida Kotak


Cara prisma V = h/6(A1 + 4 Am + A2)

Gambar 8.10: Volume cara prisma. Cara piramida kotak V = h/3{A1 + (A1A2)1/2 + A2}

Gambar 8.11: Volume cara piramida kotak.

8.2.3 Cara Ketinggian Sama


Cara dasar ketinggian sama areal bujur sangkar V = A/4( h1 + 2 S h2 + 3 S h3 + 4 S h4) hI = ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume

Gambar 8.12: Volume cara dasar sama bujur sangkar.

Contoh, lihat Gambar XYZ. Titik-titik berurutan dari pojok kiri atas ke kanan terus kebawah masing-masing digunakan dalam hitungan bujur sangkar: 1, 2, 2, 2, 1; 2, 4, 4, 3, 1 dan 1, 2, 2, 1 kali. Contoh hitungan (Volume tinggi sama basis bujur sangkar). menggunakan spread sheet terlampir. Cara dasar ketinggian sama areal segitiga V = A/3(h1 + 2S h2 + 3S h3 + 4S h4 + 5S h5 + 6S h6 + 7S h7 + 8S h8) hI = ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume. Pelaksanaan hitungan menggunakan cara sama dengan cara bujur sangkar

Gambar 8.13: Volume cara dasar sama segitiga,

8.2.4 Cara Garis Kontur

Gambar 8.14: Volume cara kontur Cara garis kontur dengan rumus prisma V = h/3{ Ao + An + 4SA2r+1 + 2SA2r }

r pada 2r + 1 berselang 0 <= r <= 1/2(n - 2), r pada 2r berselang 0 <= r <= 1/2(n - 2). Untuk n = 2 diperoleh r = 0, sehingga V = h/3(Ao + A2 + 4A1) = h/3(Ao + 4A1 + A2). Bila n adalah ganjil, bagian yang terakhir dihitung dengan cara piramida kotak atau cara rerata luas penampang awal dan akhir. Cara garis kontur dengan rumus piramida kotak V = h/3{ Ao + An + 2SAr + S(Ar-1Ar)1/2 } r pada 2SAr berselang 1 <= r <= n - 1, r pada S(Ar-1Ar)1/2 berselang 1 <= r <= n. Untuk n = 1 diperoleh V = h/3{Ao + A1 + (A0A1)1/2} = V = h/3{ Ao + (A0A1)1/2 + A1 } Cara garis kontur dengan luas rata-rata V = h/2 { Ao + An + 2S Ar } r bernilai 1 <= r <= n - 1. Untuk n = 1 diperoleh V = h/2 ( Ao + A1 )

Pertanyaan dan Soal Latihan


1. Ambil suatu tipikal perkerasan jalan normal yang lapisan kekerasannya urut dari atas terdiri
dari aspal, base course, sub base dan timbunan atau galian tanah asli. a. Gambar tipikal perkerasan ini pada kondisi galian dan timbunan b. Turunkan rumus untuk menghitung posisi perpotongan timbunan/galian dengan tanah asli Bila terjadi timbunan dan galian sekaligus, buat hitungan terpisah untuk masing-masing. Pada stasion A yang berjarak 50 meter dari stasion B terjadi penimbunan, sedangkan pada stasion B terjadi penggalian. Buat analisa lokasi stasion perubahan dari timbunan menjadi galian: a. Bila galian dan timbunan seragam di kanan dan kiri b. Bila galian dan timbunan tidak seragam di kanan dan kiri.

2.

Rangkuman
Hitungan luas dan volume bisa dilakukan secara grafis dan numeris. Untuk gambar yang dibatasi oleh titik-titik yang berkoordinat dianjurkan hitungan luas dan volume dihitung secara numeris menggunakan kalkulator berprogram dan program komputer.

Daftar Pustaka

1. Hickerson, T.F., (1953), Route Location and Surveying, McGraw-Hill, New York, Chapter 9. 2. Sosrodarsono, S. dan Takasaki, M. (Editor), (1983), Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, Bab 8.

3. Wirshing, J.R. and Wirshing, R.H., (1985), Teori dan Soal Pengantar Pemetaan
Terjemahan, Introductory Surveying, Schaum Series, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995, Bab 11.

[previous][daftar isi buku]

Anda mungkin juga menyukai

  • 4 Portal Dan Pelengkung Tiga Sendi
    4 Portal Dan Pelengkung Tiga Sendi
    Dokumen70 halaman
    4 Portal Dan Pelengkung Tiga Sendi
    MUTIARA PUSPAHATI
    80% (5)
  • Bab 07
    Bab 07
    Dokumen12 halaman
    Bab 07
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • Bab 05
    Bab 05
    Dokumen17 halaman
    Bab 05
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • Bab 04
    Bab 04
    Dokumen9 halaman
    Bab 04
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • Bab 06
    Bab 06
    Dokumen17 halaman
    Bab 06
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • Bab 02
    Bab 02
    Dokumen10 halaman
    Bab 02
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • Bab 03
    Bab 03
    Dokumen10 halaman
    Bab 03
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • Bab 01
    Bab 01
    Dokumen9 halaman
    Bab 01
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • Kesejahteraan Rakyat Nasional Adalah Cita
    Kesejahteraan Rakyat Nasional Adalah Cita
    Dokumen1 halaman
    Kesejahteraan Rakyat Nasional Adalah Cita
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • Kenakalan Remaja
    Kenakalan Remaja
    Dokumen5 halaman
    Kenakalan Remaja
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • KWN KD 1 Mutiara PC
    KWN KD 1 Mutiara PC
    Dokumen6 halaman
    KWN KD 1 Mutiara PC
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat
  • Pidatoo Narkobaa
    Pidatoo Narkobaa
    Dokumen2 halaman
    Pidatoo Narkobaa
    MUTIARA PUSPAHATI
    Belum ada peringkat